Ajaran-Ajaran Presiden
‘Kelak Hidup Bersama-Nya’


Bab 1

“Kelak Hidup Bersama-Nya”

Satu-satunya jalan kita dapat menemukan sukacita, kebenaran, dan penggenapan adalah dengan hidup selaras dengan rencana Bapa Surgawi.

Dari Kehidupan Spencer W. Kimball

Para anggota Gereja di seluruh dunia menyukai lagu Pratama “Aku Anak Allah,” dengan pesannya yang sederhana namun mendalam mengenai siapa diri kita, mengapa kita berada di bumi, dan apa yang Tuhan janjikan kepada kita jika kita setia. Sister Naomi W. Randall menulis syair lagu itu di tahun 1957, ketika Penatua Spencer W. Kimball masih merupakan anggota Kuorum Dua Belas Rasul. Pada waktu itu, bagian refrain lagu itu diakhiri dengan kata-kata “Ajar agar ‘ku kelak hidup bersama-Nya.”

Ketika mengunjungi suatu konferensi wilayah, Penatua Kimball mendengarkan sekelompok anak Pratama menyanyikan lagu “Aku Anak Allah.” Segera setelahnya, dia mengomentari lagu itu dalam sebuah pembicaraan dengan seorang anggota Dewan Umum Pratama. “Saya menyukai lagu anak-anak itu,” katanya, “tetapi ada satu kata yang mengganggu saya. Apakah Sister Randall akan berkeberatan jika kata know [ketahui] digantikan dengan kata do [lakukan]?”1

Sister Randall sepakat untuk mengubah lagu itu. Sekarang bagian refrain itu diakhiri dengan kata-kata ‘Ajar agar ‘ku kelak hidup bersama-Nya.’2 Perkataan ini mencerminkan sebuah asas yang ditekankan Presiden Kimball sepanjang masa pelayanannya. “Kehidupan Selestial boleh dimiliki oleh setiap jiwa yang mau memenuhi persyaratannya. Mengetahui saja tidaklah cukup. Orang harus melakukan. Kesalehan amatlah penting dan tata cara adalah perlu.”3 Dia mengajarkan bahwa Injil adalah “pandangan hidup, rencana keselamatan pribadi, dan didasarkan pada tanggung jawab pribadi. Itu dibuat untuk manusia, keturunan dari Allah. Manusia adalah allah dalam bentuk janin [cikal bakal] dan memiliki di dalam dirinya benih-benih keilahian, dan dia dapat, jika dia mau, naik ke puncak yang tinggi.”4

Ajaran-Ajaran Spencer W. Kimball

Dalam kehidupan prafana kita, Bapa Surgawi mengajarkan kepada kita rencana-Nya bagi permuliaan kita.

Ketika kita berupa makhluk rohani, sudah terbentuk sepenuhnya dan mampu berpikir serta belajar dan memahami bersama-Nya, Bapa Surgawi kita berfirman kepada kita, pada intinya, “Nah, anak-anak-Ku yang terkasih, dalam keadaan roh engkau telah maju sejauh yang mampu engkau capai. Untuk melanjutkan perkembanganmu, engkau membutuhkan tubuh jasmani. Aku bermaksud menyediakan sebuah rencana yang melaluinya engkau dapat melanjutkan pertumbuhanmu. Seperti yang engkau ketahui, seseorang hanya dapat tumbuh melalui mengatasi.”

“Sekarang,” kata Tuhan, “kami akan mengambil berbagai unsur yang ada dan mengaturnya menjadi sebuah bumi, menempatkan di atasnya tanaman dan kehidupan hewani, dan memperkenankan engkau untuk turun ke atasnya. Ini akan menjadi tempat pembuktian dirimu. Kami akan memberimu bumi yang kaya, dilengkapi dengan kelimpahan untuk manfaat dan kenikmatanmu, dan Kami akan melihat apakah engkau akan terbukti setia dan melakukan hal-hal yang diminta darimu. Aku akan membuat perjanjian denganmu. Jika engkau sepakat untuk mengendalikan hasratmu dan terus tumbuh menuju kesempurnaan dan keilahian melalui rencana yang akan Aku sediakan, Aku akan memberimu sebuah tubuh jasmani yang terdiri dari daging dan tulang serta bumi yang subur dan berlimpah, dengan matahari, air, hutan, bijih besi, tanah, dan semua hal lain yang dibutuhkan untuk memberi makanan dan pakaian dan tempat bernaung bagimu serta memberimu setiap kenikmatan yang pantas dan demi kebaikanmu. Di samping ini, Aku akan memungkinkan bagimu untuk pada akhirnya kembali kepada-Ku sewaktu engkau meningkatkan kehidupanmu, mengatasi rintangan dan menghampiri kesempurnaan.”

Terhadap tawaran yang amat murah hati itu, kita sebagai putra dan putri Bapa Surgawi kita menanggapi dengan penuh syukur.5

Tuhan dengan jelas menguraikan rencana itu dengan persyaratan dan manfaatnya .… Hak pilihan akan diberikan kepada manusia agar dia dapat membuat pilihan-pilihannya sendiri.

Hidup akan terbagi dalam tiga bagian atau keadaan: prafana, fana, dan baka .… Kinerja dalam keadaan yang satu akan sangat berdampak terhadap keadaan atau keadaan-keadaan berikutnya. Jika seseorang mempertahankan keadaan pertamanya, dia akan diizinkan menuju kehidupan kedua atau fana sebagai masa ujian dan pengalaman selanjutnya. Jika dia meningkatkan keadaan keduanya, pengalaman buminya, kehidupan kekal akan menantinya.6

Sementara kita tidak memiliki kenangan akan kehidupan prafana kita, sebelum datang ke bumi kita semua memahami secara pasti tujuan keberadaan kita di sini. Kita akan dituntut untuk memperoleh pengetahuan, mendidik diri kita sendiri, melatih diri kita sendiri. Kita harus mengendalikan keinginan dan hasrat kita, menguasai dan mengendalikan nafsu kita, serta mengatasi kelemahan-kelemahan kita, besar maupun kecil. Kita harus menghapuskan dosa karena peniadaan dan karena pelanggaran, serta mengikuti hukum dan perintah yang diberikan kepada kita oleh Bapa kita .…

Kita juga memahami bahwa setelah suatu kurun waktu yang bervariasi dari beberapa detik hingga beberapa dekade dari kehidupan fana kita akan mati, tubuh kita akan kembali kepada Ibu Pertiwi [tanah] yang darinya kita diciptakan, dan roh kita akan pergi ke dunia roh, dimana kita dapat terus berlatih bagi tujuan akhir kekal kita. Setelah suatu masa, akan ada kebangkitan atau suatu penyatuan kembali tubuh dan roh, yang akan menjadikan kita baka dan memungkinkan pendakian kita yang selanjutnya menuju kesempurnaan dan keilahian. Kebangkitan ini telah disediakan bagi kita melalui pengurbanan Tuhan Yesus Kristus, Pencipta bumi ini, yang telah melaksanakan pelayanan yang tak tertandingi ini bagi kita—suatu mukjizat yang tidak dapat kita lakukan bagi diri kita sendiri. Dengan demikian jalan dibukakan bagi kebakaan kita dan—jika kita terbukti layak—akhirnya permuliaan dalam kerajaan Allah.7

Kita memahami betul sebelum kita datang ke lembah air mata ini bahwa akan ada kedukaan, kekecewaan, kerja keras, darah, keringat, dan air mata; namun terlepas dari itu semua, kita menatap ke bawah dan melihat bumi ini disiapkan bagi kita dan kita berkata pada intinya, “Ya, Bapa, terlepas dari semua hal itu aku dapat melihat berkat-berkat besar yang dapat datang kepadaku sebagai putra atau putri-Mu; dalam mengambil tubuh aku dapat melihat bahwa aku pada akhirnya akan menjadi baka seperti Engkau, bahwa aku boleh mengatasi dampak dari dosa serta disempurnakan, dan karenanya aku bersemangat untuk pergi ke bumi pada kesempatan pertama.” Maka kita pun datang.8

Kefanaan adalah waktu untuk mempersiapkan diri untuk bertemu Allah.

Kita makhluk fana yang sekarang hidup di atas bumi sedang berada dalam keadaan kedua kita. Keberadaan kita di sini dalam tubuh fana menegaskan kenyataan bahwa kita telah “mempertahankan” keadaan pertama kita. Bahan roh kita adalah kekal dan ada bersama Allah, tetapi diatur menjadi tubuh-tubuh roh oleh Bapa Surgawi kita. Tubuh roh kita telah melalui periode panjang pertumbuhan dan perkembangan serta pelatihan dan, setelah melalui ujian itu dengan berhasil, akhirnya diterima ke atas bumi ini dan ke dalam kefanaan.

Satu tujuan pasti dari datangnya roh kita ke bumi ini dan menerima keadaan fana adalah untuk memperoleh tubuh jasmani. Tubuh ini tunduk pada semua kelemahan, godaan, kerentanan dan keterbatasan kefanaan, dan harus menghadapi tantangan untuk mengatasi diri sendiri.9

Anda dikirim ke bumi ini bukan hanya untuk bersenang-senang atau memuaskan dorongan atau nafsu atau hasrat … dan menikmati segala yang dunia sebut “kesenangan.”

Anda dikirim ke dunia ini dengan sebuah tujuan yang sangat serius. Anda dikirim ke sekolah, bisa dikatakan, untuk mulai sebagai bayi manusia dan tumbuh mencapai proporsi yang sulit dipercaya dalam kebijaksanaan, penilaian, pengetahuan, dan kekuatan.10

Salah satu kelemahan manusia yang paling parah sepanjang masa adalah penundaan, ketidaksediaan untuk menerima tanggung jawab pribadi sekarang. Orang datang ke bumi secara sadar untuk memperoleh pendidikan, pelatihan dan pengembangan diri mereka, dan untuk menyempurnakan diri mereka, tetapi banyak yang telah memperkenankan diri mereka untuk dialihkan dan telah menjadi … pecandu dari kelambanan mental dan rohani serta dari pencarian kenikmatan duniawi.11

Kehidupan fana ini adalah waktu untuk mempersiapkan diri untuk bertemu Allah, yang merupakan tanggung jawab pertama kita. Setelah mendapatkan tubuh kita, yang menjadi tabernakel tetap dari roh kita sepanjang kekekalan, sekarang kita harus melatih tubuh, pikiran, dan roh kita. Maka, yang paling utama adalah kita gunakan kehidupan ini untuk menyempurnakan diri kita, untuk menaklukkan daging, menundukkan tubuh terhadap roh, untuk mengatasi semua kelemahan, untuk mengatur diri agar orang dapat memberikan kepemimpinannya kepada sesama, dan untuk melakukan semua tata cara yang perlu.12

Injil Yesus Kristus memetakan jalan kita kembali kepada Bapa Surgawi kita.

Untuk menentukan tujuan akhir yang belum pernah dikunjungi sebelumnya kita biasanya memanfaatkan sebuah peta .… Tuhan Yesus Kristus, Penebus dan Juruselamat kita, telah memberi kita peta—sebuah perangkat hukum dan perintah yang melaluinya kita dapat memperoleh kesempurnaan dan, pada akhirnya, keilahian. Perangkat hukum dan tata cara ini dikenal sebagai Injil Yesus Kristus, dan ini merupakan satu-satunya rencana yang akan mempermuliakan umat manusia. Gereja Yesus Kristus dari Orang-orang Suci Zaman Akhir merupakan satu-satunya penyimpan program yang berharga ini dalam segala kegenapannya, yang tersedia bagi mereka yang menerimanya.13

Tuhan memulihkan kerajaan-Nya di zaman ini, dengan segala karunia dan kuasa serta berkatnya. Gereja mana pun yang Anda ketahui mungkin saja dapat membawa Anda dalam perjalanan panjang, serta membawa bagi Anda sejumlah kedamaian dan kebahagiaan serta berkat, dan mereka dapat membawa Anda menuju tabir dan di sana mereka menjatuhkan Anda. Gereja Yesus Kristus mengangkat Anda di sisi tabir ini dan, jika Anda menjalankan perintah-perintahnya, membawa Anda terus menembus tabir seolah tabir itu tidak ada dan terus sepanjang kekekalan menuju permuliaan.14

Injil Yesus Kristus adalah rencana kekal keselamatan. Ini adalah rencana yang dirancang dan diumumkan oleh Allah, Bapa yang Kekal, bagi keselamatan semua yang mau percaya dan patuh.15

Agar mencapai tujuan kehidupan kekal dan permuliaan serta keilahian, orang haruslah diterima ke dalam kerajaan melalui pembaptisan, yang dilakukan dengan tepat; orang haruslah menerima Roh Kudus melalui penumpangan tangan dari yang berwenang; orang haruslah ditahbiskan pada imamat oleh pemegang imamat yang berwenang; orang haruslah menerima endowmen dan dimeteraikan di dalam rumah Allah oleh seorang nabi yang memegang kunci-kunci atau oleh salah seorang kepada siapa kunci itu telah didelegasikan; dan orang haruslah menjalani hidup yang saleh, bersih, murni, serta penuh pelayanan. Tidak seorang pun dapat memasuki kehidupan kekal kecuali melalui pintu yang tepat—Yesus Kristus dan perintah-perintah-Nya.16

Yesus menyempurnakan kehidupan-Nya dan menjadi Kristus kita. Darah seorang Allah yang berharga telah ditumpahkan, dan Dia menjadi Juruselamat kita; kehidupan-Nya yang disempurnakan diberikan, dan Dia menjadi Penebus kita; Kurban Tebusan-Nya bagi kita memungkinkan kembalinya kita kepada Bapa Surgawi kita.17

Manfaat besar dan menakjubkan serta penuh mukjizat dari Kurban Tebusan Juruselamat tidak dapat memiliki dampak penyelamatannya yang penuh terhadap kita kecuali kita bertobat.18

Kita begitu bersyukur bahwa Bapa Surgawi telah memberkati kita dengan Injil pertobatan. Itu adalah inti dari semua yang menjadikan rencana Injil. Pertobatan adalah hukum pertumbuhan Tuhan, asas perkembangan-Nya, dan rencana-Nya bagi kebahagiaan. Kita amatlah bersyukur bahwa kita memiliki janji-Nya yang pasti bahwa di mana ada dosa dan kekeliruan, itu dapat diikuti dengan pertobatan yang tulus dan memadai yang kemudian akan diganjar dengan pengampunan.

“Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu,” firman Tuhan (Matius 11:28).

Hal mulia dari segala masalah pertobatan ini adalah bahwa tulisan suci sama penuhnya dengan jaminan Tuhan bahwa Dia akan mengampuni seperti juga penuh dengan perintah-Nya bagi kita untuk bertobat, untuk mengubah hidup kita dan membawanya ke dalam keselarasan penuh dengan ajaran-ajaran-Nya yang amat baik.

Allah adalah baik. Dia ingin mengampuni. Dia ingin kita menyempurnakan diri kita dan memegang kendali atas diri kita sendiri. Dia tidak ingin Setan dan orang lain mengendalikan hidup kita. Kita harus belajar bahwa menaati perintah-perintah Bapa Surgawi kita mewakili satu-satunya jalan menuju kendali penuh atas diri kita, satu-satunya jalan untuk menemukan sukacita, kebenaran, dan penggenapan dalam kehidupan ini dan dalam kekekalan.19

Rumah harta kebahagiaan dibukakan bagi mereka yang menjalankan Injil Yesus Kristus dalam kemurnian dan kesederhanaannya .… Jaminan akan kebahagiaan tertinggi, kepastian akan kehidupan yang berhasil di sini dan permuliaan serta kehidupan kekal sesudahnya, datang kepada mereka yang merencanakan untuk menjalankan kehidupan mereka dalam keselarasan yang mutlak dengan Injil Yesus Kristus—dan kemudian secara konsisten mengikuti jalan yang telah mereka tentukan.20

Hanya yang gagah berani dan setia yang akan dipermuliakan.

Jika kita teguh dan setia, kita akan bangkit, bukan saja dalam kebakaan tetapi ke dalam kehidupan kekal. Kebakaan adalah hidup selamanya dalam sebuah kerajaan yang ditentukan. Kehidupan kekal adalah mendapatkan permuliaan dalam surga tertinggi dan hidup dalam unit keluarga.21

Suatu hari seorang pria mengatakan, satu-satunya yang tidak disukainya mengenai Gereja Mormon adalah bahwa Gereja itu mengaku adalah satu-satunya yang melaluinya seseorang dapat diselamatkan. Saya berkata, “Ah, tidak, kami tidak membuat pengakuan seperti itu. Kami mengatakan bahwa setiap penganut agama yang baik dan setiap orang baik yang bukan penganut agama akan diselamatkan tetapi ada tingkatan-tingkatan keselamatan .…”22

Mereka yang hidup menurut cara-cara dunia akan pergi ke kerajaan telestial yang kemuliaannya seperti bintang.

Mereka yang telah hidup wajar dan benar dan yang telah menjalani kehidupan yang pantas dan baik akan pergi ke kerajaan terestrial yang kemuliaannya adalah seperti bulan.

Mereka yang telah percaya kepada Kristus, yang telah menyangkal dunia, yang telah mengambil Roh Kudus sebagai penuntun mereka dan bersedia meletakkan segala milik mereka di atas altar, mereka yang telah menaati perintah-perintah Allah— mereka akan pergi ke kerajaan selestial yang kemuliaannya adalah seperti matahari.23

Jalan kehidupan ditandai dengan jelas sesuai dengan tujuan ilahi, peta Injil Yesus Kristus disediakan bagi orang-orang yang melakukan perjalanan, tujuan akhir kehidupan kekal ditetapkan secara jelas. Pada tujuan akhir tersebut Bapa kita menantikan dengan penuh harap, ingin segera menyambut anak-anak-Nya yang kembali. Sayangnya, banyak yang tidak akan sampai.24

Mengapa hanya beberapa yang akan mencapai permuliaan dalam kerajaan selestial? Bukan karena itu tidak tersedia bagi mereka, bukan karena mereka tidak tahu mengenai ketersediaannya, namun karena mereka tidak mau mengerahkan upaya untuk membentuk hidup mereka dan menjadikannya seperti kehidupan Juruselamat serta menetapkannya sedemikian baiknya sehingga tidak ada penyimpangan sampai akhir.25

Ada … banyak anggota Gereja yang santai dan sembrono serta yang terus-menerus menunda. Mereka menjalankan Injil secara seadanya dan tidak dengan pengabdian. Mereka telah memenuhi beberapa persyaratan namun tidak gagah berani. Mereka tidak melakukan kejahatan besar tetapi hanya gagal untuk melakukan hal-hal yang diminta—hal-hal seperti membayar persepuluhan, menjalankan Kata-Kata Bijaksana, mengadakan doa keluarga, berpuasa, menghadiri pertemuan, melayani .…

… Tuhan tidak akan menerjemahkan harapan dan hasrat serta niat baik seseorang ke dalam perbuatan. Kita masing-masing harus melakukannya bagi dirinya sendiri .…

Hanya yang gagah berani akan dipermuliakan dan menerima tingkat kemuliaan tertinggi, karenanya “banyak yang dipanggil, tetapi sedikit yang dipilih” (A&P 121:40). Sebagaimana dinyatakan Juruselamat, “… sesaklah pintu dan sempitlah jalan yang menuju kepada kehidupan dan sedikit orang yang mendapatkannya.” Dan sebaliknya, “… lebarlah pintu dan luaslah jalan yang menuju kepada kebinasaan, dan banyak orang yang masuk melaluinya” (Matius 7:13,14).

Memang benar bahwa banyak Orang Suci Zaman Akhir, setelah dibaptiskan dan ditetapkan sebagai anggota Gereja, dan beberapa bahkan telah menerima endowmen dan telah menikah serta dimeteraikan di dalam bait suci, merasa bahwa mereka karenanya dijamin mendapatkan berkat-berkat permuliaan dan kehidupan kekal. Tetapi tidaklah demikian halnya. Ada dua persyaratan dasar yang harus dipenuhi setiap jiwa atau dia tidak akan dapat memperoleh berkat-berkat besar yang ditawarkan. Dia harus menerima tata cara-tata cara dan dia harus setia, mengatasi kelemahan-kelemahannya. Karenanya, tidak semua yang mengaku sebagai Orang Suci Zaman Akhir akan dipermuliakan.

Tetapi bagi para orang Suci Zaman Akhir yang gagah berani, yang memenuhi persyaratan dengan setia dan sepenuhnya, janji-janjinya mulia melampaui yang bisa dibayangkan.

“Kemudian mereka akan menjadi allah karena mereka tidak mempunyai akhir; karena itu mereka akan menjadi kekal untuk selama-lamanya, karena mereka berlangsung terus-menerus, kemudian mereka akan menjadi di atas segalanya, karena segalanya akan tunduk kepada mereka. Kemudian mereka menjadi allah, karena mempunyai segala kekuasaan dan para malaikat akan tunduk kepada mereka” (A&P132:20).26

Ketika orang menyadari kebesaran, kekayaan, kemuliaan dari “segalanya” itu yang Tuhan janjikan untuk diberikan kepada umat-Nya yang setia, maka sepadanlah harga yang harus dibayarkan dalam bentuk kesabaran, iman, pengurbanan, keringat, dan air mata. Berkat-berkat kekekalan yang tercakup dalam “segalanya” ini mendatangkan kepada manusia kebakaan dan hidup yang abadi, pertumbuhan kekal, kepemimpinan ilahi, peningkatan kekal, kesempurnaan, dan bersamanya, keallahan.”27

Saran untuk Pembelajaran dan Pengajaran

Pertimbangkan gagasan-gagasan ini sewaktu Anda mempelajari bab ini atau sewaktu Anda mempersiapkan diri untuk mengajar. Untuk bantuan tambahan, lihat halaman v–x.

  • Ulaslah alinea ketiga di halaman (2) dan alinea penuh ketiga di halaman (3), di mana Presiden Kimball menjabarkan tanggapan prafana kita terhadap rencana Bapa Surgawi. Menurut Anda mengapa kita menanggapinya demikian?

  • Ulaslah alinea alinea kelima di halaman 4 dan alinea kelima di halaman 5. Apa yang Anda lakukan untuk menemukan kenikmatan dalam kehidupan tanpa kehilangan pandangan akan “tujuan [Anda] yang … serius”?

  • Pelajarilah ajaran Presiden Kimball mengenai tujuan kefanaan pada halaman 4–5. Dalam pengertian ajaran-ajaran ini, menurut Anda mengapa penundaan merupakan “salah satu kelemahan manusia yang paling serius”? Bagaimana kita dapat mengatasi kecenderungan ini?

  • Presiden Kimball mengajarkan bahwa Injil Yesus Kristus adalah bagaikan sebuah peta yang menuntun kita menuju permuliaan (halaman 5–8). Renungkan di mana Anda berada dalam perjalanan ini dan apa yang dapat Anda lakukan untuk terus maju.

  • Menurut Anda apa artinya gagah berani dalam Injil? (Untuk beberapa contoh, lihat halaman 8–11 dan kisah di halaman 1). Mengapa keanggotaan Gereja dan pengetahuan akan Injil tidak cukup untuk memastikan permuliaan dalam kerajaan selestial?

Tulisan Suci Terkait: Yakobus 1:22; Alma 34:30–41; 3 Nefi 27:13–22; A&P 76:50–93; Abraham 3:22–26

Catatan

  1. Dalam Robert D. Hales, “Friend to Friend: I Am a Child of God,” Friend, Maret 1978, 9.

  2. Buku Nyanyian Rohani, no. 144.

  3. Dalam Conference Report, April 1964, 94; atau Improvement Era, Juni 1964, 496.

  4. The Teachings of Spencer W. Kimball, diedit oleh Edward L. Kimball (1982), 28.

  5. “Absolute Truth,” Ensign, September 1978, 5.

  6. The Miracle of Forgiveness (1969), 4.

  7. The Miracle of Forgiveness, 5–6.

  8. The Teachings of Spencer W. Kimball, 31.

  9. The Miracle of Forgiveness, 5.

  10. The Teachings of Spencer W. Kimball, 31.

  11. The Miracle of Forgiveness, 7.

  12. “Beloved Youth, Study and Learn,” dalam Life’s Directions (1962), hlm 177–178.

  13. The Miracle of Forgiveness, 6.

  14. The Teachings of Spencer W. Kimball, 49–50.

  15. Dalam Conference Report, Oktober 1978, 108; atau Ensign, November 1978, 71.

  16. The Miracle of Forgiveness, 6.

  17. “President Kimball Speaks Out on Profanity,” Ensign, Februari 1981, 5.

  18. “The Gospel of Repentance,” Ensign, Oktober 1982, 5.

  19. Ensign, Oktober 1982, 2.

  20. The Miracle of Forgiveness, 259.

  21. Dalam Conference Report, Oktober 1978, 109; atau Ensign, November 1978, 72.

  22. The Teachings of Spencer W. Kimball, 50.

  23. Dalam Conference Report, Oktober 1978, 109; atau Ensign, November 1978, 72.

  24. The Miracle of Forgiveness, 19.

  25. The Teachings of Spencer W. Kimball, 51–52.

  26. The Miracle of Forgiveness, 7–8, 9.

  27. The Miracle of Forgiveness, 311.