Ajaran-Ajaran Presiden
Membentengi Diri Kita Sendiri terhadap Pengaruh-Pengaruh Jahat


Bab 10

Membentengi Diri Kita Sendiri terhadap Pengaruh-Pengaruh Jahat

Injil Yesus Kristus menawarkan kepada kita kekuatan dan perlindungan terhadap kejahatan zaman kita.

Dari Kehidupan Spencer W. Kimball

Presiden Spencer W. Kimball mengajarkan bahwa perjuangan melawan Setan dan kekuatannya “bukanlah suatu perkelahian kecil dengan seorang musuh yang separuh hati, namun suatu peperangan mahabesar dengan seorang musuh yang begitu kuat, diperlengkapi, dan terorganisasi sehingga kita dapat saja akan dikalahkan jika kita tidak kuat, terlatih baik, dan waspada.”1

Sebagai seorang misionaris muda yang melayani di Misi Central States, dia mencatat dalam buku hariannya suatu pengalaman yang melukiskan tekadnya untuk menolak godaan. Dia sedang melakukan perjalanan di kereta api menuju Chicago, Illinois, ketika seorang pria mendekati dirinya. “[Dia] berupaya untuk membuat saya membaca sebuah buku yang tidak senonoh dengan gambar-gambar yang tidak pantas. Saya memberitahu dia bahwa itu tidak menarik bagi saya. Dia mulai menggoda saya kemudian untuk pergi bersamanya di Chicago dan saya tahu bahwa dia akan menuntun saya ke neraka. Saya menyuruhnya menutup mulutnya tetapi setelah dia pergi saya dapat merasakan pipi saya merona karena malu selama satu jam. Saya berpikir—‘Ah! betapa kerasnya Setan, melalui kaki tangannya, berusaha untuk menyesatkan kaum muda.’ Saya berterima kasih kepada Tuhan bahwa saya memiliki kekuatan untuk mengatasinya.”2

Ajaran-Ajaran Spencer W. Kimball

Setan adalah nyata dan akan menggunakan banyak sarana untuk berusaha menghancurkan kita.

Di zaman kecanggihan dan kekeliruan ini manusia menghilangkan jati diri bukan hanya Allah tetapi juga iblis. Di bawah konsep ini Setan merupakan suatu mitos, berguna untuk menjaga agar orang-orang tetap lurus di masa-masa yang kurang pengetahuan tetapi tidak lagi berlaku di zaman berpendidikan kita. Tidak ada sesuatu pun yang lebih jauh dari kenyataan. Setan sesungguhnya adalah makhluk roh yang bersifat pribadi, perorangan, namun tanpa tubuh yang fana. Hasratnya untuk memeteraikan kita masing-masing menjadi miliknya tidaklah kurang kuatnya dalam kejahatan daripada hasrat Bapa kita dalam kebenaran untuk menarik kita ke dalam kerajaan kekal-Nya sendiri.3

Mengetahui di mana bahaya berada dan mampu mengenalinya dalam segala bentuk perwujudannya memberikan perlindungan. Si jahat itu siaga. Dia selalu siap untuk menipu dan merebut sebagai mangsanya setiap orang yang tidak waspada, setiap orang yang tidak hati-hati, setiap orang yang memberontak.4

Terlepas dari siapa yang mendapatkan perhatian khusus si musuh pada suatu saat tertentu, dia berupaya untuk membuat semua orang “sengsara seperti dirinya sendiri” (2 Nefi 2:27). Memang, dia mengupayakan “kesengsaraan seluruh umat manusia” (2 Nefi 2:18). Dia tidak pernah menyimpang dalam tujuannya dan adalah cerdik serta keras hati dalam upayanya mengejar mereka.5

Petrus memperingatkan kita, “Sadarlah, dan berjaga-jagalah! Lawanmu, si iblis, berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-ngaum dan mencari orang yang dapat ditelannya” (1 Petrus 5:8).

Dan Juruselamat berfirman bahwa yang paling terpilih pun dapat tertipu oleh Lusifer jika mungkin [lihat Joseph Smith—Matius 1:22]. [Lusifer] akan menggunakan logikanya untuk membingungkan dan rasionalisasinya untuk menghancurkan. Dia akan mengaburkan makna, membukakan pintu inci demi inci, dan menuntun dari putih yang paling bersih melalui segala nuansa keabu-abuan hingga hitam yang paling kelam.6

Si penipu ulung telah mempelajari setiap cara yang memungkinkan untuk mencapai tujuannya, menggunakan setiap alat, setiap perlengkapan yang memungkinkan. Dia mengambil alih, menyimpangkan, serta mengubah dan menyamarkan segala sesuatu yang diciptakan demi kebaikan manusia, … agar dia dapat mengambil alih pikiran mereka serta menodai tubuh mereka dan mengakui mereka sebagai miliknya.

Dia tidak pernah tidur—dia cerdas dan bersikukuh. Dia menganalisis dengan cermat masalahnya dan kemudian bergerak maju dengan tekun, dengan sistematik untuk mencapai tujuan itu. Dia menggunakan kelima indera serta rasa lapar dan haus alami manusia untuk menyesatkannya. Dia mengantisipasi perlawanan dan membentengi dirinya sendiri terhadapnya. Dia menggunakan waktu dan ruang serta saat luang. Dia konstan dan meyakinkan serta terampil. Dia menggunakan hal-hal berguna seperti radio, televisi, lembar cetakan, pesawat terbang, dan mobil untuk menyelewengkan dan merusak. Dia menggunakan kesukaan manusia untuk bersosialisasi, kesepiannya, setiap kebutuhannya untuk menyesatkannya. Dia melakukan pekerjaannya pada waktu yang paling menguntungkan di tempat-tempat yang paling mengesankan dengan orang-orang yang paling berpengaruh. Dia tidak mengabaikan apa pun yang akan menipu dan menyelewengkan serta mencemari. Dia menggunakan uang, kekuasaan, kekuatan. Dia membujuk manusia dan menyerang titik terlemahnya. Dia mengambil yang baik dan menciptakan yang buruk .… Dia menggunakan setiap seni pengajaran untuk menaklukkan manusia.7

Si musuh itu licik. Dia lihai. Dia tahu bahwa dia tidak dapat membujuk pria dan wanita yang baik untuk melakukan kejahatan besar secara langsung, maka dia bergerak dengan licinnya, membisikkan kebenaran yang setengah-setengah sampai dia telah berhasil membuat tawanan sasarannya mengikutinya.8

Dengan bantuan Tuhan, kita dapat menolak pengaruh-pengaruh jahat

Jika kita mau meloloskan diri dari serangan mematikan dari yang jahat dan menjaga rumah tangga serta keluarga kita bebas dan secara mantap terbentengi terhadap segala pengaruh yang merusak yang begitu merajalela di sekitar kita, kita haruslah memperoleh bantuan dari … sang Pencipta sendiri. Hanya ada satu jalan yang pasti dan itu adalah melalui Injil Tuhan Yesus Kristus dan bersikap patuh kepada ajaran-ajarannya yang dalam dan terilhami.9

Dalam kehidupan setiap orang timbul konflik antara kebaikan dan kejahatan, antara Setan dan Tuhan. Setiap orang yang telah mencapai atau melampaui usia pertanggungjawaban delapan tahun, dan yang dengan hati sepenuhnya bertobat dibaptiskan secara selayaknya, secara pasti akan menerima Roh Kudus. Jika diindahkan, anggota Tubuh Ketuhanan ini akan menuntun, mengilhami, dan memperingatkan, serta akan menetralisasi bisikan-bisikan dari si jahat.10

Dia yang memiliki kekuatan lebih besar daripada Lusifer, Dia yang adalah benteng kita serta kekuatan kita, dapat mendukung kita di saat-saat godaan besar. Sementara Tuhan tidak akan pernah secara paksa membawa seseorang keluar dari dosa atau dari lengan para penggoda, Dia menggerakkan Roh-Nya untuk membujuk si pendosa untuk melakukannya dengan bantuan ilahi. Dan orang yang tunduk kepada pengaruh dan permohonan manis dari Roh serta melakukan segalanya dalam batas kemampuannya untuk bertahan dalam sikap bertobat diberi jaminan perlindungan, kekuatan, kebebasan serta sukacita.11

Setan … bersaing untuk mendapatkan pengabdian Musa .…

“Musa, putra manusia, sembahlah aku,” iblis menggoda, dengan janji dunia dan kemewahan serta kekuasaan .…

… Nabi itu memerintahkan, “Enyahlah engkau, Setan ….” (Musa 1:16). Si pembohong, si penggoda, si jahat yang tidak bersedia melepaskan orang yang mungkin menjadi korbannya ini, kini dalam kemarahan dan keberangan “berseru … dengan suara yang nyaring, yang memecahkan bumi dan memerintahkan, mengatakan: Akulah Putra Tunggal, sembahkan aku“ (Musa 1:19).

Musa mengenali penipuan itu dan melihat kekuatan kegelapan serta “kegetiran neraka.” Ini merupakan suatu kekuatan yang tidak mudah dihadapi atau diusir. Ketakutan, dia berseru kepada Allah, kemudian memerintahkan dengan kekuatan baru,

“Aku tak akan berhenti berseru kepada Allah … sebab kemuliaan-Nya berada di atasku, karenanya aku dapat membedakan antara Dia dan engkau .… Dalam nama Putra Tunggal, enyahlah engkau, Setan” (Musa 1:18–21).

Bahkan Lusifer pun, … musuh utama umat manusia, tidak dapat menahan kuasa imamat Allah. Dengan gemetar, terguncang, menyumpah, meratap, meraung, mengertakkan giginya, dia meninggalkan Musa yang berjaya.12

Kita harus siap untuk berdiri dengan berani di hadapan Setan … dan menentang para penguasa serta kekuasaan dan pemerintahan kegelapan. Kita membutuhkan seluruh perlengkapan baju zirah Allah agar kita dapat bertahan [lihat Efesus 6:12–13].13

“Kenakanlah seluruh perlengkapan senjata Allah,” seperti diimbau oleh Paulus [Efesus 6:11]. Dengan pengaruh dan perlindungan ilahi ini, kita akan dapat membedakan penipuan si musuh dalam perkataan dan rasionalisasi yang menarik apa pun dan kita dapat “mengadakan perlawanan pada hari yang jahat itu dan tetap berdiri, sesudah … menyelesaikan segala sesuatu” [lihat Efesus 6:13].14

Kita tidak boleh tunduk bahkan pada godaan terkecil.

Dosa yang serius memasuki kehidupan kita sewaktu kita tunduk pertama-tama pada godaan-godaan kecil. Jarang seseorang masuk ke dalam pelanggaran yang lebih dalam tanpa pertama-tama tunduk pada yang lebih kecil, yang membukakan pintu menuju yang lebih besar. Memberi contoh mengenai salah satu jenis dosa, seseorang berkata, “Seseorang yang jujur tidak mendadak menjadi tidak jujur sama seperti sebuah ladang yang bersih tidak mendadak menjadi penuh rerumputan liar.”

Amatlah sulit, kalaupun bukan tidak mungkin, bagi iblis untuk memasuki sebuah pintu yang tertutup. Dia tampaknya tidak memiliki kunci untuk pintu yang tertutup. Tetapi jika sebuah pintu terbuka sedikit, dia memasukkan jari kakinya, dan segera ini diikuti oleh telapak kakinya, kemudian oleh kakinya dan tubuhnya serta kepalanya, dan akhirnya dia masuk seluruhnya.

Situasi ini mengingatkan akan fabel mengenai seekor unta dengan pemiliknya yang sedang melakukan perjalanan menyeberangi padang pasir ketika badai angin bertiup. Pelancong itu segera membangun kemahnya dan masuk ke dalamnya, menutup penutup kemahnya untuk melindungi dirinya sendiri dari pasir yang mengiris, menggerus dari badai yang mengamuk itu. Unta tadi tentunya ditinggalkan di luar, dan sewaktu angin yang keras itu melemparkan pasir ke arah tubuhnya dan ke dalam mata serta lubang hidungnya, dia mendapati itu tidak tertahankan dan akhirnya memohon untuk masuk ke dalam kemah.

“Hanya ada ruang untuk saya sendiri,” kata si pelancong.

“Tetapi bolehkah saya memasukkan hidung saya saja ke dalam supaya saya bisa mengisap udara yang tidak dipenuhi dengan pasir?” tanya unta itu.

“Ya, mungkin itu boleh kamu lakukan,” jawab si pelancong, dan dia membuka penutup kemahnya sedikit saja dan hidung panjang unta pun masuk. Betapa nyamannya unta itu sekarang! Tetapi segera unta itu menjadi jemu dengan pasir yang menerpa mata dan telinganya …:

“Pasir yang terbawa angin ini bagaikan parutan di kepala saya. Dapatkah saya memasukkan kepala saya saja ke dalam?”

Lagi, si pelancong merasionalisasi bahwa untuk menyetujui tanpa membantah tidak akan merugikannya, karena kepala unta itu dapat mengisi bagian atas kemah yang dia sendiri tidak gunakan. Maka unta itu pun meletakkan kepalanya di dalam dan binatang itu pun puas lagi—tetapi hanya untuk waktu yang singkat.

“Hanya bagian depan saja,” mohonnya, dan kembali si pelancong mengizinkan dan segera bahu serta kaki depan unta itu sudah berada dalam kemah. Akhirnya, dengan proses memohon dan memberi yang sama, dada unta, bagian belakangnya dan seluruh tubuhnya berada di dalam kemah. Tetapi sekarang itu terlalu sesak bagi mereka berdua, dan unta itu pun menendang si pelancong keluar ke tengah hantaman angin dan badai.

Seperti unta itu, Lusifer dengan cepat menjadi tuan ketika seseorang tunduk pada bujuk rayuannya yang pertama. Segera kata hati menjadi sepenuhnya diam, kuasa kejahatan memiliki kendali penuh, dan pintu menuju keselamatan tertutup sampai sebuah pertobatan yang menyeluruh membukakannya kembali.

Pentingnya tidak mengakomodasi godaan bahkan sekecil apa pun ditegaskan melalui teladan Juruselamat. Tidakkah Dia mengenali bahayanya ketika Dia berada di atas gunung bersama adik-Nya yang terjatuh, Lusifer, sedang digoda dengan gencarnya oleh si penggoda ulung? Dia dapat saja membukakan pintu dan bermain mata dengan bahaya dengan mengatakan, “Baiklah, Setan, Aku akan mendengarkan usulanmu. Aku tidak perlu mengalah, Aku tidak perlu tunduk, Aku tidak perlu menerima—tetapi Aku mau mendengarkan.”

Kristus tidak merasionalisasi seperti itu. Dia secara pasti dan langsung menutup pembicaraan, dan memerintahkan, “Enyah, Iblis,” yang berarti, sepertinya, “Pergilah dari hadapan-Ku—pergilah dari hadirat-Ku—Aku tidak mau mendengarkan—Aku tidak mau berurusan denganmu.” Kemudian, kita membaca, “Iblis meninggalkan Dia” [Matius 4:10–11].

Inilah pola kita yang tepat, jika kita ingin menghindari dosa daripada dihadapkan dengan tugas yang jauh lebih sulit untuk mengobatinya. Sewaktu saya mempelajari kisah Juruselamat dan godaan-godaan-Nya, saya yakin Dia menghabiskan tenaga-Nya untuk membentengi diri-Nya sendiri terhadap godaan daripada memeranginya untuk mengalahkannya.15

Keputusan yang benar sekarang akan membantu kita mengatasi godaan kelak.

Salah satu tugas dasar bagi setiap individu adalah membuat keputusan. Berulang kali dalam satu hari kita tiba di suatu persimpangan jalan dan harus memutuskan jalan mana yang akan kita ambil. Beberapa alternatif panjang dan sulit, tetapi itu membawa kita ke arah yang benar menuju tujuan utama kita; yang lainnya pendek, lebar, dan menyenangkan, tetapi pergi ke arah yang keliru. Adalah penting untuk menempatkan sasaran utama kita jelas di dalam benak sehingga perhatian kita tidak dialihkan di setiap persimpangan jalan oleh pertanyaan-pertanyaan yang tidak relevan: Manakah jalan yang lebih mudah atau lebih menyenangkan? Atau manakah jalan yang diambil orang lain?

Keputusan yang benar paling mudah dibuat ketika kita membuatnya jauh sebelumnya, dengan menempatkan sasaran utama di dalam benak; ini menghindarkan kita dari banyak kesengsaraan di persimpangan, ketika kita lelah dan digoda dengan kuatnya.

Ketika saya masih muda, saya membuat keputusan yang tidak dapat diganggu gugat bahwa saya tidak akan pernah mencicipi teh, kopi, tembakau, atau minuman keras. Saya mendapati bahwa tekad yang tegas ini menyelamatkan saya berulang kali dalam pengalaman-pengalaman saya yang beragam. Ada banyak kesempatan ketika saya dapat meneguk atau menyentuh atau mencoba, tetapi tekad yang tak bisa diganggu gugat yang telah ditetapkan dengan tegas itu memberi saya alasan yang baik dan kekuatan yang baik untuk melawan.

… Waktu untuk memutuskan bahwa kita tidak akan menerima apa pun yang kurang dari kesempatan untuk hidup secara kekal dengan Bapa kita adalah sekarang, agar setiap pilihan yang kita buat akan terpengaruh oleh tekad kita untuk tidak membiarkan apa pun mengganggu upaya perolehan tujuan utama tersebut.16

Kembangkan disiplin diri agar, semakin lama semakin Anda tidak perlu memutuskan dan memutuskan kembali apa yang akan Anda lakukan ketika Anda dihadapkan dengan godaan yang sama berulang-ulang kali. Anda hanya perlu memutuskan beberapa hal sekali!

Betapa merupakan berkat yang besar boleh bebas dari kesengsaraan yang berulang kali sehubungan dengan suatu godaan. Melakukan itu terlalu menyita waktu dan terlalu berisiko.17

Kita dapat mendorong jauh-jauh beberapa hal dari kita sekali dan selesai berurusan dengannya! Kita dapat membuat keputusan tunggal mengenai hal-hal tertentu yang akan kita serap ke dalam kehidupan kita dan kemudian memegangnya dengan teguh—tanpa perlu memusingkan dan menentukan kembali seratus kali apa yang akan kita lakukan dan apa yang tidak akan kita lakukan.

Tidak adanya keputusan dan keputusasaan adalah suasana dimana si Musuh bisa bebas beroperasi, karena dia dapat mengakibatkan begitu banyak kecelakaan di antara umat manusia dalam keadaan seperti itu .… Jika Anda belum melakukannya, putuskanlah untuk memutuskan!18

Betapa baiknya jika kita bisa mendorong setiap anak lelaki dan perempuan Orang Suci Zaman Akhir untuk membuat keputusan pada masa kanak-kanak mereka untuk mengatakan, “Saya tidak akan pernah tunduk kepada Setan atau kepada siapa pun yang berkeinginan agar saya menghancurkan diri saya sendiri.”19

Waktu untuk menghentikan cara-cara kejahatan adalah sebelum itu dimulai. Rahasia dari kehidupan yang baik terletak dalam perlindungan dan pencegahan. Mereka yang tunduk kepada yang jahat biasanya adalah mereka yang telah menempatkan diri mereka sendiri dalam posisi yang rentan.20

Kita melawan si musuh ketika kita mengakui kelemahan kita dan berupaya untuk mengatasinya.

Dibesarkan di peternakan, saya tahu bahwa ketika babi-babi keluar, saya pertama-tama mencari lubang yang melaluinya babi-babi itu telah melarikan diri. Ketika sapi keluar dari ladang mencari padang rumput yang lebih hijau di tempat lain, saya tahu ke mana harus mencari terlebih dahulu tempat pelariannya. Hampir dipastikan itu adalah di tempat dia pernah melompati pagar sebelumnya, atau di pagar yang telah rusak. Demikian juga iblis tahu di mana harus menggoda, di mana untuk menempatkan serangannya yang efektif. Dia menemukan tempat yang rentan. Di mana seseorang pernah lemah sebelumnya, dia akan mudah digoda kembali.21

Tampaknya kejahatan itu selalu ada di sekitar kita .… Karenanya, kita harus waspada terus-menerus. Kita membuat daftar kelemahan-kelemahan kita dan bergerak untuk mengatasinya.22

Sebagian besar dari kita memiliki titik-titik rentan yang melaluinya bencana dapat menyerang kita kecuali kita telah selayaknya dilindungi dan diimunisasi .…

Sejarah menyediakan banyak … contoh kekuatan dan kesombongan, baik dari individu maupun bangsa, yang menyerah pada serangan di titik yang rentan. Sementara titik-titik ini sering kali, setidaknya pada permukaannya, bersifat jasmani, Lusifer dan para pengikutnya tahu bahwa kebiasaan, kelemahan, dan titik rentan setiap orang dan memanfaatkannya untuk menuntun kita menuju kehancuran rohani. Dengan orang yang satu mungkin itu kehausan akan minuman keras, bagi yang lain mungkin rasa lapar yang tak terpuaskan; yang lain lagi telah membiarkan dorongan seksualnya untuk menguasai; yang lainnya mencintai uang dan kemewahan serta kenyamanan yang dapat dibelinya; yang lainnya haus akan kekuasaan; dan seterusnya.23

Biarlah dia yang memiliki kecenderungan kejahatan bersikap jujur dan mengakui kelemahannya. Saya memberi tahu Anda bahwa Tuhan tidak menempatkan dosa dalam kehidupan kita. Dia tidak membuat seorang pun jahat .… Dosa diperkenankan ada di dunia, dan Setan diperkenankan menggoda kita, tetapi kita memiliki hak pilihan bebas kita. Kita boleh berdosa atau hidup dengan saleh, tetapi kita tidak dapat lolos dari tanggung jawab. Mempersalahkan dosa kita kepada Tuhan, mengatakan bahwa itu pembawaan dan tidak dapat dikendalikan, adalah murahan dan pengecut. Mempersalahkan dosa-dosa kita kepada orang tua kita dan cara kita dibesarkan adalah cara orang yang mencoba melarikan diri. Orang tua seseorang bisa saja gagal; latar belakang kita boleh saja membingungkan, tetapi sebagai putra dan putri dari Allah yang hidup kita memiliki di dalam diri kita sendiri kuasa untuk bangkit mengatasi keadaan kita, untuk mengubah kehidupan kita.24

Kami memohon kepada umat kami di mana pun, “Tunduklah kepada Allah, dan lawanlah Iblis, maka ia akan lari daripadamu” (Yakobus 4:7).

Mungkin ada beberapa orang yang memiliki perasaan ketidaknyamanan yang menyeluruh karena keadaan dunia dan semakin membesarnya bayang-bayang kejahatan, tetapi Tuhan berkata, “… kalau kamu telah siap, jangan kamu takut” (A&P 38:30), dan lagi, “Damai sejahtera Kutinggalkan bagimu .… Janganlah gelisah dan gentar hatimu” (Yohanes 14:27).25

Sebagai Orang Suci Zaman Akhir kita haruslah selalu waspada. Cara bagi setiap orang dan setiap keluarga untuk menjaga terhadap umban dan anak panah si Musuh serta untuk bersiap bagi hari besar Tuhan adalah dengan berpegang teguh pada pegangan besi, menerapkan iman yang lebih besar, bertobat dari dosa-dosa dan kelemahan-kelemahan kita, serta terlibat dengan penuh semangat dalam pekerjaan kerajaan-Nya di bumi, yaitu Gereja Yesus Kristus dari Orang-orang Suci Zaman Akhir. Di sinilah terletak satu-satunya kebahagiaan sejati bagi semua anak Bapa kita.26

Saran untuk Pembelajaran dan Pengajaran

Pertimbangkan gagasan-gagasan ini sewaktu Anda mempelajari bab ini atau sewaktu Anda mempersiapkan diri untuk mengajar. Untuk bantuan tambahan, lihat halaman v–x.

  • Ajaran-ajaran Presiden Kimball yang mana mengenai Setan dan cara-caranya yang Anda rasakan membantu dan mengapa? (lihat halaman 127–128).

  • Ulaslah bagian yang dimulai dari halaman 128. Dengan cara apa Tuhan dapat membantu kita menolak kejahatan? (Sebagai contoh, lihat kisah di halaman 127). Kapan Anda pernah menerima bantuan semacam ini?

  • Bacalah fabel di halaman 131. Menurut Anda mengapa si pelancong membiarkan unta itu ke dalam kemahnya? Pertimbangkan bagaimana Juruselamat melawan godaan (lihat halaman 132). Apa saja cara orang tua dapat membantu anak-anak mereka mengenali dan melawan bahkan godaan yang terkecil?

  • Ulaslah alinea penuh kedua di halaman 132. Bandingkan proses mencegah dosa dengan proses mengobatinya.

  • Presiden Kimball berkata, “Keputusan yang benar paling mudah dibuat ketika kita membuatnya jauh sebelumnya” (halaman 133). Bagaimana kehidupan kita terpengaruh oleh keputusan dini untuk mematuhi perintah-perintah seperti Kata-Kata Bijaksana? (Untuk contoh, lihat halaman 132). Apa saja keputusan yang berhubungan dengan menjalankan Injil yang telah Anda buat yang tidak dapat diganggu gugat?

  • Pertimbangkan pengamatan Presiden Kimball mengenai babi-babinya dan sapinya (halaman 134–135). Apa yang kita peroleh dengan mengakui kelemahan-kelemahan kita dan menerima tanggung jawab atasnya?

Tulisan Suci Terkait: 1 Korintus 10:13; 1 Nefi 15:23–25; Helaman 5:12; Eter 12:27; A&P 10:5

Catatan

  1. Dalam Conference Report, Konferensi Area Brisbane Australia 1976, 19.

  2. Dalam Mission Experience of Spencer W. Kimball,“ Brigham Young University Studies, musim gugur 1985, 126.

  3. The Miracle of Forgiveness (1969), 21.

  4. The Miracle of Forgiveness, 213.

  5. “The Role of Righteous Women,” Ensign, November 1979, 104.

  6. “President Kimball Speaks Out on Morality,” Ensign, November 1980, 94.

  7. “How to Evaluate Your Performance,” Improvement Era, Oktober 1969, 12.

  8. “The Gospel of Repentance,” Ensign, Oktober 1982, 2.

  9. Dalam Conference Report, April 1979, 5; atau Ensign, Mei 1979, 6.

  10. The Miracle of Forgiveness, 14–15.

  11. The Miracle of Forgiveness, 176.

  12. Faith Precedes the Miracle (1972), 87, 88.

  13. “The Blessings and Responsibilities of Womanhood,” Ensign, Maret 1976, 71.

  14. Faith Precedes the Miracle, 219.

  15. The Miracle of Forgiveness, 215–217.

  16. “Decisions: Why It’s Important to Make Some Now,” New Era, April 1971, 3.

  17. “President Kimball Speaks Out on Planning Your Life,” New Era, September 1981, 50.

  18. Dalam Conference Report, April 1976, 70; atau Ensign, Mei 1976, 46.

  19. Dalam Conference Report, Konferensi Area Manila Filipina 1975, 5.

  20. The Miracle of Forgiveness, hlm. 15.

  21. The Miracle of Forgiveness, hlm. 171.

  22. The Miracle of Forgiveness, hlm. 209–210.

  23. The Miracle of Forgiveness, 218–219.

  24. An Apostle Speaks to Youth—Be Ye Clean: Steps to Repentance and Forgiveness (pamflet, 1970), 13.

  25. Dalam Conference Report, April 1974, hal 6; atau Ensign, Mei 1974, 6.

  26. Dalam Conference Report, Oktober 1982, 4; atau Ensign, November 1982, 5.