Ajaran-Ajaran Presiden
Pentingnya Kebangkitan


Bab 7

Pentingnya Kebangkitan

Karena Kristus hidup setelah kematian, demikian juga semua orang, masing-masing mendapat tempat yang cocok di dunia yang akan datang.1

Pendahuluan

Pada tahun 1912, Penatua David O. McKay, yang saat itu menjadi anggota Dua Belas, bersama istrinya, Emma Ray, mengalami penderitaan besar pertama mereka dalam peranan keorangtuaan ketika putra mereka yang berusia dua setengah tahun, Royle, meninggal. Cerita Penatua McKay tentang peristiwa itu memperlihatkan kedukaan yang dia rasakan tetapi juga menunjukkan imannya pada kebangkitan di masa yang akan datang.

“Senin, 8 April 1912. Sungguh malam penuh derita bagi putra tersayang kami! Setiap nafas yang dihembuskannya tampak menyakitkannya! Dokter memeriksanya pagi ini, dan menemukan bahwa rasa sakitnya dikarenakan radang pada kedua paru-parunya. Itulah sebabnya kami nyaris kehilangan harapan; tetapi kemudian saat [dokter] memberitahu kami bahwa melalui pemeriksaan dia mengetahui bakteri apa yang telah menyebabkan infeksi dan dia memiliki antitoksin, jadi sekali lagi kami masih punya harapan.

Tetapi Royle terlalu lemah dan komplikasi penyakitnya terlalu banyak. Dia berjuang dengan berani setiap hari, meminum obat yang diberikan kepadanya pada waktu-waktu tertentu seperti yang dilakukan orang dewasa. Pada pukul 21.30 malam, Ayah, Thomas E. [McKay] dan saya sekali lagi memberkatinya. Ray merasa optimis, dan terbaring di tempat tidur di sisinya untuk beristirahat sejenak. Tidak lama kemudian detak jantungnya melemah, dan kami tahu bahwa anak kami akan segera meninggalkan kami. ‘Mama’ adalah kata terakhir yang keluar dari bibirnya. Sesaat sebelum ajal tiba, dia merentangkan tangan mungilnya, dan ketika saya berhenti untuk menenangkannya, dia merangkul leher saya, serta memberi saya rangkulan terakhir yang penuh kasih yang pernah diterima oleh seorang ayah dari anak tersayangnya. Sepertinya dia menyadari bahwa dia akan pergi, dan ingin mengatakan, ‘Selamat tinggal, Ayah,’ tetapi suara kecilnya nyaris tidak terdengar karena kelemahan dan rasa sakit. Saya yakin dia memandangi Ibunya beberapa menit kemudian. Dia hanya beristirahat sebentar; dan memperhatikan bahwa para perawat agak gelisah, dia memeluk putra kesayangannya untuk sejenak dan tidak melepaskannya sampai kami dengan lembut mengajaknya ke luar ruangan karena Maut telah merenggut putra terkasih kami.

Ajal tiba pukul 01.50 dini hari, bahkan tanpa gerakan otot sama sekali. ‘Dia tidak meninggal tetapi dia tidur adalah ungkapan yang sangat cocok untuk jiwa mana pun, karena dia benar-benar tidur. Dia tidak meninggal.”2

Ajaran-ajaran David O. McKay

Para Rasul Yesus menjadi saksi tentang kenyataan Kebangkitan-Nya.

Kira-kira dua ribu tahun yang lalu … ada beberapa rasul yang merasa sedih. Petrus merasa tidak bahagia; Yohanes berduka; demikian pula Maria, Ibu Kristus. Para rasul lainnya telah melarikan diri. Yudas menyadari kejahatan yang telah diperbuatnya. Sungguh malam yang menyedihkan!

Keesokan harinya Kristus bangkit …. Karena Kristus benar-benar bangkit, peristiwa ini membangun kebakaan jiwa, keberadaan orang-orang yang dikasihi yang telah meninggal, sosok mereka tetap nyata. Mereka senyata seperti roh Kristus dalam dunia roh ketika Dia berkhotbah kepada roh-roh yang ada di penjara.3

Kenyataan bahwa mereka menjadi saksi dalam peristiwa [Kebangkitan Yesus] memberi nilai tambah terhadap bukti yang diberikan oleh para rasul. Nilai yang lebih dalam mengenai kesaksian mereka terletak pada kenyataan bahwa dengan kematian Yesus para rasul dilanda kesedihan dan kedukaan. Selama dua setengah tahun mereka telah diteguhkan serta diilhami karena kehadiran Kristus. Tetapi sekarang Dia telah pergi. Mereka ditinggal sendirian, dan mereka tampak bingung serta tidak berdaya ….

“Apa yang tiba-tiba mengubah para murid ini untuk menjadi para pengkhotbah Injil Yesus Kristus yang percaya diri, tidak gentar, dan gagah berani? Itu disebabkan oleh wahyu bahwa Kristus telah bangkit dari kubur. Janji-janji-Nya dipenuhi, misi Kemesiasan-Nya digenapi” ….

Markus tidak menceritakan sendiri penampakan Tuhan yang telah bangkit; tetapi dia bersaksi bahwa malaikat yang ada di kubur itulah yang mengumumkan kebangkitan tersebut, dan berjanji bahwa Tuhan akan menjumpai para murid-Nya. Dari Markus kita mendengar pernyataan mulia mengenai kubur pertama di seluruh dunia yang kosong. Untuk pertama kalinya dalam sejarah manusia kata-kata “Di sini dikuburkan” diganti dengan pesan Ilahi “Dia bangkit.” Tidak seorang pun dapat meragukan bahwa Markus tidak yakin di dalam hatinya tentang kenyataan kubur yang kosong. Baginya kebangkitan itu tidak perlu dipertanyakan—itu nyata; dan penampakan Tuhan serta Gurunya di antara manusia adalah sebuah kenyataan yang tertanam di dalam benaknya tanpa bayangan keraguan. Terhadap pernyataan kebenaran ini dia mengabdikan hidupnya, dan jika sejarawan zaman dahulu mengatakan itu benar, maka dia pun memeteraikan kesaksiannya dengan darahnya.

Orang lain yang mencacat kesaksian dari para saksi mata adalah Lukas, seorang bukan Yahudi, atau, sebagaimana beberapa orang mengira, penganut agama Yahudi di Antiokhia di Siria, ketika dia berprofesi sebagai tabib (Kolose 4:14). Bahkan beberapa kritik pedasnya telah menyebutkan dia seorang sejarawan hebat, dan kontak pribadinya dengan para rasul zaman dahulu menjadikan pernyataan-pernyataannya amat berharga.

Apa yang dia tulis adalah hasil dari pertanyaan dan penyelidikan pribadi, serta diambil dari semua sumber yang tersedia. Khususnya dia mewawancarai dan merekam pernyataan dari orang-orang “yang sejak pertama menjadi saksi [mata] dan pelayan Firman.” Dia mengatakan bahwa dia “menyelidiki dengan akurat segala hal dari awal sekali,” agar dia dapat “menulisnya dengan benar” [lihat Lukas 1:1–4]. Ini artinya bahwa Lukas memperoleh kesaksian dari “para saksi mata” itu langsung dari mereka sendiri dan bukan dari penulis terdahulu.

Menurut semua kesaksian yang dapat dipercaya, kita memiliki Injil Lukas langsung dari tangannya. Dalam bab 24, Lukas bersaksi tentang pesan Ilahi: “Mengapa kamu mencari Dia yang hidup, di antara orang mati? Ia tidak ada di sini, Ia telah bangkit” [Lukas 24;5–6].

Dengan keyakinan yang sama sebagaimana keakuratannya, kita dapat menerima pernyataan-pernyataan dan kesaksian-kesaksiannya berkaitan dengan kesaksian Petrus dan Paulus serta para rasul lainnya mengenai kebangkitan. “Kepada siapa Kristus juga menunjukkan diri-Nya hidup setelah penderitaan-Nya selesai dengan banyak tanda, dengan menampakkan diri kepada mereka selama empat puluh hari, serta berbicara tentang hal-hal mengenai kerajaan Allah” [lihat Kisah para Rasul 1:3]. Siapa yang dapat meragukan keyakinan mutlak dari Lukas mengenai kenyataan kebangkitan itu?

Memang benar bahwa baik Markus maupun Lukas tidak bersaksi telah melihat secara pribadi Tuhan yang bangkit, dan karenanya, beberapa orang mendesak bahwa catatan kesaksian mereka tidak dapat diambil sebagai bukti pertama. Bahwa mereka tidak bersaksi demikian, tetapi yakin bahwa orang lain memang melihat-Nya, menunjukkan betapa kuatnya bukti di antara para rasul dan murid lainnya bahwa kebangkitan itu memang suatu kenyataan.

Tetapi, untunglah, ada dokumen yang memberi kesaksian pribadi akan saksi mata terhadap penampakan Yesus setelah kematian dan penguburan-Nya. Kesaksian pribadi ini juga menguatkan kesaksian bukan hanya dua orang yang telah saya sebutkan tadi tetapi juga yang lainnya. Saya merujuk pada Saulus, seorang Yahudi dari Tarsus, dididik di bawah pimpinan Gamaliel, orang Farisi yang keras, dan sebelum pertobatannya dia adalah penganiaya kejam terhadap semua orang yang percaya kepada Yesus dari Nazaret yang telah bangkit dari kematian. Dan sekarang dalam dokumen kuno asli yang masih ada yang berhubungan atau bersaksi tentang kebangkitan Kristus, kita menemukan Paulus mengatakan hal ini kepada orang-orang Korintus:

“Sebab yang sangat penting telah kusampaikan kepadamu, yaitu apa yang telah kuterima sendiri, ialah bahwa Kristus telah mati karena dosa-dosa kita, sesuai dengan Kitab Suci, bahwa Ia telah dikuburkan, dan bahwa Ia telah dibangkitkan, pada hari yang ketiga, sesuai dengan Kitab Suci; bahwa Ia telah menampakkan diri kepada Kefas dan kemudian kepada kedua belas murid-Nya. Sesudah itu Ia menampakkan diri kepada lebih dari lima ratus saudara sekaligus; kebanyakan dari mereka masih hidup sampai sekarang, tetapi beberapa di antaranya telah meninggal. Selanjutnya Ia menampakkan diri kepada semua rasul. Dan yang paling akhir dari semuanya Ia menampakkan diri juga kepadaku, sama seperti kepada anak yang lahir sebelum waktunya” [1 Korintus 15:3–8].4

Kesangsian dunia tidak dapat menghalangi kesaksian para saksi mata.

Di zaman sekarang terlalu banyak yang seperti orang-orang di Areopagus dua ribu tahun silam yang mendirikan mezbah bagi “Allah yang Tidak Dikenal,” tetapi tahu sedikit atau tidak tahu apa-apa mengenai Dia. Kita membaca mengenai hal itu dalam perjalanan Paulus ke Areopagus, dia telah melihat patung-patung besar yang didirikan bagi berbagai dewa …. Di sini sering berkumpul para pujangga dan hakim-hakim, ahli pikir, orang bijak dari dunia kuno, yang memikirkan dan membahas mengenai misteri kehidupan serta tujuan ras manusia.

Di tengah-tengah semua kebijaksanaan duniawi ini terdapat seorang lelaki bermata coklat yang hidup sendirian yang banyak menentang filsafat mereka sebagai filsafat palsu dan penyembahan mereka terhadap patung-patung sebagai kesalahan fatal—satu-satunya orang di kota besar yang banyak memiliki cendekiawan yang tahu melalui pengalaman nyata bahwa seseorang dapat melewati gerbang maut dan hidup …. Ketika Paulus berkhotbah dengan fasih mengenai sosok Allah, para filsuf itu mendengarkan dengan sungguh-sungguh dan dengan seksama sampai dia bersaksi bahwa Allah telah membangkitkan Yesus dari kematian.

Ketika mereka mendengar mengenai kebangkitan, sebagian mencemooh dan hampir semuanya pergi, meninggalkan dia yang telah menyatakan kebenaran bahkan lebih kesepian daripada sebelumnya [lihat Kisah para Rasul 17:22–33]. Saat ini, seperti di Areopagus, ketika kita berbicara mengenai kebangkitan orang mati, ada sejumlah orang yang mencemooh dan yang lainnya ragu-ragu serta pergi. Saat ini, seperti dahulu, terlalu banyak pria dan wanita memiliki allah-allah lain kepada siapa mereka lebih banyak peduli daripada kepada Tuhan yang telah bangkit ….

Mengukuhkannya sebagai suatu kenyataan bahwa Kristus memang mengambil tubuh-Nya dan menampakkan diri sebagai Makhluk yang dimuliakan serta dibangkitkan, dan Anda menjawab pertanyaan sepanjang abad—“Kalau manusia mati, dapatkah ia hidup lagi?” [lihat Ayub 14:14].

Kebangkitan yang sesungguhnya dari kubur bagi para murid yang mengenal Kristus secara akrab merupakan suatu kenyataan. Dalam benak mereka sama sekali tidak ada keraguan. Mereka adalah para saksi dari kenyataan itu. Mereka tahu karena mata mereka melihatnya, telinga mereka mendengar, tangan mereka meraba keberadaan jasmani sang Penebus yang telah bangkit.5

Bahwa roh manusia melewati dengan kemenangan gerbang maut menuju hidup yang kekal merupakan salah satu pesan mulia yang diberikan oleh Kristus, Penebus kita. Bagi Dia pekerjaan duniawi ini hanyalah sehari dan penutupnya hanyalah bagaikan matahari terbenam. Kematian, hanyalah tidur, yang diikuti dengan kebangkitan mulia di pagi hari dari suatu kenyataan kekal. Ketika Maria dan Marta melihat saudara lelaki mereka hanyalah sesosok mayat yang terbaring di dalam kubur yang gelap dan sunyi, Kristus melihatnya masih sebagai makhluk yang hidup. Kenyataan ini Dia ungkapkan dalam dua kata: “… Lazarus tertidur …” (Yohanes 11:11). Jika semua orang … tahu bahwa Kristus yang disalibkan benar-benar bangkit pada hari ketiga—bahwa setelah menemui yang lain dan berada di tengah orang-orang di dunia roh, roh-Nya sekali lagi menyatu dengan tubuh-Nya, dan setelah tinggal di antara manusia selama empat puluh hari, dia naik ke surga dengan jiwa yang telah dimuliakan kepada Bapa-Nya—sungguh suatu kedamaian yang membahagiakan bagi jiwa yang sekarang resah karena keraguan dan ketidakpastian!

Gereja Yesus Kristus dari Orang-orang Suci Zaman Akhir berdiri dengan Petrus, Paulus, Yakobus, dan semua rasul zaman dahulu yang menerima kebangkitan itu tidak saja sebagai hal yang benar-benar nyata, tetapi sebagai penyempurnaan misi Ilahi Kristus di bumi.6

Penegasan terakhir dan terbesar bahwa Yesus bangkit dari kubur adalah penampakan Bapa dan Putra kepada Nabi Joseph Smith, seribu sembilan ratus tahun setelah peristiwa itu …. Mukjizat kehidupan ini penting bukan hanya dalam mukjizatnya itu sendiri, tetapi dalam konotasi dari seluruh asas dasar ke-Kristenan sejati.7

Kebangkitan Kristus menegaskan kemahakuasaan Allah dan kebakaan manusia.

Selama lebih dari empat ribu tahun, manusia telah melihat ke dalam kubur dan hanya melihat akhir dari hidup itu sendiri. Dari berjuta-juta orang yang telah masuk ke dalamnya, tidak seorang pun yang pernah kembali sebagai makhluk yang dibangkitkan dan baka. “Terdapat di seluruh wilayah di bumi, tidak ada satu kubur pun yang kosong. Tidak ada hati manusia yang percaya; tidak ada suara manusia yang menyatakan bahwa ada kubur seperti itu—kubur yang dicuri oleh kekuatan seorang Pemenang yang lebih kuat daripada musuh besar manusia, Kematian.”

Oleh karenanya, ada sebuah pesan yang baru dan mulia yang diberikan oleh malaikat kepada para wanita yang cemas dan penuh kasih yang telah datang ke kubur tempat Yesus dibaringkan: “… Kamu mencari Yesus orang Nazaret, yang disalibkan itu. Ia telah bangkit, Ia tidak ada di sini. Lihat! Inilah tempat mereka membaringkan Dia” (Markus 16:6).

Jika sebuah mukjizat adalah peristiwa gaib yang kekuatannya di luar kebijaksanaan manusia yang terbatas maka kebangkitan Yesus Kristus adalah mukjizat paling menakjubkan sepanjang zaman. Di dalamnya diwahyukan kemahakuasaan Allah dan kebakaan manusia.

Meskipun demikian, kebangkitan adalah sebuah mukjizat, hanya dalam artian bahwa kebangkitan itu di luar pemahaman dan pengertian manusia. Bagi semua orang yang menerima kebangkitan sebagai kenyataan, itu hanya sekadar suatu perwujudan hukum kehidupan yang konsisten. Karena manusia tidak memahami hukum itu, dia menyebutnya mukjizat.8

Kebangkitan dan musim semi berkaitan erat, bukan karena tidak ada sesuatu apa pun dalam alam yang secara tepat dapat disamakan dengan kebangkitan, tetapi ada begitu banyak yang mengisyaratkan suatu pemikiran yang berhubungan dengan KEBANGKITAN. Seperti keadaan mencekam musim dingin yang telah merenggut kehidupan sayuran dalam cengkeramannya, tetapi saat musim semi tiba tenaga panas yang memberikan kehidupan menyenangkan dan cahaya memaksa musim dingin itu untuk melepaskan cengkeramannya, dan segala sesuatu yang terlihat sudah mati memperoleh kehidupan barunya, disegarkan, dihidupkan, serta diperkuat setelah tidur yang lelap.

Demikian juga dengan manusia. Apa yang kita sebut kematian, Yesus menyebutnya sebagai tertidur. “Lazarus tertidur,” Dia berkata kepada para murid-Nya [lihat Yohanes 11:11]. “Anak ini tertidur,” adalah kata-kata penghiburan-Nya kepada orang tua yang bersedih dan berduka atas gadis kecil mereka [lihat Markus 5:39]. Sesungguhnya, bagi Juruselamat dunia tidak ada yang disebut kematian—hanya kehidupan—kehidupan kekal. Sebenarnya Dia dapat mengatakan, “Akulah kebangkitan dan hidup; barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan hidup walaupun ia sudah mati” [Yohanes 11:25].

Dengan kepastian ini, kepatuhan terhadap hukum kekal seharusnya menjadi sukacita, bukan beban, karena kehidupan adalah sukacita, kehidupan adalah kasih …. Kepatuhan kepada Kristus dan hukum-hukum-Nya mendatangkan kehidupan. Semoga setiap Paskah senantiasa menekankan kebenaran ini, dan memenuhi jiwa kita dengan keyakinan Ilahi bahwa Kristus benar-benar telah bangkit, dan melalui Dia kebakaan manusia didapat.9

Orang-orang yang setia menerima kesaksian yang menghibur mengenai Kebangkitan.

Tidak ada alasan untuk takut pada kematian; itu hanyalah suatu peristiwa dalam kehidupan. Itu adalah sealami kelahiran. Mengapa kita harus takut? Ada orang yang merasa takut karena mereka mengira kematian adalah akhir kehidupan, dan kehidupan sering kali menjadi hal paling berharga yang kita miliki. Kehidupan kekal adalah berkat terbesar manusia.

Jika saja manusia mau “melakukan kehendak-Nya” [lihat Yohanes 7:17], daripada mencari dengan sia-sia dalam kubur yang gelap dan suram, mereka akan mengalihkan mata mereka ke atas langit dan mengetahui bahwa Kristus telah bangkit!

Tidak seorang pun dapat menerima kebangkitan dan menjadi konsisten dalam kepercayaannya tanpa juga menerima keberadaan sosok Allah. Melalui kebangkitan Kristus menaklukkan kematian dan menjadi jiwa yang baka. “Ya Tuhanku dan Allahku” (Yohanes 20:28) bukan hanya pernyataan sia-sia dari Tomas ketika dia melihat Tuhannya yang telah bangkit. Sekali kita menerima Kristus sebagai Seseorang yang Ilahi, adalah mudah untuk membayangkan Bapa-Nya sebagai makhluk yang memiliki sosok seperti Dia; karena, firman Yesus, “… barangsiapa telah melihat Aku, ia telah melihat Bapa ….” (Yohanes 14:9).10

Karena Kristus hidup setelah kematian, demikian juga semua manusia, masing-masing mendapat tempat yang cocok di dunia yang akan datang. Karenanya, pesan kebangkitan adalah pesan yang paling menghibur, paling mulia yang pernah diberikan kepada manusia, karena ketika kematian merenggut orang-orang yang kita kasihi, hati kita yang berduka dihibur melalui pengharapan dan kepastian Ilahi yang diungkapkan dalam kata-kata ini:

“Ia tidak ada di sini, sebab Ia telah bangkit” [lihat Matius 28:6]. Karena Penebus kita hidup demikian juga kita. Saya memberikan kesaksian saya kepada Anda bahwa Dia memang hidup. Saya tahu itu, karena itu saya berharap Anda pun mengetahui kebenaran Ilahi itu.11

Yesus melampaui semua pengalaman fana sama seperti Anda dan saya. Saya merasakan kebahagiaan, Dia pun mengalami kesakitan. Dia senang dan sedih seperti halnya yang lain. Dia mengenal persahabatan. Dia juga mengalami kesedihan yang datang karena para pemfitnah dan penuduh palsu. Dia mengalami kematian fana bahkan seperti yang akan Anda alami. Karena Kristus hidup sesudah kematian, maka Anda dan saya pun akan hidup sesudah kematian ….

Yesus adalah satu-satunya orang sempurna yang pernah hidup. Dalam kebangkitan-Nya dari kematian, Dia menaklukkan kematian dan sekarang menjadi Tuhan di bumi. Betapa benar-benar lemah, betapa sangat bodoh orang yang dengan sengaja menolak jalan hidup Kristus, khususnya dalam terang kenyataan bahwa penolakan seperti itu hanya menuntun pada ketidakbahagiaan, kesedihan, dan bahkan pada kematian! …

Bila umat Kristen di seluruh dunia memiliki iman ini [kepada Yesus Kristus] yang mengalir dalam nadi mereka, bila mereka merasakan kesetiaan di dalam hati mereka terhadap Kristus yang telah Bangkit dan terhadap asas-asas yang tercakup di dalamnya, maka umat manusia akan mengambil langkah besar pertama menuju kedamaian abadi yang kita minta dalam doa setiap hari.12

Banyak yang mengaku orang Kristen tidak mempercayai arti sesungguhnya kebangkitan, dan di atas bahu Anda dan bahu … orang-orang di Gereja ini terletak tanggung jawab untuk memaklumkan kepada dunia peranan Ilahi-Nya sebagai Putra, kebangkitan-Nya yang sesungguhnya dari kubur, dan penampakan-Nya secara pribadi di hadirat Bapa kepada Nabi Joseph Smith.13

Saran Belajar dan Pembahasan

  • Adakah bukti yang sesungguhnya mengenai Kebangkitan Yesus Kristus? (lihat hlm. 74–77, 79). Bagaimanakah kesaksian Anda tentang Kebangkitan Yesus telah dikuatkan melalui kesaksian para Rasul-Nya zaman dahulu dan sekarang?

  • Dengan cara-cara apakah “kebijaksanaan duniawi” berusaha memperdebatkan kenyataan tentang Kebangkitan Yesus? (lihat hlm. 77–79).

  • Bagaimanakah ajaran mengenai Kebangkitan menjadi bagian dasar dari rencana keselamatan?

  • Presiden McKay mengajarkan bahwa Kebangkitan adalah “perwujudan dari hukum kehidupan yang konsisten” dan bahwa “Kebangkitan dan musim semi berkaitan erat.” Dengan cara-cara apakah Kebangkitan mirip dengan musim semi? (lihat hlm. 79). Bagaimanakah Anda dapat menggunakan analogi ini untuk menolong anak-anak memahami Kebangkitan?

  • Bagaimanakah kita memperoleh atau memperkuat kesaksian tentang Kebangkitan? (lihat hlm. 81–82). Bagaimanakah kesaksian Anda terhadap Kebangkitan mempengaruhi keputusan yang Anda buat? Adakah asas-asas Injil lainnya yang lebih mudah dipahami setelah kita memperoleh kesaksian tentang Kebangkitan?

  • Bagaimanakah pengetahuan mengenai Kebangkitan memperkecil kesedihan yang berhubungan dengan kematian dan menolong menghibur mereka yang berduka? (lihat hlm 81–82). Apakah teladan yang telah Anda lihat dari orang-orang yang dikuatkan dalam pencobaan melalui kesaksian mereka terhadap Kebangkitan?

  • Mengapa keberadaan Allah yang telah bangkit amat penting bagi umat manusia?

Tulisan Suci Terkait: Ayub 19:25–27; Markus 16:1–6; Kisah para Rasul 2:22–32; 4:33; 1 Korintus 15:3–8; 3 Nefi 11:15; A&P 76:22–24

Catatan

  1. Dalam Conference Report, April 1966, 59.

  2. Dikutip dari David Lawrence McKay, My Father, David O. McKay (1989), 84–85.

  3. Dalam Conference Report, April 1950, 178.

  4. Dalam Conference Report, April 1939, 112–114; alinea diubah.

  5. Dalam Conference Report, April 1944, 120–122; alinea diubah.

  6. Dalam Conference Report, April 1966, 57; alinea diubah.

  7. Dalam Conference Report, April 1944, 120; alinea diubah.

  8. Dalam Conference Report, April 1966, 56.

  9. Dalam Conference Report, April 1939, 115.

  10. Dalam Conference Report, April 1966, 58–59.

  11. Dalam Conference Report, April 1944, 125.

  12. Dalam Conference Report, April 1966, 59.

  13. Dalam Conference Report, April 1950, 179.