Ajaran-Ajaran Presiden
Pemanggilan Mulia Orang Tua


Bab 16

Pemanggilan Mulia Orang Tua

Lingdungilah anak-anak Anda. Bimbinglah mereka … melalui teladan seorang ayah yang baik, dan ibu yang penuh kasih.1

Pendahuluan

Presiden David O. McKay sering kali mengungkapkan penghargaannya bagi orang tuanya dan pengaruh mereka dalam kehidupannya, “Dari [ayah] saya mempelajari pelajaran-pelajaran pekerjaan dan peribadatan yang berlaku bagi kegiatan-kegiatan moral serta rohani juga hal-hal yang bersifat jasmani. Pekerjaan apa pun yang kami lakukan, tugas apa pun, kami harus melakukannya serta memberikan usaha kami yang terbaik.

Teladan ibu kami yang baik juga senantiasa saya ingat—kelembutan dan kesabaran serta ketulusannya.”2

Presiden McKay sebaliknya memiliki pengaruh yang kuat sebagai ayah yang penuh kasih. Ketika salah satu putranya, David Lawrence, masih kanak-kanak, dia menemani ayahnya dalam sebuah kereta kuda. “Kami menyeberangi sungai yang arusnya deras dalam badai,” David Lawrence kemudian mengenang, “dan terjebak di antara sungai itu dan arus air dari gunung. Saya merasa hari kiamat akan tiba, serta mulai menangis. Ayah memeluk saya sepanjang malam sampai kami diselamatkan keesokan harinya. Adalah sulit untuk tidak patuh kepada seseorang yang mengasihi Anda dan memeluk Anda.”3

David Lawrence mengenang bahwa David O. dan Emma Ray McKay menjelaskan apa yang mereka harapkan dari anak-anaknya serta bahwa mereka, sebagai orang tua, “sedemikian disiplin sehingga kami tidak pernah bingung ketika melihat mereka bersikap lain dengan sikap yang seharusnya kami miliki …. Harapan-harapan orang tua kami memberi jalan bagi kami untuk diikuti, dan kasih kami bagi mereka memberi motivasi yang tidak dapat kami tahan untuk menempuh jalan itu. Kami belajar mengasihi mereka karena mereka terlebih dahulu sangat mengasihi satu sama lain serta kami.”4

Teladan dan nasihat Presiden McKay kepada para orang tua Orang Suci Zaman Akhir menunjukkan pemahamannya akan pentingnya pengaruh mereka dan mencerminkan keyakinannya bahwa “tidak ada keberhasilan yang dapat menggantikan kegagalan dalam rumah tangga.”5

Ajaran-ajaran David O. McKay

Orang tua memiliki tanggung jawab Ilahi untuk merawat dan membimbing anak-anak mereka.

Bayi yang baru lahir adalah makhluk paling tidak berdaya di dunia. Pemeliharaan orang tua yang penuh perlindungan penting bagi kelangsungan hidupnya, juga pertumbuhannya …. Milik kita yang paling berharga, harta kekekalan kita, adalah anak-anak kita. Hal-hal ini patut dan memang seharusnya menerima perhatian terbesar serta bimbingan terus-menerus dari kita …

Lahirnya anak-anak ke dunia membawa serta tanggung jawab besar dan membuka wawasan mengenai tujuan kehidupan yang paling mulia, yaitu, menjadi mitra bersama Tuhan “untuk mendatangkan kebakaan serta hidup yang kekal bagi manusia” (Musa 1:39).6

Bapa seluruh umat manusia mengharapkan orang tua, sebagai para wakilnya, membantu-Nya dalam membentuk dan membimbing kehidupan manusia serta jiwa-jiwa baka. Itulah tugas terbesar yang dapat Tuhan embankan kepada manusia.7

Peranan orang tua … hendaknya dipikul sebagai kewajiban kudus. Ada sesuatu di dalam jiwa manusia yang memberontak terhadap orang tua yang lalai. Allah telah menanamkan ke dalam jiwa orang tua kebenaran bahwa mereka tidak dapat mengabaikan tanggung jawab melindungi anak-anak dan para remaja tanpa akibat.

Tampaknya ada kecenderungan yang terus tumbuh untuk mengalihkan tanggung jawab ini dari rumah ke pengaruh-pengaruh luar, misalnya di sekolah dan gereja. Meskipun pengaruh-pengaruh luar ini penting namun pengaruh-pengaruh itu tidak dapat menggantikan pengaruh ibu serta ayah. Pelatihan dan perawatan secara terus-menerus, penemanan, menjadi penjaga bagi anak-anak kita sendiri adalah diperlukan untuk menjaga keutuhan rumah tangga kita.8

Ilham dari Allah terlihat dalam mengharuskan Orang-orang Suci Zaman Akhir untuk menjaga keutuhan rumah tangga mereka dan mengajar anak-anak mereka asas-asas Injil Yesus Kristus. “Dan mereka juga harus mengajar anak-anak mereka untuk berdoa serta hidup tanpa cela di hadapan Tuhan.” Perintah dari Tuhan ini, yang diberikan kepada kita dalam Ajaran dan Perjanjian, bagian 68, ayat 28, tidak meninggalkan keraguan karena memang tanggung jawab orang tua untuk mengajar anak-anak mereka—tanggung jawab yang terlalu sering dialihkan kepada Gereja, sekolah umum, dan pejabat hukum.9

Tiga kelompok mengemban tanggung jawab dalam melatih anak-anak: Pertama, keluarga; kedua, Gereja; ketiga, pemerintah. Yang paling penting dari ketiganya adalah keluarga. Melalui perintah Ilahi Tuhan telah memberi tanggung jawab kepada orang tua, pertama untuk mengajarkan ajaran pertobatan; kedua, iman kepada Kristus, Putra Allah yang hidup; ketiga, baptisan dan penetapan; keempat, mengajar anak-anak untuk berdoa; kelima mengajar anak-anak untuk hidup dengan bajik di hadapan Tuhan [lihat A&P 68:25–28]. Orang tua yang menghindari tanggung jawab ini harus bertanggung jawab atas dosa pengabaian.10

Kepercayaan tertinggi yang dapat datang kepada seorang pria dan wanita adalah meletakkan dalam pemeliharaan mereka kehidupan anak kecil. Jika seseorang lalai memenuhi kewajiban terhadap dana orang lain yang dipercayakan kepadanya, baik dia pejabat bank, sipil, atau pemerintah, dia bisa ditangkap dan barangkali dijebloskan ke penjara. Jika seseorang dipercaya untuk menyimpan rahasia pemerintah kemudian membocorkan rahasia itu, dan mengkhianati negaranya, dia disebut pengkhianat. Lalu, apa yang Tuhan sebut, untuk orang tua yang, karena kelalaiannya sendiri atau dengan sengaja ingin memuaskan sifat mementingkan diri mereka, benar-benar gagal untuk mengasuh anak-anak mereka, serta karenanya terbukti tidak setia terhadap kepercayaan terbesar yang telah diberikan kepada umat manusia? Sebagai jawabannya Tuhan telah berfirman: “… dosa akan dipikulkan ke atas kepala para orang tua itu” (A&P 68:25).11

Tidak ada yang sifatnya sementara dalam rumah tangga Orang Suci Zaman Akhir. Tidak ada unsur sementara dalam hubungan keluarga. Bagi Orang-orang Suci Zaman Akhir rumah sesungguhnya adalah unit dasar masyarakat, dan peran orang tua setara dengan ke-Allahan. Rahasia kewarganeraan yang baik terletak di rumah. Rahasia menanamkan iman kepada Allah, iman kepada Putra-Nya, Penebus dunia, iman kepada organisasi Gereja, terletak di rumah. Di situlah pusatnya. Allah telah memberikan tanggung jawab kepada orang tua dalam menanamkan asas-asas tersebut ke dalam pikiran anak-anak mereka. Sekolah-sekolah kita, organisasi Gereja kita, dan lembaga-lembaga sosial yang layak lainnya semuanya membantu dalam membangun serta membimbing para remaja, tetapi tidak satu pun dari hal itu—betapa pun besar dan penting dalam kehidupan para remaja kita—yang dapat menggantikan stabilitas dan pengaruh orang tua di rumah.12

Ibu dapat memiliki pengaruh yang kuat untuk kebaikan anak-anak mereka.

Salah satu kebutuhan terbesar di dunia zaman sekarang adalah kedudukan ibu yang cerdas, dan peduli ….

Kedudukan ibu adalah pengaruh potensial terbesar untuk kebaikan ataupun keburukan dalam kehidupan manusia. Citra ibu adalah hal utama yang melekat dengan sendirinya pada lembaran tidak tertulis dalam benak anak-anak kecil. Kepeduliannyalah yang pertama membangkitkan rasa aman; ciumannya adalah kesadaran pertama mengenai kasih sayang; simpati serta kelembutannya adalah keyakinan pertama bahwa ada kasih di dunia ini.13

Pemanggilan paling mulia di dunia adalah menjadi ibu. Kedudukan ibu yang sejati adalah yang terindah dari semua karya seni, yang terbesar dari semua profesi. Wanita yang dapat melukis sebuah karya besar, atau yang dapat menulis sebuah buku yang akan mempengaruhi jutaan orang, berhak mendapat penghormatan dan penghargaan umat manusia; tetapi wanita yang membesarkan sebuah keluarga yang sehat dengan berhasil, anak-anak lelaki dan perempuan yang menawan, yang jiwa-jiwa bakanya akan mendatangkan pengaruh sepanjang abad jauh setelah lukisan itu memudar, dan buku serta patung akan rusak atau hancur, berhak mendapat penghormatan tertinggi yang dapat diberikan manusia, dan berkat-berkat terbaik dari Allah.14

Para ibu menaburkan benih pada masa kanak-kanak yang menentukan panen besar dalam kehidupan berikutnya pada saat dewasa. Seorang ibu yang menanamkan ke dalam jiwa anak-anaknya penghargaan bagi satu sama lain serta kasih bagi ayah serta ibunya, memberikan pelayanan besar kepada Gereja dan kepada kemanusiaan pada umumnya. Anak-anak dari rumah tangga semacam itu pergi ke luar dunia sebagai warga negara yang baik—warga negara yang mau memberikan pelayanan yang orang tua mereka berikan, berperang dalam pertempuran yang ayah dan ibunya telah berperang ….

Kedudukan ibu adalah satu-satunya hal di dunia yang benar-benar memberikan contoh nilai-nilai yang berasal dari Allah untuk menghasilkan keturunan dan berkurban. Meskipun itu membawa wanita dekat dengan mulut maut, peran sebagai ibu juga menuntunnya kepada kenyataan akan sumber air kehidupan, serta menjadikannya mitra bersama sang Pencipta dalam memberikan roh-roh kekal kehidupan fana.

Selama tahun-tahun pertumbuhan masa bayi, kanak-kanak, dan remaja, ya, bahkan setelah anak-anak perempuannya sendiri menjadi ibu dan anak-anak lelakinya menjadi ayah; pengurbanan lembut serta penuh kasih ibu bagi mereka, waktunya, penghiburannya, kesenangannya, kebutuhannya untuk istirahat dan rekreasi, serta, jika perlu, kesehatan dan nyawanya sendiri. Tidak ada kata yang dapat mengungkapkan kekuatan dan keindahan serta kepahlawanan dari kasih seorang ibu ….

… Di antara harta yang paling berharga saya adalah kenangan tentang doa Ibu di sisi tempat tidur, tentang sentuhannya yang penuh kasih sayang ketika dia menyelimuti saudara lelaki saya serta saya dan memberi kami ciuman selamat malam yang penuh kasih. Kami masih sangat kecil dan kekanak-kanakan saat itu untuk menghargai sepenuhnya pengabdian seperti itu, tetapi tidak terlalu kecil untuk mengetahui bahwa Ibu mengasihi kami.

Kesadaran tentang kasih Ibu inilah, dengan kesetiaan terhadap ajaran luar biasa dari ayah, yang diberikan lebih dari sekali selama masa kecil saya melindungi saya dari jatuh ke dalam godaan.15

Tidak ada pekerjaan yang lebih mulia di dunia yang dapat dilaksanakan oleh ibu mana pun selain membesarkan dan mengasihi anak-anaknya yang melalui mereka Allah telah memberkatinya. Itulah tugasnya.16

Ayah hendaknya berperan aktif dalam membesarkan anak-anak mereka.

Suatu malam, kira-kira pukul lima, empat orang pria mengendarai mobil di Main Street [di Salt Lake City Utah]. Baru saja mereka menyusuri First South Street, mereka mendengar tangisan pilu anak kecil, “Papa! Papa! Papa! tunggu.” Ayah itu sedang menyupir, dan telinganya yang tanggap mengenali suara putranya. Dia segera menghentikan mobilnya. Ketika para pria itu melihat keluar, mereka melihat dari kerumunan orang banyak yang berdesak-desakan seorang anak kecil berusia sembilan tahun keluar dari situ, terengah-engah, menangis, karena usahanya untuk menyusul mobil itu ….

Si ayah berkata, “Mengapa kamu ada di sini, nak?”

“Saya mencari ayah.”

“Jadi, apakah kamu meninggalkan tempat yang telah kita sepakati untuk bertemu?”

“Ya, saya pergi untuk mencari ayah.”

Menurut yang dipahami anak lelaki itu mereka seharusnya bertemu di depan Tabernakel. Ternyata yang dimaksud si ayah adalah menemui anaknya agak jauh lagi di pinggir jalan. Melalui kesalahpahaman ini si anak telah terpisah dari orang tuanya, dan anak kecil ini berada dalam kerumunan orang banyak tanpa terlindungi.

Saya rasa hal itu menggambarkan peringatan penting yang sering kali terdengar. Para ayah, adakah kesalahpahaman di antara Anda dan putra Anda? Adakah yang tersesat di tengah-tengah kehidupan yang sibuk, yang dikelilingi oleh berbagai godaan, dan Anda berharap bertemu dengannya di tempat yang dijanjikan yang tidak dia ketahui? Dia mungkin tidak akan keluar dari kerumunan itu serta menangis, “Ayah! Ayah!” dan seandainya dia menangis, pastilah telinga Anda tuli mendengar panggilan itu, karena konsentrasi pikiran Anda terhadap urusan-urusan hidup. Jadi Anda dapat melewati dia dan meninggalkannya di tengah-tengah kejahatan, untuk menemukan jalannya sendiri pulang ke rumah. Bawalah putra Anda bersama Anda sepanjang jalan kehidupan ini, agar Anda dapat bersama mereka di rumah kekal karena di sana ada kedamaian serta kegembiraan yang abadi.17

Ayah yang, karena urusan bisnis atau tanggung jawab politik atau sosial, gagal berbagi dengan istrinya tanggung jawab membesarkan anak-anak lelaki dan perempuannya adalah ayah yang tidak setia terhadap kewajiban pernikahannya, itu adalah unsur negatif terhadap lingkungan rumah tangga yang dapat atau seharusnya menyenangkan, dan kemungkinan itu dapat menjadi faktor yang turut memberikan kontribusi timbulnya perselisihan serta kenakalan anak.18

Orang tua hendaknya dengan penuh kasih mengajarkan kepatuhan dan kekhidmatan.

Kekhidmatan dan kepatuhan terhadap hukum hendaknya dimulai di rumah. Namun, terlalu banyak penekanan tidak dapat diletakkan dalam tanggung jawab orang tua untuk mengajar anak-anak mereka kekhidmatan bagi Allah dalam semua hal yang kudus, dan untuk menghindari serta menjunjung tinggi hukum.19

Kepatuhan adalah hukum pertama surga, dan itu adalah hukum di rumah. Tidak akan ada kebahagiaan sejati di rumah tanpa kepatuhan—kepatuhan diperoleh, tidak melalui kekuatan fisik, tetapi melalui unsur Ilahi kasih. Tidak ada rumah tanpa kasih. Anda mungkin saja memiliki istana tetapi tidak ada rumah, dan Anda mungkin tinggal di sebuah rumah kayu yang atap serta lantainya terbuat dari tanah, dan mungkin itu rumah yang paling mulia di seluruh dunia, jika di dalam dinding rumah kayu itu terpancar asas kasih yang Ilahi, [yang menciptakan] kepatuhan dan pemenuhan yang memberkati, yang membuat kehidupan bermakna.20

Ada teori-teori liar yang telah secara luas dibahas mengenai membiarkan anak-anak mengambil keputusan mereka sendiri, dan membiarkan mereka mempertahankan kepribadian mereka masing-masing. Beberapa dari teori itu mempercayai bahwa anak-anak seharusnya dibiarkan mengatasi permasalahan mereka sendiri tanpa bimbingan dari orang tua. Ada beberapa nilai di dalamnya, tetapi ada lebih banyak kesalahan ….

… Anak seharusnya belajar bahwa ada batasan-batasan dalam tindakannya, bahwa ada batasan tertentu yang tidak dapat dia lalui tanpa hukuman. Penyesuaian bagi kondisi-kondisi rumah ini dapat dengan mudah diperoleh dengan kebaikan, selain dengan kekuatan. “Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya, maka pada masa tuanya pun ia tidak akan menyimpang daripada jalan itu” [lihat Amsal 22:6].21

Para remaja [membutuhkan] bimbingan, arahan, dan pengendalian diri yang benar. “Biarlah pelajaran-pelajaran pertama yang Anda berikan kepada anak Anda adalah kepatuhan, dan pelajaran kedua terserah pada Anda,” tutur Benjamin Franklin …. Anak hendaknya belajar dini bahwa dunia tidak diciptakan bagi dia sendiri; bahwa dia memiliki tanggung jawab terhadap orang lain ….

Orang tua, juga, memiliki tanggung jawab dalam pendidikan ini untuk tidak membangkitkan amarah dalam diri anak-anak [lihat Efesus 6:4]. Mereka hendaknya memiliki tenggang rasa untuk tidak mengganggu dengan perintah-perintah yang mengesalkan atau menimpakan kesalahan yang tidak masuk akal. Bila memungkinkan mereka hendaknya memberi dorongan daripada kecaman atau kemarahan.22

Teladan orang tua adalah kekuatan yang hebat dalam kehidupan anak-anak.

Ada tanggung jawab bagi semua orang, dan khususnya bagi ayah dan ibu, untuk memberikan teladan kepada anak-anak serta para remaja yang patut ditiru. Orang tua harus tulus dalam menjunjung hukum serta menjunjung imamat di rumah mereka, sehingga anak-anak dapat melihat teladan yang benar.23

Adalah tugas orang tua dan Gereja bukan hanya mengajar tetapi juga menunjukkan kepada para remaja bahwa menjalani kehidupan yang benar dan kebersihan moral mendatangkan sukacita serta kebahagiaan, sementara pelanggaran moral serta hukum sosial hanya menghasilkan ketidakpuasaan, kesedihan, dan jika dilaksanakan secara ekstrim, menuntun pada kemerosotan moral.24

Adalah tugas kita sebagai orang-orang dewasa dan orang tua dari [anak-anak kita] untuk memberikan teladan yang baik kepada mereka di rumah serta di masyarakat. Adalah tanggung jawab kita untuk menanamkan ke dalam hati anak-anak kita kesungguhan kita terhadap kepercayaan kita akan Injil Yesus Kristus. Jangan pernah orang tua mengajarkan sesuatu hal mengenai Injil dan melakukan hal lainnya. Anak-anak rentan sekali terhadap ketidakjujuran.25

Keluarga memberikan kepada anak nama dan statusnya dalam masyarakat. Seorang anak menginginkan keluarganya menjadi sebaik seperti keluarga teman-teman mereka. Dia ingin membanggakan ayahnya, dan untuk selalu merasakan ilham saat memikirkan ibunya.26

Allah menolong kita untuk mempertahankan kebenaran—yang lebih baik dari itu ialah, menjalankannya, menerapkannya dengan teladan di rumah kita …. Allah memberi Anda kekuatan untuk memiliki pengaruh itu, agar anak-anak Anda dapat setia sampai akhir, sampai ajal tiba jika memungkinkan, terhadap kebenaran Injil Yesus Kristus.27

Marilah kita menjadi lebih bertekad untuk menjadikan rumah [yang bajik], menjadi para suami yang lebih baik, istri yang lebih peduli, teladan yang lebih baik bagi anak-anak kita, yang bertekad bahwa di dalam rumah kita akan memiliki sedikit saja suasana surga di atas bumi ini.28

Saran Belajar dan Pembahasan

  • Apakah peranan orang tua dalam rencana Allah “untuk mendatangkan kebakaan serta hidup yang kekal” bagi anak-anak-Nya? (lihat hlm. 184–186). Bagaimanakah ayah dan ibu berbagi tanggung jawab untuk membesarkan anak-anak dalam kebenaran? (lihat hlm. 186–189).

  • Mengapa orang tua hendaknya menjadikan anak-anak dan rumah mereka prioritas utama mereka? Apakah jenis pengaruh atau kegiatan yang harus diupayakan untuk waktu bersama keluarga? Bagaimanakah orang tua dapat memastikan agar kegiatan-kegiatan di luar rumah dalam sudut pandang yang benar? Mengapa penting untuk melibatkan seluruh anggota keluarga dalam keputusan ini?

  • Hubungan khusus apa yang seharusnya terjalin antara ibu dan anak-anaknya? (lihat hlm. 186–188). Dengan cara-cara unik apakah para ibu dapat mempengaruhi anak-anak mereka demi kebaikan?

  • Apakah yang dapat dilakukan para ayah untuk berperan aktif dalam membesarkan anak-anak mereka? (lihat hlm. 188–189). Apakah berkat-berkat yang dapat datang kepada para ayah dan anak-anak ketika mereka meluangkan waktu bersama-sama?

  • Apakah beberapa cara efektif bagi para orang tua untuk mengajar anak-anak kepatuhan dan kekhidmatan? (lihat hlm. 189–190). Mengapa kasih menjadi bagian penting dalam upaya ini? Apakah yang orang tua dapat lakukan bila anak-anak memilih untuk tidak patuh serta menjadi salah jalan?

  • Apakah dampak terhadap anak-anak jika orang tua “mengajarkan suatu hal mengenai Injil dan melakukan hal lainnya”? Bagaimanakah Anda telah melihat teladan orang tua mempengaruhi anak-anak secara positif? (lihat hlm. 191–192).

  • Dengan cara-cara apakah kita dapat menolong orang tua tunggal yang sedang berusaha membesarkan anak-anak mereka dalam kebenaran?

  • Menurut Anda mengapa Tuhan meletakkan tanggung jawab orang tua di atas tanggung jawab lainnya? Mengapa penting untuk memahami bahwa rumah adalah unit dasar Gereja? Apakah kesamaan yang Anda lihat antara ajaran-ajaran Presiden McKay mengenai keluarga dengan “Keluarga: Pernyataan kepada Dunia”?

Tulisan Suci Terkait: Kolose 3:20–21; 1 Nefi 1:1; 8:35–38; Enos 1:1–3; Alma 56:41–48

Catatan

  1. Dalam Conference Report, Oktober 1967, 97.

  2. Secrets of a Happy Life, dikumpulkan oleh Llewelyn R. McKay (1960), xii.

  3. Dikutip dari John J Stewart, Remembering the McKays (1970), 30.

  4. David Lawrence McKay, My Father, David O. McKay (1989), 99; alinea diubah.

  5. Dikutip dari J. E. McCulloch, Home: The Savior of Civilization (1924), 42; dalam Conference Report, April 1935, 116.

  6. Dalam Conference Report, Oktober 1954, 8–9.

  7. Dalam Conference Report, April 1955, 27.

  8. Dalam Conference Report, April 1969, 7.

  9. Dalam Conference Report, April 1966, 107.

  10. Dalam Conference Report, Oktober 1954, 8.

  11. Dalam Conference Report, April 1955, 25–26.

  12. Stepping Stones to an Abundant Life, dikumpulkan oleh Llewelyn R. McKay (1971), 358.

  13. True to the Faith: From the Sermons and Discourses of David O. McKay, dikumpulkan oleh Llewelyn R. McKay (1966), 167–168.

  14. Pathways to Happiness, dikumpulkan oleh Llewelyn R. McKay (1957), 116.

  15. Man May Know for Himself: Teachings of President David O. McKay, dikumpulkan Clare Middlemiss (1967), 262–265.

  16. Dalam Conference Report, April 1951, 81.

  17. Gospel Ideals (1953), 489–490.

  18. Dalam Conference Report, April 1965, 7.

  19. Dalam Conference Report, April 1937, 30.

  20. Dalam Conference Report, Juni 1919, 78.

  21. Dalam Conference Report, April 1955, 27.

  22. Dalam Conference Report, April 1959, 73.

  23. Dalam Conference Report, Oktober 1927, 12.

  24. Dalam Conference Report, April 1967, 6.

  25. Dalam Conference Report, April 1960, 120.

  26. Dalam Conference Report, April 1945, 143.

  27. Dalam Conference Report, April 1969, 97.

  28. Dalam Conference Report, April 1952, 128.