Pemanggilan Misi
Bab 3: Pelajaran 4—Menjadi Murid Yesus Kristus Seumur Hidup


“Bab 3: Pelajaran 4—Menjadi Murid Yesus Kristus Seumur Hidup,” Mengkhotbahkan Injil-Ku: Penuntun untuk Membagikan Injil Yesus Kristus (2023)

“Bab 3: Pelajaran 4,” Mengkhotbahkan Injil-Ku

Bab 3: Pelajaran 4

Menjadi Murid Yesus Kristus Seumur Hidup

Gambar
The Lost Lamb [Anak Domba yang Hilang], oleh Del Parson

Mengajarkan Pelajaran Ini

Pembaptisan adalah tata cara pengharapan yang penuh sukacita. Ketika kita dibaptiskan, kita menunjukkan hasrat kita untuk mengikuti Allah dan memasuki jalan menuju kehidupan kekal. Kita juga menunjukkan komitmen kita untuk menjadi murid Yesus Kristus seumur hidup.

Pelajaran ini disusun menurut perjanjian yang kita buat saat pembaptisan. Ini mencakup bagian-bagian utama berikut, yang masing-masing memiliki subbagian:

Bantulah orang-orang memahami bahwa asas-asas dan perintah-perintah yang Anda ajarkan adalah bagian dari perjanjian yang akan mereka buat saat pembaptisan. Tunjukkan kepada mereka bagaimana setiap bagian dari pelajaran ini akan membantu mereka “datang kepada Kristus … dan mengambil bagian dalam keselamatan-Nya” (Omni 1:26; lihat juga 1 Nefi 15:14).

Anda akan ingin mengajarkan pelajaran ini dalam beberapa kunjungan. Jarang sekali kunjungan mengajar berlangsung lebih dari 30 menit. Biasanya lebih baik melakukan kunjungan singkat dan lebih sering yang mencakup porsi materi yang lebih kecil.

Rencanakan apa yang akan Anda ajarkan, kapan Anda akan mengajarkannya, dan berapa banyak waktu yang akan Anda gunakan. Pertimbangkan kebutuhan orang-orang yang Anda ajar, dan carilah bimbingan Roh. Anda memiliki fleksibilitas untuk mengajar menurut apa yang paling baik yang akan membantu orang-orang mempersiapkan diri untuk pembaptisan dan pengukuhan.

Beberapa bagian dalam pelajaran ini mencakup ajakan khusus. Carilah ilham dalam memutuskan bagaimana dan kapan menyampaikan ajakan. Perhatikan tingkat pemahaman setiap orang. Bantulah dia menjalankan Injil selangkah demi selangkah.

Gambar
wanita mengambil sakramen

Perjanjian Kita untuk Bersedia Mengambil ke Atas Diri Kita Nama Yesus Kristus

Ketika kita dibaptiskan, kita berjanji untuk mengikuti Yesus Kristus “dengan maksud hati yang sepenuhnya.” Kita juga bersaksi bahwa kita “bersedia untuk mengambil ke atas diri [kita] nama Kristus” (2 Nefi 31:13; lihat juga Ajaran dan Perjanjian 20:37).

Mengambil ke atas diri kita sendiri nama Yesus Kristus berarti bahwa kita mengingat Dia dan berusaha untuk hidup sebagai murid-Nya seumur hidup. Kita memperkenankan terang-Nya bersinar melalui kita kepada orang lain. Kita melihat diri kita sebagai milik-Nya dan mengutamakan Dia dalam hidup kita.

Bagian-bagian berikut mendeskripsikan dua cara kita mengingat dan mengikuti Yesus Kristus.

Sering Berdoa

Doa dapat menjadi percakapan sederhana dengan Bapa Surgawi yang berasal dari hati. Dalam doa, kita berbicara dengan-Nya secara terbuka dan jujur. Kita mengungkapkan kasih kepada-Nya dan rasa syukur atas berkat-berkat kita. Kita juga meminta bantuan, perlindungan, dan arahan. Saat kita menutup doa kita, kita hendaknya meluangkan waktu untuk berhenti sejenak dan mendengarkan.

Yesus mengajarkan, “Kamu mesti selalu berdoa kepada Bapa dalam nama-Ku” (3 Nefi 18:19, penekanan ditambahkan; lihat juga Musa 5:8). Sewaktu kita berdoa dalam nama Yesus Kristus, kita mengingat Dia dan Bapa Surgawi.

Yesus memberikan teladan untuk kita ikuti saat kita berdoa. Kita dapat belajar banyak mengenai doa dengan menelaah doa-doa Juruselamat dalam tulisan suci (lihat Matius 6:9–13; Yohanes 17).

Doa kita dapat mencakup bagian-bagian berikut:

  • Mulailah dengan menyebut Bapa Surgawi.

  • Ungkapkan perasaan hati kita, seperti rasa syukur atas berkat-berkat yang telah kita terima.

  • Ajukan pertanyaan, cari bimbingan, dan mintalah berkat-berkat.

  • Akhiri dengan mengatakan, “Dalam nama Yesus Kristus, amin.”

Tulisan suci menasihati kita untuk berdoa di pagi dan malam hari. Namun, kita bisa berdoa kapan saja dan dalam suasana apa saja. Untuk doa-doa pribadi dan keluarga kita, akan dapat bermakna dengan berlutut ketika kita berdoa. Kita hendaknya selalu berdoa di dalam hati kita. (Lihat Alma 34:27; 37:36–37; 3 Nefi 17:13; 19:16.)

Doa kita hendaknya penuh pemikiran dan dari hati. Ketika kita berdoa, kita hendaknya menghindari mengucapkan hal-hal yang sama dengan cara yang sama.

Kita berdoa dengan iman, ketulusan, dan maksud yang sungguh-sungguh untuk menindaki jawaban yang kita terima. Saat kita melakukan ini, Allah akan membimbing kita dan membantu kita membuat keputusan yang baik. Kita akan merasa lebih dekat dengan-Nya. Dia akan memberi kita pengertian dan kebenaran. Dia akan memberkati kita dengan penghiburan, kedamaian, dan kekuatan.

Penelaahan Tulisan Suci

Pelajari Lebih Lanjut tentang Asas Ini

  • Penuntun bagi Tulisan Suci: “Doa

  • Bible Dictionary: “Prayer

  • Gospel Topics [Topik Injil]: “Prayer [Doa]

Menelaah Tulisan Suci

Nefi mengajarkan, “Kenyangkanlah diri dengan firman Kristus; karena [itu] akan memberi tahu kamu segala sesuatu yang hendaknya kamu lakukan.” (2 Nefi 32:3; lihat juga 31:20).

Menelaah tulisan suci adalah cara esensial untuk mengingat dan mengikuti Yesus Kristus. Dalam tulisan suci kita belajar tentang kehidupan, pemberian pelayanan, dan ajaran-Nya. Kita juga belajar tentang janji-janji-Nya. Sewaktu kita membaca tulisan suci, kita mengalami kasih-Nya. Jiwa kita berkembang, iman kita kepada-Nya meningkat, dan pikiran kita tercerahkan. Kesaksian kita tentang misi ilahi-Nya menjadi lebih kuat.

Kita mengingat dan mengikuti Yesus saat kita menerapkan firman-Nya dalam hidup kita. Kita hendaknya menelaah tulisan suci setiap hari, khususnya Kitab Mormon.

Tulisan suci Gereja Yesus Kristus dari Orang-Orang Suci Zaman Akhir adalah Alkitab, Kitab Mormon, Ajaran dan Perjanjian, serta Mutiara yang Sangat Berharga. Ini juga disebut “kitab-kitab standar.”

Penelaahan Tulisan Suci

Pelajari Lebih Lanjut tentang Asas Ini

  • Penuntun bagi Tulisan Suci: “Tulisan Suci

  • Gospel Topics [Topik Injil]: “Scriptures [Tulisan Suci]

Gambar
Yesus Kristus mengajar orang banyak

Perjanjian Kita untuk Mematuhi Perintah-Perintah Allah

Catatan: Ada banyak cara untuk mengajarkan perintah-perintah di bagian ini. Misalnya, Anda dapat mengajar mereka dalam beberapa kunjungan. Atau Anda dapat mengajarkan beberapa di antaranya sebagai bagian dari tiga pelajaran pertama. Saat mengajarkan perintah-perintah, pastikan untuk menghubungkannya dengan perjanjian pembaptisan dan rencana keselamatan.

Ketika kita dibaptiskan, kita membuat perjanjian dengan Allah bahwa kita akan “menaati perintah-perintah-Nya” (Mosia 18:10; Alma 7:15).

Allah telah memberi kita perintah-perintah karena Dia mengasihi kita. Dia menginginkan yang terbaik bagi kita, baik sekarang maupun dalam kekekalan. Sebagai Bapa Surgawi kita, Dia mengetahui apa yang kita butuhkan untuk kesejahteraan rohani dan jasmani kita. Dia juga tahu apa yang akan memberi kita kebahagiaan terbesar. Setiap perintah adalah karunia ilahi, diberikan untuk membimbing keputusan kita, melindungi kita, dan membantu kita tumbuh.

Salah satu alasan kita datang ke bumi adalah untuk belajar dan tumbuh dengan menggunakan hak pilihan kita secara bijaksana (lihat Abraham 3:25). Memilih untuk mematuhi perintah-perintah Allah—dan bertobat ketika kita gagal—membantu kita menjalani perjalanan fana yang sering menantang ini.

Perintah-perintah Allah adalah sumber kekuatan dan berkat (lihat Ajaran dan Perjanjian 82:8–9). Dengan menaati perintah-perintah, kita belajar bahwa itu bukanlah aturan-aturan yang memberatkan yang membatasi kebebasan kita. Kebebasan sejati datang dari mematuhi perintah-perintah. Kepatuhan adalah sumber kekuatan yang memberi kita terang dan pengetahuan melalui Roh Kudus. Itu memberi kita kebahagiaan yang lebih besar dan membantu kita mencapai potensi ilahi kita sebagai anak-anak Allah.

Allah berjanji untuk memberkati kita sewaktu kita menaati perintah-perintah-Nya. Beberapa berkat adalah spesifik untuk perintah-perintah tertentu. Berkat utamanya adalah kedamaian dalam kehidupan ini dan kehidupan kekal di dunia yang akan datang. (Lihat Mosia 2:41; Alma 7:16; Ajaran dan Perjanjian 14:7; 59:23; 93:28; 130:20–21.)

Berkat-berkat Allah bersifat rohani dan duniawi. Terkadang, kita perlu bersabar menunggunya, percaya bahwa itu akan datang sesuai dengan kehendak dan waktu-Nya (lihat Mosia 7:33; Ajaran dan Perjanjian 88:68). Untuk memahami beberapa berkat, kita perlu menjadi penuh perhatian dan jeli secara rohani. Hal ini terutama berlaku untuk berkat-berkat yang datang dengan cara yang sederhana dan tampak biasa.

Beberapa berkat mungkin hanya terlihat di belakang hari. Berkat-berkat lainnya mungkin tidak datang sampai setelah kehidupan ini. Terlepas dari waktu atau sifat dari berkat-berkat Allah, kita dapat yakin bahwa itu akan datang sewaktu kita berusaha untuk mengamalkan Injil Yesus Kristus (lihat Ajaran dan Perjanjian 82:10).

Allah mengasihi semua anak-Nya dengan sempurna. Dia sabar dengan kelemahan kita, dan Dia mengampuni ketika kita bertobat.

Dua Perintah yang Terutama

Ketika Yesus ditanya, “Hukum manakah yang terutama dalam hukum Taurat?” Dia menjawab “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu.”

Yesus kemudian berkata, hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: “Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri” (Matius 22:36–39). “Tidak ada hukum lain yang lebih utama dari pada kedua hukum ini” (Markus 12:31).

Sebagai anak-anak roh Allah, kita memiliki kapasitas yang luas bagi kasih. Itu adalah bagian dari pusaka rohani kita. Menjalankan dua perintah besar—mengasihi Allah terlebih dahulu dan mengasihi sesama kita—adalah karakteristik yang menentukan dari para murid Yesus Kristus.

Kasih Allah

Ada banyak cara kita dapat menunjukkan kasih kita kepada Allah. Kita dapat menaati perintah-perintah-Nya (lihat Yohanes 14:15, 21). Kita dapat mengutamakan Dia dalam hidup kita, menyerahkan kehendak kita pada kehendak-Nya. Kita dapat memusatkan hasrat, pikiran, dan hati kita pada-Nya (lihat Alma 37:36). Kita dapat hidup dalam rasa syukur atas berkat-berkat yang telah Dia berikan kepada kita—dan bermurah hati dalam membagikan berkat-berkat itu (lihat Mosia 2:21–24; 4:16–21). Melalui doa dan pelayanan kepada sesama, kita dapat mengungkapkan dan memperdalam kasih kita kepada-Nya.

Seperti perintah-perintah lainnya, perintah untuk mengasihi Allah adalah untuk manfaat kita. Apa yang kita kasihi menentukan apa yang kita cari. Apa yang kita cari menentukan apa yang kita pikirkan dan lakukan. Dan apa yang kita pikirkan dan lakukan menentukan siapa kita—dan akan menjadi siapa kita nantinya.

Kasih kepada Sesama

Mengasihi sesama adalah perpanjangan dari kasih kita kepada Allah. Juruselamat mengajari kita banyak cara untuk mengasihi sesama (lihat, misalnya, Lukas 10:25–37 dan Matius 25:31–46). Kita menjangkau dan menyambut mereka ke dalam hati dan kehidupan kita. Kita mengasihi dengan melayani—dengan memberikan diri kita bahkan dengan cara-cara yang kecil. Kita mengasihi sesama dengan menggunakan karunia yang Allah berikan kepada kita untuk memberkati mereka.

Mengasihi sesama termasuk bersikap sabar, baik hati, dan jujur. Itu termasuk mengampuni dengan kerelaan hati. Itu berarti memperlakukan semua orang dengan hormat.

Ketika kita mengasihi seseorang, kita dan orang itu sama-sama diberkati. Hati kita tumbuh, kehidupan kita menjadi lebih bermakna, dan sukacita kita meningkat.

Berkat-berkat

Dua perintah yang terutama—mengasihi Allah dan mengasihi sesama kita—adalah landasan dari semua perintah Allah (lihat Matius 22:40). Ketika kita mengasihi Allah terlebih dahulu, dan juga mengasihi sesama, segala sesuatu dalam hidup kita akan bergerak pada tempatnya yang semestinya. Kasih ini akan memengaruhi perspektif kita, penggunaan waktu kita, minat yang kita kejar, dan urutan prioritas kita.

Penelaahan Tulisan Suci

Pelajari Lebih Lanjut tentang Asas Ini

  • Penuntun bagi Tulisan Suci: “Kasih Amal,” “Kasih

  • Gospel Topics [Topik Injil]: “Charity [Kasih Amal],” “Love [Kasih]

Ikutilah Nabi

Allah memanggil para nabi untuk menjadi wakil-Nya di bumi. Melalui para nabi-Nya, Dia mewahyukan kebenaran dan memberikan bimbingan dan peringatan.

Allah memanggil Joseph Smith untuk menjadi nabi pertama di zaman akhir (lihat pelajaran 1). Penerus Joseph Smith juga telah dipanggil oleh Allah untuk memimpin Gereja-Nya, termasuk nabi yang memimpin gereja saat ini. Kita hendaknya memperoleh keyakinan akan panggilan ilahi dari nabi yang hidup dan mengikuti ajaran-ajarannya.

Ajaran-ajaran para nabi dan rasul yang hidup memberikan sauh kebenaran kekal dalam dunia dengan nilai-nilai yang terus berubah. Sewaktu kita mengikuti para nabi Allah, kebingungan dan perselisihan di dunia tidak akan membuat kita kewalahan. Kita akan menemukan kebahagiaan yang lebih besar dalam kehidupan ini dan menerima bimbingan untuk bagian dari perjalanan kekal kita ini.

Penelaahan Tulisan Suci

Pelajari Lebih Lanjut tentang Asas Ini

  • Penuntun bagi Tulisan Suci: “Nabi,” “Nabiah,” “Nubuat

  • Gospel Topics [Topik Injil]: “Prophets [Para Nabi],” “Prophecy [Nubuat]

Menaati Sepuluh Perintah

Allah mewahyukan Sepuluh Perintah kepada seorang nabi kuno bernama Musa untuk membimbing umatnya. Perintah-perintah ini juga berlaku di zaman kita. Itu mengajarkan kita untuk beribadat dan menunjukkan rasa hormat kepada Allah. Itu juga mengajarkan kita bagaimana memperlakukan satu sama lain.

Penelaahan Tulisan Suci

Pelajari Lebih Lanjut tentang Asas Ini

  • Penuntun bagi Tulisan Suci: “Sepuluh Perintah

  • Gospel Topics [Topik Injil]: “Ten Commandments [Sepuluh Perintah]

Gambar
pria menggendong seorang wanita

Menjalankan Hukum Kesucian

Hukum kesucian adalah bagian yang sangat penting dari rencana Allah untuk keselamatan dan permuliaan kita. Keintiman seksual antara suami dan istri ditetapkan oleh Allah untuk penciptaan anak-anak dan untuk pengungkapan kasih dalam pernikahan. Keintiman dan kuasa untuk menciptakan kehidupan manusia ini dimaksudkan untuk menjadi indah dan sakral.

Hukum kesucian Allah adalah berpantang dari hubungan seksual di luar pernikahan yang sah antara satu pria dan satu wanita. Hukum ini juga berarti memiliki kesetiaan dan loyalitas penuh kepada pasangan seseorang setelah menikah.

Untuk membantu kita mematuhi hukum kesucian, para nabi telah menasihati kita untuk bersih dalam pikiran dan perkataan kita. Kita hendaknya menghindari pornografi dalam bentuk apa pun. Selaras dengan hukum kesucian, kita hendaknya bersahaja dalam perilaku dan penampilan kita.

Kandidat yang akan dibaptiskan harus menjalankan hukum kesucian.

Pertobatan dan Pengampunan

Dalam pandangan Allah, melanggar hukum kesucian adalah sangat serius (lihat Keluaran 20:14; Efesus 5:3). Itu menyalahgunakan kuasa sakral yang telah Dia berikan untuk menciptakan kehidupan. Tetapi Dia terus mengasihi kita sekalipun kita telah melanggar hukum ini. Dia mengundang kita untuk bertobat dan menjadi bersih melalui kurban pendamaian Yesus Kristus. Keputusasaan akan dosa dapat digantikan dengan damai sejahtera yang manis dari pengampunan Allah (lihat Ajaran dan Perjanjian 58:42–43).

Berkat-Berkat

Allah telah memberikan hukum kesucian untuk memberkati kita dan anak-anak roh yang Dia utus ke bumi. Mematuhi hukum ini sangat penting untuk kedamaian pribadi dan untuk memiliki kasih, kepercayaan, dan persatuan dalam hubungan keluarga kita.

Sewaktu kita menjalankan hukum kesucian, kita akan dilindungi dari bahaya rohani yang datang dari keintiman seksual di luar pernikahan. Kita juga akan terhindar dari masalah emosional dan fisik yang sering menyertai hubungan tersebut. Kita akan bertumbuh dalam keyakinan kita di hadapan Allah (lihat Ajaran dan Perjanjian 121:45). Kita akan lebih terbuka terhadap pengaruh Roh Kudus. Kita akan lebih siap untuk membuat perjanjian sakral di bait suci yang mempersatukan keluarga kita untuk kekekalan.

Penelaahan Tulisan Suci

Pelajari Lebih Lanjut tentang Asas Ini

  • Penuntun bagi Tulisan Suci: “Kesucian

  • Gospel Topics [Topik Injil]: “Chastity [Kesucian]

Menaati Hukum Persepuluhan

Privilese besar dari keanggotaan di Gereja adalah kesempatan untuk membayar persepuluhan. Sewaktu kita memberikan persepuluhan, kita membantu memajukan pekerjaan Allah dan memberkati anak-anak-Nya.

Hukum persepuluhan berasal dari zaman Perjanjian Lama. Misalnya, nabi Abraham membayar persepuluhan dari semua yang dimilikinya (lihat Alma 13:15; Kejadian 14:18–20).

Kata persepuluhan secara harfiah berarti sepersepuluh. Sewaktu kita memberikan persepuluhan, kita menyumbangkan sepersepuluh dari penghasilan kita kepada Gereja (lihat Ajaran dan Perjanjian 119:3, 4.; penghasilan dipahami sebagai pendapatan). Semua yang kita miliki adalah karunia dari Allah. Ketika kita membayar persepuluhan, kita memperlihatkan rasa syukur kepada-Nya dengan mengembalikan sebagian dari apa yang telah Dia berikan kepada kita.

Membayar persepuluhan adalah ungkapan iman. Ini juga merupakan cara untuk menghormati Allah. Yesus mengajarkan bahwa kita hendaknya “carilah dahulu Kerajaan Allah” (Matius 6:33), dan persepuluhan adalah cara untuk melakukan itu.

Gambar
Persembahan Dua Peser sang Janda, oleh Sandra Rast

Penggunaan Dana Persepuluhan

Dana persepuluhan adalah sakral. Kita memberikan persepuluhan kita kepada seorang anggota keuskupan, atau di banyak area kita dapat membayar secara daring. Ketika keuskupan menerima persepuluhan, mereka meneruskannya ke kantor pusat Gereja.

Dewan yang terdiri dari Presidensi Utama, Kuorum Dua Belas Rasul, dan Keuskupan Ketua menentukan cara menggunakan dana persepuluhan dalam pekerjaan Allah (lihat Ajaran dan Perjanjian 120:1). Penggunaan ini antara lain untuk:

  • Membangun dan memelihara bait suci dan gedung pertemuan.

  • Menerjemahkan dan menerbitkan tulisan suci.

  • Mendukung kegiatan dan operasi jemaat Gereja setempat.

  • Mendukung pekerjaan misionaris di seluruh dunia.

  • Mendukung pekerjaan sejarah keluarga.

  • Mendanai sekolah dan pendidikan.

Persepuluhan tidak digunakan untuk membayar para pemimpin Gereja setempat. Mereka melayani secara sukarela tanpa bayaran.

Berkat-berkat

Saat kita membayar persepuluhan, Allah menjanjikan berkat yang jauh lebih besar dari apa yang kita berikan. Dia akan “membukakan … tingkap-tingkap langit, dan mencurahkan berkat … sampai berkelimpahan” (Maleakhi 3:10; lihat ayat 7–12). Berkat-berkat ini dapat bersifat rohani dan duniawi.

Penelaahan Tulisan Suci

Pelajari Lebih Lanjut tentang Asas Ini

  • Penuntun bagi Tulisan Suci: “Persepuluhan

  • Gospel Topics [Topik Injil]: “Tithing [Persepuluhan]

Mematuhi Firman Kebijaksanaan

Hukum Kesehatan Tuhan

Tubuh kita adalah karunia suci dari Allah. Kita masing-masing membutuhkan tubuh jasmani untuk menjadi lebih seperti Dia. Tubuh kita begitu penting sehingga tulisan suci membandingkannya dengan bait suci (lihat 1 Korintus 6:19–20).

Tuhan ingin kita memperlakukan tubuh kita dengan hormat. Untuk membantu kita melakukan ini, Dia mengungkapkan hukum kesehatan yang disebut Firman Kebijaksanaan. Wahyu ini mengajarkan kita tentang makan makanan sehat dan tidak menggunakan zat yang membahayakan tubuh kita—khususnya alkohol, tembakau, dan minuman panas (artinya teh dan kopi).

Dalam semangat Firman Kebijaksanaan, para nabi modern telah memperingatkan agar tidak menggunakan zat-zat lain yang berbahaya, ilegal, atau adiktif. Para nabi juga telah memperingatkan agar tidak menyalahgunakan obat resep. (Presiden misi Anda akan menjawab pertanyaan mengenai apakah zat-zat lain di wilayah geografis Anda hendaknya tidak digunakan).

Berkat-berkat

Tuhan menyediakan Firman Kebijaksanaan untuk kesejahteraan jasmani dan rohani kita. Dia menjanjikan berkat-berkat besar sewaktu kita mematuhi perintah ini. Berkat-berkat ini mencakup kesehatan, kebijaksanaan, harta pengetahuan, dan perlindungan (lihat Ajaran dan Perjanjian 89:18–21).

Mematuhi Firman Kebijaksanaan akan membantu kita menjadi lebih mudah menerima bisikan Roh Kudus. Meskipun kita semua mengalami tantangan kesehatan, mematuhi hukum ini akan membantu kita menjadi lebih sehat secara tubuh, pikiran, dan roh.

Kandidat yang akan dibaptiskan harus mematuhi Firman Kebijaksanaan.

Untuk panduan tentang membantu orang-orang yang bergumul dengan kecanduan, lihat bab 10.

Penelaahan Tulisan Suci

Pelajari Lebih Lanjut tentang Asas Ini

  • Penuntun bagi Tulisan Suci: “Firman Kebijaksanaan

  • Gospel Topics [Topik Injil]: “Health [Kesehatan],” “Word of Wisdom [Firman Kebijaksanaan]

  • Life Help [Bantuan Hidup]: “Addiction [Adiksi]

Menguduskan Hari Sabat

Hari untuk Istirahat dan Ibadat

Sabat adalah hari kudus yang telah Allah tetapkan bagi kita setiap minggu untuk beristirahat dari pekerjaan kita sehari-hari dan beribadat kepada-Nya. Salah satu dari Sepuluh Perintah yang diberikan kepada Musa adalah “Ingatlah dan kuduskanlah hari Sabat” (Keluaran 20:8; lihat juga ayat 9–11).

Dalam wahyu modern, Tuhan menegaskan kembali bahwa Sabat adalah “hari yang ditetapkan bagimu untuk beristirahat dari kerjamu, dan untuk mempersembahkan baktimu kepada Yang Mahatinggi” (Ajaran dan Perjanjian 59:10). Dia juga mengatakan bahwa Sabat hendaknya menjadi hari sukacita, doa, dan ungkapan terima kasih (lihat ayat 14–15).

Sebagai bagian dari peribadatan Sabat kita, kita menghadiri pertemuan sakramen setiap minggu. Dalam pertemuan ini, kita beribadat kepada Allah dan mengambil sakramen untuk mengingat Yesus Kristus dan Pendamaian-Nya. Ketika kita mengambil sakramen, kita memperbarui perjanjian kita dengan Allah dan memperlihatkan bahwa kita bersedia untuk bertobat dari dosa-dosa kita. Tata cara sakramen adalah inti dari ketaatan hari Sabat kita.

Di gereja kita juga berperan serta dalam kelas-kelas di mana kita belajar lebih banyak tentang Injil Yesus Kristus. Iman kita tumbuh sewaktu kita menelaah tulisan suci bersama. Kasih kita tumbuh sewaktu kita melayani dan memperkuat satu sama lain.

Selain beristirahat dari pekerjaan kita pada hari Sabat, kita hendaknya menahan diri dari berbelanja dan aktivitas lain yang akan membuatnya terasa seperti hari biasa. Kita mengesampingkan kegiatan-kegiatan dunia dan memfokuskan pikiran dan tindakan kita pada hal-hal rohani.

Hari untuk Berbuat Baik

Berbuat baik pada hari Sabat setidaknya sama pentingnya dengan apa yang kita hindari untuk menjaganya tetap kudus. Kita mempelajari Injil, memperkuat iman, membangun hubungan, memberikan pelayanan, dan berperan serta dalam kegiatan lain yang meneguhkan bersama keluarga dan teman.

Gambar
pasangan membaca tulisan suci

Berkat-Berkat

Menguduskan hari Sabat adalah ungkapan bakti kita kepada Bapa Surgawi dan Yesus Kristus. Sewaktu kita menjadikan kegiatan Sabat kita sesuai dengan maksud Allah untuk hari itu, kita akan merasakan sukacita dan kedamaian. Kita akan dipelihara secara rohani dan disegarkan secara jasmani. Kita juga akan merasa lebih dekat dengan Allah dan memperdalam hubungan kita dengan Juruselamat kita. Kita akan lebih sepenuhnya menjaga diri kita sendiri “tak ternoda dari dunia” (Ajaran dan Perjanjian 59:9). Sabat akan menjadi “hari kenikmatan” (Yesaya 58:13; lihat juga ayat 14).

Penelaahan Tulisan Suci

Pelajari Lebih Lanjut tentang Asas Ini

  • Gospel Topics [Topik Injil]: “Sabbath Day [Hari Sabat]

  • Penuntun bagi Tulisan Suci: “Hari Sabat

Mematuhi dan Menghormati Hukum

Orang Suci Zaman Akhir percaya dalam mematuhi hukum dan menjadi warga negara yang baik (lihat Ajaran dan Perjanjian 134; Pasal-Pasal Kepercayaan 1:12). Para anggota Gereja diimbau untuk memberikan pelayanan untuk memajukan masyarakat dan bangsa mereka. Mereka juga diimbau untuk menjadi pengaruh bagi nilai-nilai moral yang sehat dalam masyarakat dan pemerintahan.

Para anggota Gereja diundang untuk berperan serta dalam pemerintahan dan proses politik sesuai dengan hukum. Para anggota yang memegang jabatan dalam pemerintahan bertindak dalam kapasitas sebagai warga negara yang peduli, bukan sebagai perwakilan Gereja.

Penelaahan Tulisan Suci

Pelajari Lebih Lanjut tentang Asas Ini

  • Kegiatan Politik dan Sipil” di bagian 38.8 dari Buku Pegangan Umum

  • Gospel Topics [Topik Injil]: “Citizenship [Kewarganegaraan]

Gambar
The Greatest in the Kingdom [Yang Terbesar dalam Kerajaan], oleh J. Kirk Richards

Perjanjian Kita untuk Melayani Allah dan Sesama

Pelayanan

Ketika kita dibaptiskan, kita membuat perjanjian untuk melayani Allah dan untuk melayani sesama. Melayani sesama adalah salah satu cara utama kita melayani Allah (lihat Mosia 2:17). Nabi Alma mengajarkan kepada mereka yang ingin dibaptiskan bahwa mereka hendaknya “bersedia untuk menanggung beban satu sama lain,, … berduka nestapa bersama mereka yang berduka nestapa … , dan menghibur mereka yang berada dalam kebutuhan akan penghiburan” (Mosia 18:8–9).

Segera setelah dibaptiskan, para anggota baru biasanya menerima pemanggilan untuk melayani di Gereja. Pemanggilan ini bersifat sukarela dan tidak dibayar. Sewaktu kita menerimanya dan melayani dengan tekun, kita tumbuh dalam iman, mengembangkan bakat, dan memberkati orang lain.

Bagian lain dari pelayanan kita di Gereja adalah menjadi “brother pemberi pelayanan” atau “sister pemberi pelayanan.” Dalam tanggung jawab ini, kita melayani individu dan keluarga yang ditugaskan.

Sebagai murid Yesus Kristus, kita mencari kesempatan untuk melayani setiap hari. Seperti Dia, kita berjalan “berkeliling sambil berbuat baik” (Kisah Para Rasul 10:38). Kita melayani tetangga kita dan orang lain dalam lingkungan masyarakat kita. Kita dapat berperan serta dalam kesempatan pelayanan melalui JustServe jika tersedia. Kita dapat mendukung upaya kemanusiaan Gereja dan berperan serta dalam tanggap bencana.

Penelaahan Tulisan Suci

Pelajari Lebih Lanjut tentang Asas Ini

  • Penuntun bagi Tulisan Suci, “Pelayanan.”

  • Gospel Topics [Topik Injil]: “Service [Pelayanan]

Gambar
orang-orang berbicara

Membagikan Injil

Sebagai bagian dari perjanjian pembaptisan kita, kita berjanji untuk “berdiri sebagai saksi bagi Allah” (Mosia 18:9). Satu cara kita berdiri sebagai saksi adalah dengan membagikan Injil Yesus Kristus. Membantu orang lain menerima Injil adalah salah satu jenis pelayanan paling menyenangkan yang dapat kita berikan (lihat Ajaran dan Perjanjian 18:15–16). Itu adalah ekspresi yang kuat dari kasih kita.

Ketika kita mengalami berkat-berkat dari menjalankan Injil, tentu saja kita ingin membagikan berkat-berkat itu. Anggota keluarga, teman, dan kenalan sering menjadi tertarik sewaktu kita memberikan teladan yang setia dan mereka melihat bagaimana Injil memberkati kehidupan kita. Kita dapat membagikan Injil dengan cara yang normal dan alami (lihat Buku Pegangan Umum, bab 23).

Kita mengajak orang lain untuk berpartisipasi bersama kita dalam kegiatan pelayanan, lingkungan masyarakat, rekreasi, dan Gereja. Kita dapat mengajak mereka ke pertemuan Gereja atau kebaktian pembaptisan. Kita dapat mengajak mereka untuk menonton video daring yang menjelaskan Injil Yesus Kristus, membaca Kitab Mormon, atau mengunjungi gelar griya bait suci. Ada ratusan ajakan yang bisa kita sampaikan. Sering kali, mengajak cukup berarti mengikutsertakan keluarga, teman, dan tetangga kita dalam apa yang sedang kita lakukan.

Jika kita meminta, Allah akan membantu kita mengenali kesempatan untuk membagikan Injil dan memberi tahu orang lain tentang bagaimana itu memberkati kehidupan kita.

Untuk informasi lebih lanjut tentang menerapkan asas mengasihi, berbagi, dan mengajak, lihat “Bersatu dengan Anggota” dalam bab 9.

Penelaahan Tulisan Suci

Pelajari Lebih Lanjut tentang Asas Ini

  • Penuntun bagi Tulisan Suci: “Pekerjaan Misionaris

  • Gospel Topics [Topik Injil]: “Missionary Work [Pekerjaan Misionaris]

Berpuasa dan Persembahan Puasa

Allah menetapkan hukum puasa sebagai cara bagi kita untuk mengembangkan kekuatan rohani dan membantu mereka yang membutuhkan.

Puasa berarti tidak makan dan minum untuk jangka waktu tertentu. Gereja biasanya menyisihkan hari Minggu pertama setiap bulan sebagai hari puasa. Hari puasa biasanya termasuk tidak makan dan minum selama 24 jam jika kita mampu secara fisik. Bagian penting lainnya dari Minggu puasa mencakup doa dan kesaksian. Kita juga diimbau untuk berpuasa di lain waktu ketika kita merasa perlu.

Membangun Kekuatan Rohani

Berpuasa dapat membantu kita menjadi rendah hati, mendekatkan diri kepada Allah, dan merasa diperbarui secara rohani. Sebelum memulai pemberian pelayanan-Nya, Yesus Kristus berpuasa (lihat Matius 4:1–2). Tulisan suci mencatat banyak kisah tentang para nabi dan orang lain yang berpuasa agar mereka dapat meningkatkan kekuatan rohani mereka dan mencari berkat khusus bagi diri mereka sendiri atau orang lain.

Berpuasa dan berdoa seiring sejalan. Ketika kita berpuasa dan berdoa dengan iman, kita lebih selaras untuk menerima wahyu pribadi. Kita juga lebih reseptif untuk mengenali kebenaran dan memahami kehendak Allah.

Membantu Mereka yang Membutuhkan

Ketika kita berpuasa, kita menyumbangkan uang ke Gereja untuk membantu memelihara orang-orang yang membutuhkan. Ini disebut persembahan puasa. Kita diundang untuk memberikan persembahan yaitu sekurang-kurangnya setara dengan nilai makanan yang tidak dimakan. Kita diimbau untuk bermurah hati dan memberi lebih dari nilai makanan ini jika kita bisa. Memberikan persembahan puasa adalah salah satu cara kita dapat melayani sesama.

Persembahan puasa digunakan untuk menyediakan makanan dan kebutuhan lainnya bagi orang-orang yang membutuhkan, baik secara lokal maupun di seluruh dunia. Untuk informasi mengenai cara menyumbangkan persembahan puasa, lihat “Menyumbangkan Persepuluhan dan Persembahan Lainnya” dalam pelajaran ini.

Penelaahan Tulisan Suci

Berpuasa

Mengurus Mereka yang Membutuhkan

Pelajari Lebih Lanjut tentang Asas Ini

  • Penuntun bagi Tulisan Suci: “Puasa

  • Buku Pegangan Umum: 22.2.2

  • Gospel Topics [Topik Injil]: “Fasting and Fast Offering [Puasa dan Persembahan Puasa]

Gambar
keluarga di luar bait suci

Perjanjian Kita untuk Bertahan Sampai Akhir

Ketika kita dibaptiskan, kita membuat perjanjian dengan Allah untuk “bertahan sampai akhir” dalam mengamalkan Injil Yesus Kristus (2 Nefi 31:20; lihat juga Mosia 18:13). Kita berusaha untuk menjadi murid Yesus Kristus seumur hidup.

Nabi Kitab Mormon, Nefi, mendeskripsikan pembaptisan sebagai gerbang yang melaluinya kita memasuki jalan Injil (lihat 2 Nefi 31:17). Setelah pembaptisan, kita melanjutkan untuk “maju terus dengan ketabahan di dalam Kristus” (2 Nefi 31:20).

Saat kita “maju terus” di jalan kemuridan, kita bersiap untuk pergi ke bait suci. Di sana kita akan membuat perjanjian dengan Allah sewaktu kita menerima tata cara bait suci. Di bait suci, kita akan diberkahi dengan kuasa dan dapat dimeteraikan sebagai keluarga untuk kekekalan. Menepati perjanjian yang kita buat di bait suci akan membuka pintu bagi setiap privilese dan berkat rohani yang Allah miliki bagi kita.

Sewaktu kita melanjutkan dengan setia di sepanjang jalan Injil, pada akhirnya kita akan menerima karunia terbesar Allah—karunia kehidupan kekal (lihat 2 Nefi 31:20; Ajaran dan Perjanjian 14:7).

Bagian-bagian berikut menjelaskan beberapa aspek dari apa yang telah Allah sediakan untuk membantu kita bertahan sampai akhir dari perjalanan fana kita—dan menemukan sukacita di dalamnya.

Imamat dan Organisasi Gereja

Imamat adalah wewenang dan kuasa Allah. Melalui imamat, Bapa Surgawi merampungkan pekerjaan-Nya “untuk mendatangkan kebakaan dan kehidupan kekal” bagi anak-anak-Nya (Musa 1:39). Allah memberikan wewenang dan kuasa kepada putra dan putri-Nya di bumi untuk membantu melaksanakan pekerjaan ini.

Imamat memberkati kita semua. Tata cara seperti pembaptisan dan sakramen diterima melalui mereka yang memegang jabatan imamat. Kita juga menerima berkat penyembuhan, penghiburan, dan nasihat.

Imamat serta Kepemimpinan dan Pemanggilan Gereja

Gereja dipimpin oleh Yesus Kristus melalui para nabi dan rasul. Para pemimpin ini dipanggil oleh Allah, ditahbiskan, dan diberi wewenang imamat untuk bertindak dalam nama Juruselamat.

Pada zaman dahulu, Kristus memberi para Rasul-Nya wewenang imamat yang sama ini, yang memperkenankan mereka untuk memimpin Gereja-Nya setelah Dia naik ke surga. Pada akhirnya wewenang itu hilang ketika orang-orang menolak Injil dan para Rasul meninggal.

Utusan surgawi memulihkan imamat pada tahun 1829 melalui Nabi Joseph Smith, dan Tuhan kembali menegakkan Gereja-Nya dengan para rasul dan nabi. (Lihat pelajaran 1.)

Di tingkat lokal, uskup dan presiden pasak memiliki wewenang imamat untuk memimpin jemaat Gereja.

Ketika pria dan wanita dipanggil dan ditetapkan untuk melayani di Gereja, mereka diberi wewenang dari Allah untuk bertindak dalam pemanggilan itu. Wewenang ini diberikan kepada misionaris, pemimpin, guru, dan lainnya sampai mereka dibebastugaskan dari pemanggilan mereka. Itu didelegasikan di bawah arahan dari mereka yang memegang kunci-kunci imamat.

Wewenang imamat hanya dapat digunakan dalam kesalehan (lihat Ajaran dan Perjanjian 121:34–46). Wewenang ini adalah kepercayaan sakral untuk mewakili Juruselamat dan bertindak dalam nama-Nya. Itu selalu dimaksudkan untuk memberkati dan melayani orang lain.

Gambar
remaja putra di sekolah minggu

Imamat Harun dan Imamat Melkisedek

Di Gereja, imamat mencakup Imamat Harun dan Imamat Melkisedek. Di bawah arahan dari mereka yang memegang kunci-kunci imamat, Imamat Harun dan Melkisedek dianugerahkan kepada para anggota pria Gereja yang layak. Setelah imamat yang tepat dianugerahkan, orang tersebut ditahbiskan pada jabatan dalam imamat itu, misalnya diaken atau penatua. Dia harus ditahbiskan oleh seseorang yang memiliki wewenang yang diperlukan.

Ketika seorang pria atau remaja putra menerima imamat, dia membuat perjanjian dengan Allah untuk memenuhi tugas-tugas sakral, melayani orang lain, dan membantu membangun Gereja.

Para remaja putra dapat menerima Imamat Harun dan ditahbiskan sebagai diaken mulai bulan Januari di tahun mereka menginjak usia 12 tahun. Mereka dapat ditahbiskan sebagai pengajar pada tahun mereka menginjak usia 14 tahun dan imam pada tahun mereka menginjak usia 16 tahun. Orang insaf pria yang cukup umur boleh menerima Imamat Harun segera setelah pembaptisan dan pengukuhan. Pemegang Imamat Harun melaksanakan tata cara seperti sakramen dan pembaptisan.

Setelah melayani selama beberapa waktu sebagai imam dalam Imamat Harun, seorang pria yang layak berusia setidaknya 18 tahun dapat menerima Imamat Melkisedek dan ditahbiskan sebagai penatua. Pria yang menerima Imamat Melkisedek dapat melaksanakan tata cara-tata cara imamat seperti memberikan berkat penyembuhan dan penghiburan kepada anggota keluarga dan orang lain.

Lihat Buku Pegangan Umum, 38.2.9.1, untuk informasi mengenai anggota baru yang menerima imamat.

Kuorum-Kuorum dan Organisasi Gereja

Kuorum Imamat. Kuorum adalah kelompok para pemegang imamat yang terorganisasi. Setiap lingkungan memiliki kuorum penatua untuk pria dewasa. Kuorum diaken, pengajar, dan imam adalah untuk remaja putra.

Lembaga Pertolongan. Lembaga Pertolongan mencakup wanita berusia 18 tahun ke atas. Para anggota Lembaga Pertolongan memperkuat keluarga, individu, dan masyarakat.

Remaja Putri. Para remaja putri bergabung dengan organisasi Remaja Putri mulai bulan Januari tahun ketika mereka menginjak usia 12 tahun.

Gambar
wanita mengajar di kelas

Pratama. Anak-anak usia 3 hingga 11 adalah bagian dari organisasi Pratama.

Sekolah Minggu. Semua orang dewasa dan remaja menghadiri Sekolah Minggu, di mana mereka bertemu untuk menelaah tulisan suci bersama.

Untuk informasi lebih lanjut tentang imamat, lihat Buku Pegangan Umum, bab 3.

Untuk informasi lebih lanjut mengenai kuorum imamat dan organisasi Gereja, lihat Buku Pegangan Umum, bab 8–13.

Penelaahan Tulisan Suci

Pelajari Lebih Lanjut tentang Asas Ini

  • Buku Pegangan Umum, bab 3: “Asas-Asas Imamat

  • Gospel Topics [Topik Injil]: “Aaronic Priesthood [Imamat Harun],” “Melchizedek Priesthood [Imamat Melkisedek],” “Priesthood [Imamat]

Pernikahan dan Keluarga

Pernikahan

Pernikahan antara seorang pria dan seorang wanita ditetapkan oleh Allah. Itu adalah inti dari rencana-Nya untuk kemajuan kekal anak-anak-Nya.

Ikatan antara seorang suami dan seorang istri dalam pernikahan hendaknya menjadi hubungan duniawi mereka yang paling dihargai. Mereka memiliki tanggung jawab sakral untuk saling loyal dan setia pada perjanjian pernikahan mereka.

Suami dan istri adalah setara di mata Allah. Yang satu tidak boleh mendominasi yang lain. Keputusan mereka hendaknya dibuat dalam kesatuan dan kasih, dengan peran serta penuh keduanya.

Sewaktu suami dan istri saling mengasihi dan bekerja sama, pernikahan mereka dapat menjadi sumber kebahagiaan terbesar mereka. Mereka dapat saling membantu dan anak-anak mereka maju menuju kehidupan kekal.

Keluarga

Seperti pernikahan, keluarga ditetapkan oleh Allah dan merupakan inti dari rencana-Nya untuk kebahagiaan kekal kita. Keluarga kita kemungkinan besar akan bahagia ketika kita hidup sesuai dengan ajaran Yesus Kristus. Orang tua mengajari anak-anak mereka Injil Yesus Kristus dan memberikan teladan dalam menjalankannya. Keluarga menyediakan kesempatan bagi kita untuk saling mengasihi dan melayani.

Orang tua hendaknya menjadikan keluarga sebagai prioritas utama mereka. Adalah privilese dan tanggung jawab sakral bagi orang tua untuk mengurus anak-anak yang dapat mereka lahirkan atau adopsi.

Semua keluarga memiliki tantangan. Sewaktu kita mencari dukungan Allah dan menaati perintah-perintah-Nya, tantangan keluarga dapat membantu kita belajar dan tumbuh. Terkadang tantangan ini membantu kita belajar untuk bertobat dan mengampuni.

Gambar
ayah mengajar keluarga

Pemimpin Gereja telah mengimbau para anggota untuk mengadakan malam keluarga mingguan. Orang tua menggunakan waktu ini untuk mengajarkan Injil kepada anak-anak mereka, memperkuat hubungan keluarga, dan bersenang-senang bersama. Para pemimpin Gereja juga telah mengeluarkan pernyataan yang mengajarkan kebenaran-kebenaran penting tentang keluarga (lihat “Keluarga: Pernyataan kepada Dunia,” ChurchofJesusChrist.org).

Cara lain untuk memperkuat keluarga mencakup doa keluarga, penelaahan tulisan suci, dan beribadat bersama di Gereja. Kita juga dapat menyelidiki sejarah keluarga, mengumpulkan kisah keluarga, dan melayani orang lain.

Banyak orang memiliki kesempatan terbatas untuk menikah atau untuk memiliki hubungan keluarga yang penuh kasih. Banyak yang mengalami perceraian dan keadaan keluarga yang sulit lainnya. Namun, Injil memberkati kita secara individu terlepas dari keadaan keluarga kita. Dan sewaktu kita setia, Allah akan menyediakan jalan bagi kita untuk memiliki berkat-berkat keluarga yang penuh kasih, baik di kehidupan ini maupun di kehidupan yang akan datang.

Penelaahan Tulisan Suci

Pernikahan

Keluarga

Pelajari Lebih Lanjut tentang Asas Ini

Pekerjaan Bait Suci dan Sejarah Keluarga untuk Leluhur yang Telah Meninggal

Bapa Surgawi mengasihi semua anak-Nya dan menghasratkan keselamatan dan permuliaan mereka. Namun miliaran orang telah meninggal tanpa mendengar Injil Yesus Kristus atau menerima tata cara penyelamatan Injil. Tata cara ini mencakup pembaptisan, pengukuhan, penahbisan imamat bagi pria, pemberkahan bait suci, dan pernikahan kekal.

Melalui kasih karunia dan belas kasihan-Nya, Tuhan telah menyediakan cara lain bagi orang-orang ini untuk menerima Injil dan tata caranya. Di dunia roh, Injil dikhotbahkan kepada mereka yang telah meninggal tanpa menerimanya (lihat Ajaran dan Perjanjian 138). Di bait suci, kita dapat melaksanakan tata cara atas nama leluhur kita yang telah meninggal dan orang lain. Orang-orang yang telah meninggal di dunia roh ini kemudian dapat menerima atau menolak Injil dan tata cara yang dilaksanakan bagi mereka.

Gambar
keluarga sedang menelaah tulisan suci

Sebelum kita dapat melaksanakan tata cara ini, kita perlu mengidentifikasi leluhur kita yang belum menerimanya. Mengidentifikasi anggota keluarga kita agar mereka dapat menerima tata cara adalah tujuan inti dari pekerjaan sejarah keluarga kita. Ketika kita menemukan informasi tentang mereka, kita menambahkannya ke basis data Gereja di FamilySearch.org. Kemudian kita (atau orang lain) dapat melaksanakan tata cara proksi bagi mereka di bait suci.

Sewaktu kita mengidentifikasi leluhur kita dan melaksanakan tata cara bagi mereka, keluarga kita dapat dipersatukan untuk kekekalan.

Penelaahan Tulisan Suci

Pelajari Lebih Lanjut tentang Asas Ini

Bait Suci, Pemberkahan, Pernikahan Kekal, dan Keluarga Kekal

Bait Suci

Bait suci adalah rumah Tuhan. Itu adalah tempat kudus di mana kita dapat membuat perjanjian dengan Allah sewaktu kita menerima tata cara sakral-Nya. Sewaktu kita menepati perjanjian-perjanjian ini, kita akan memiliki kuasa keallahan yang dinyatakan dalam kehidupan kita (lihat Ajaran dan Perjanjian 84:19–22; 109:22–23).

Pemberkahan

Salah satu tata cara yang kita terima di bait suci disebut pemberkahan. Kata pemberkahan berarti “ karunia.” Karunia pengetahuan dan kuasa ini berasal dari Allah. Selama pemberkahan, kita membuat perjanjian dengan Allah yang mengikat kita dengan Dia dan Putra-Nya, Yesus Kristus (lihat bab 1).

Orang dewasa mungkin memenuhi syarat untuk menerima pemberkahan bait suci mereka sendiri setelah setidaknya satu tahun keanggotaan Gereja. Untuk informasi lebih lanjut tentang pemberkahan, lihat Buku Pegangan Umum, 27.2.

Pernikahan Kekal dan Keluarga Kekal

Rencana kebahagiaan Allah memungkinkan hubungan keluarga bertahan setelah kematian. Di bait suci kita dapat menikah untuk waktu fana dan kekekalan. Ini memungkinkan keluarga untuk bersama selamanya.

Setelah pasangan menikah menerima pemberkahan bait suci mereka, mereka dapat dimeteraikan atau menikah untuk kekekalan. Anak-anak mereka dapat dimeteraikan kepada mereka.

Suami dan istri yang telah dimeteraikan di bait suci harus mematuhi perjanjian yang telah mereka buat untuk menerima berkat-berkat pernikahan kekal.

Gambar
pasangan suami istri berjalan di jalan

Penelaahan Tulisan Suci

Pelajari Lebih Lanjut tentang Asas Ini