Ajaran-Ajaran Presiden
Bab 41: Menjadi Penyelamat di Gunung Sion


Bab 41

Menjadi Penyelamat di Gunung Sion

“Bagaimanakah mereka akan menjadi penyelamat di Gunung Sion? Dengan membangun bait suci-bait suci mereka, mendirikan kolam-kolam baptisan mereka, serta pergi dan menerima semua tata cara … demi semua leluhur mereka yang telah meninggal.”

Dari Kehidupan Joseph Smith

Bagi para anggota Gereja yang tinggal di Nauvoo pada tahun 1840, melakukan pekerjaan perwakilan bagi saudara mereka yang telah meninggal merupakan fokus utama. Sejak pembaptisan perwakilan yang pertama dalam masa kelegaan ini dilakukan pada tahun 1840, para Orang Suci telah mencari keterangan silsilah mengenai leluhur mereka, dan banyak yang telah memasuki air pembaptisan sebagai perwakilan bagi orang-orang terkasih mereka yang telah meninggal.

Pada awalnya, pembaptisan bagi mereka yang telah meninggal telah dilakukan di Sungai Mississippi atau di kali-kali setempat. Tetapi pada bulan Januari 1841, ketika para Orang Suci sedang membuat rencana untuk Bait Suci Nauvoo, Tuhan berfirman: “Tempat baptisan tidak ada di atas bumi, agar mereka, para orang suci-Ku dapat membaptiskan mereka yang telah meninggal—karena tata cara ini milik rumah-Ku dan tidak dapat Aku terima, hanya pada waktu kemelaratan, saat kamu tidak mampu membangun rumah untuk-Ku” (A&P 124:29–30).

Pembaptisan perwakilan di sungai dihentikan sejak tanggal 3 Oktober 1841, ketika Nabi mengumumkan: “Tidak akan ada lagi pembaptisan bagi orang yang telah meninggal, sampai tata cara dapat dilaksanakan di dalam Rumah Tuhan .… Karena demikianlah firman Tuhan!1 Para Orang Suci segera membangun sebuah kolam kayu sementara di ruangan bawah tanah yang baru digali di Bait Suci Nauvoo. Kolam itu, dibangun dari kayu pinus Wisconsin, bersandar pada punggung 12 ekor sapi kayu. Itu dikuduskan pada tanggal 8 November, untuk digunakan “sampai Bait Suci akan rampung, ketika kolam yang lebih kuat akan menggantikannya.”2 Pada tanggal 21 November 1841, enam anggota Kuorum Dua Belas melaksanakan tata cara bagi 40 orang yang telah meninggal, pembaptisan pertama bagi mereka yang telah meninggal yang dilakukan di dalam kolam.

Pengalaman awal para Orang Suci dengan pembaptisan bagi mereka yang telah meninggal mengajarkan kepada mereka pentingnya memiliki catatan dalam Gereja Tuhan. Meskipun pembaptisan perwakilan di sungai-sungai setempat telah dilakukan oleh pejabat imamat yang berwenang, itu tidak dicatat secara resmi. Karenanya, pembaptisan tersebut harus diulang kembali. Dalam sebuah ceramah yang diberikan pada tanggal 31 Agustus 1842, Nabi menjelaskan: “Semua orang yang dibaptiskan bagi mereka yang telah meninggal harus memiliki seorang pencatat yang hadir, agar dia dapat menjadi saksi untuk mencatat dan bersaksi mengenai kebenaran serta keabsahan dari catatannya .… Oleh karena itu biarlah pencatatan dan penyaksian pembaptisan bagi mereka yang telah meninggal diperhatikan secara seksama mulai saat ini.”3 Nabi membahas masalah ini secara panjang lebar dalam sepucuk surat yang ditulisnya kepada para Orang Suci pada hari berikutnya, dan di surat lainnya yang ditulis pada tanggal 6 September. Kedua surat ini sekarang merupakan bagian 127 dan 128 dari Ajaran dan Perjanjian.

Di bagian 127, Nabi mencatat petunjuk yang berikut dari Tuhan: “Bilamana ada di antara kamu yang dibaptiskan untuk orangmu yang telah mati, biarlah ada seorang penulis dan suruhlah dia menjadi saksi mata atas pembaptisanmu itu; biarlah dia mendengar dengan teliti supaya dia dapat bersaksi tentang kebenarannya, firman Tuhan; Supaya di dalam semua pencatatanmu itu dapat kiranya dicatat di surga; .… Dan lagi, biarlah semua catatan disusun dengan teratur, agar semuanya itu dapat disimpan di dalam arsip bait Allah-Ku yang kudus, supaya diingat secara turun-temurun” (A&P 127:6–7, 9).

Sewaktu para Orang Suci bergerak maju dengan pekerjaan yang kudus ini, “segera menjadi nyata bahwa beberapa orang memiliki catatan panjang mengenai orang-orang mereka yang telah meninggal, untuk siapa mereka ingin melakukan tata cara,” kenang Penatua George A. Smith, seorang anggota Kuorum Dua Belas. “Ini dipandang sebagai awal dari pekerjaan yang amat besar, dan bahwa untuk melaksanakan semua tata cara Injil bagi kelompok besar orang yang telah meninggal bukanlah tugas yang ringan. Beberapa dari Dua Belas Rasul menanyakan kepada Joseph adakah cara yang lebih ringkas untuk melaksanakan tata cara bagi sedemikian banyak nama. Joseph pada dasarnya menjawab: ‘Hukum Tuhan adalah tetap; kita harus bertindak dalam keselarasan sempurna dengan apa yang diwahyukan kepada kita. Kita tidak perlu berharap melakukan pekerjaan besar ini bagi mereka yang telah meninggal dalam waktu yang singkat.’”4

Ajaran-Ajaran Joseph Smith

Ajaran keselamatan bagi mereka yang telah meninggal memperlihatkan kebesaran kebijaksanaan dan kasih sayang Allah.

“Mereka semua yang belum mendapat kesempatan untuk mendengarkan Injil, dan diberi pelayanan oleh orang yang terilhami dalam daging, harus mendapatkannya sesudah kehidupan ini, sebelum mereka akhirnya dapat dihakimi.”5

“Tidaklah lebih mencengangkan bahwa Allah akan menyelamatkan orang yang mati, daripada bahwa dia akan membangkitkan orang yang mati.

Tidak pernah ada suatu waktu ketika roh terlalu tua untuk mendekati Allah. Semua berada dalam jangkauan belas kasihan yang mengampuni, yang tidak melakukan dosa yang tak termaafkan, yang tidak memiliki pengampunan, baik di dunia ini, maupun di dunia yang akan datang. Ada cara untuk membebaskan roh-roh orang mati; yaitu melalui kuasa dan wewenang Imamat— dengan mengikat serta melepaskan di atas bumi. Ajaran ini tampaknya agung, karena itu memperlihatkan kebesaran dari kasih sayang dan keluhuran ilahi dalam lingkup rencana keselamatan manusia.

Kebenaran yang agung ini diperhitungkan dengan baik untuk memperluas pengertian, dan untuk menopang jiwa dalam masalah, kesulitan, dan tekanan. Untuk ilustrasi, bayangkan kasus dua pria, bersaudara, sama cerdasnya, terpelajarnya, salehnya dan rupawannya, berjalan dalam kesalehan dan dalam hati sanubari yang bersih, sejauh mereka mampu membedakan kewajiban dari aliran keruh tradisi, atau dari pengetahuan manusia yang sangat terbatas.

Yang satu meninggal dan dikuburkan, belum pernah mendengar tentang Injil perdamaian; kepada yang lainnya pesan keselamatan dikirimkan, dia mendengar dan memeluknya, serta dijadikan pewaris kehidupan kekal. Akankah yang satu menjadi pengambil bagian dalam kemuliaan dan yang lain ditempatkan dalam kebinasaan tanpa harapan? Tidakkah ada kemungkinan bagi pembebasannya? Lembaga-lembaga keagamaan menjawab ‘tidak ada’ .…

Ajaran ini menyajikan dalam terang yang jelas kebijaksanaan dan belas kasihan Allah dalam mempersiapkan sebuah tata cara bagi keselamatan orang yang telah meninggal, dibaptiskan melalui perwakilan, nama mereka dicatat di surga dan mereka dihakimi berdasarkan tindakan yang dilakukan dalam tubuh. Ajaran ini merupakan tanggung jawab dari tulisan suci. Para Orang Suci yang mengabaikannya demi sanak saudara mereka yang telah meninggal, melakukannya dengan membahayakan keselamatan mereka sendiri.”6

Pada bulan Desember 1840 Joseph Smith menulis kepada anggota Kuorum Dua Belas dan para pemimpin imamat lainnya yang melayani misi di Inggris Raya: “Saya mengira ajaran tentang ‘pembaptisan bagi mereka yang telah meninggal’ kini telah sampai ke telinga Anda, dan mungkin telah menimbulkan beberapa pertanyaan dalam benak Anda mengenai hal yang sama. Saya tidak dapat dalam surat ini memberikan kepada Anda semua keterangan yang mungkin Anda inginkan mengenai pokok tersebut; tetapi … saya akan mengatakan bahwa itu tentunya dipraktikkan dalam Gereja zaman dahulu; dan St. Paulus berikhtiar untuk membuktikan ajaran kebangkitan dari hal yang sama, dan mengatakan, ‘Jika tidak demikian, apakah faedahnya perbuatan orang-orang yang dibaptis bagi orang mati? Kalau orang mati sama sekali tidak dibangkitkan, mengapa mereka mau dibaptis bagi orang-orang yang telah meninggal?’ [1 Korintus 15:29].

Saya pertama kali menyebutkan ajaran tersebut di depan umum ketika mengkhotbahkan ceramah pada pemakaman Brother Seymour Brunson; dan sejak itu telah memberikan petunjuk umum di Gereja mengenai pokok tersebut. Para Orang Suci memiliki kesempatan untuk dibaptiskan bagi mereka di antara sanak saudara mereka yang telah meninggal .… Tanpa memperpanjang pokok tersebut, Anda tak diragukan lagi akan melihat konsistensi dan masuk akalnya itu; dan itu menyajikan Injil Kristus dalam skala yang mungkin lebih diperluas daripada yang dibayangkan beberapa orang.”7

Kita menjadi penyelamat di Gunung Sion dengan melakukan tata cara kudus bagi orang-orang yang telah meninggal.

“Jika kita dapat, dengan wewenang Imamat putra Allah, membaptiskan seseorang dalam nama Bapa, Putra, dan Roh Kudus, untuk pengampunan dosa, demikian juga merupakan kesempatan istimewa kita untuk bertindak sebagai seorang perantara, dan dibaptiskan untuk memperoleh pengampunan dosa untuk dan demi saudara-saudara kita yang telah meninggal, yang belum mendengar Injil, atau kegenapan darinya.”8

“Alkitab mengatakan, ‘Aku akan mengutus Nabi Elia kepadamu menjelang datangnya hari Tuhan yang besar dan dahsyat itu. Maka ia akan membuat hati bapa-bapa berbalik kepada anakanaknya dan hati anak-anak kepada bapa-bapanya supaya jangan Aku datang memukul bumi sehingga musnah’ [Maleakhi 4:5–6].

Sekarang, kata berbalik di sini seharusnya diterjemahkan terikat, atau termeteraikan. Tetapi apakah maksud dari misi penting ini? Atau bagaimana itu digenapi? Kunci-kunci akan disampaikan, roh Elia akan datang, Injil akan ditegakkan, Orang Suci Allah dikumpulkan, Sion dibangun, dan para Orang Suci datang sebagai penyelamat di Gunung Sion [lihat Obaja 1:21].

Tetapi bagaimanakah mereka akan menjadi penyelamat di Gunung Sion? Dengan membangun bait suci-bait suci mereka, mendirikan kolam-kolam pembaptisan mereka, serta pergi dan menerima semua tata cara, pembaptisan, penetapan, pembasuhan, pengurapan, tata cara dan kuasa pemeteraian ke atas kepala mereka, demi semua leluhur mereka yang telah meninggal, dan menebus mereka agar mereka boleh tampil dalam kebangkitan pertama dan dipermuliakan ke takhta-takhta kemuliaan bersama mereka; dan di dalamnya ada rantai yang mengikat hati para bapa kepada para anak, serta para anak kepada para bapa, yang menggenapi misi Elia .…

Para Orang Suci tidak memiliki terlalu banyak waktu untuk menyelamatkan dan menebus orang-orang mereka yang telah meninggal, dan mengumpulkan sanak saudara mereka yang masih hidup, agar mereka boleh diselamatkan pula, sebelum bumi akan dihantam, dan pemusnahan yang ditetapkan menimpa dunia.

Saya akan menasihati semua Orang Suci untuk pergi dengan daya mereka dan mengumpulkan semua sanak saudara mereka yang masih hidup ke [bait suci], agar mereka boleh dimeteraikan dan diselamatkan, agar mereka boleh dipersiapkan bagi hari ketika malaikat pemusnah akan datang; dan jika seluruh Gereja akan bergerak dengan segenap daya mereka untuk menyelamatkan orang-orang mereka yang telah meninggal, memeteraikan keturunan mereka, serta mengumpulkan teman-teman mereka yang masih hidup, dan tanpa meluangkan waktu mereka demi dunia, mereka belum lagi selesai ketika malam akan datang, ketika tidak seorang pun dapat bekerja.”9

“Ada pembaptisan, dst., bagi mereka untuk dilakukan orang yang hidup, dan pembaptisan bagi mereka yang telah meninggal yang mati tanpa pengetahuan tentang Injil .… Bukan saja perlu bagi Anda untuk dibaptiskan bagi orang-orang Anda yang telah meninggal, tetapi Anda harus melakukan semua tata cara bagi mereka, sama seperti Anda telah melakukannya untuk menyelamatkan diri Anda sendiri .…

… Haruslah ada tempat di mana semua bangsa akan datang dari waktu ke waktu untuk menerima endowmen mereka, dan Tuhan telah mengatakan bahwa ini akan menjadi tempat untuk pembaptisan bagi mereka yang telah meninggal. Setiap orang yang telah dibaptiskan dan adalah bagian dari Kerajaan memiliki hak untuk dibaptiskan bagi mereka yang telah mendahului; dan segera setelah hukum Injil dipatuhi di sini oleh teman-teman mereka yang bertindak sebagai wakil bagi mereka, Tuhan memiliki para pelaksana di sana untuk membebaskan mereka. Seseorang boleh bertindak sebagai wakil bagi sanak saudaranya sendiri; tata cara Injil yang digelar sebelum pengalasan dunia dengan demikian telah digenapi oleh mereka, dan kita boleh dibaptiskan bagi mereka untuk siapa kita memiliki rasa persahabatan.”10

“Mereka semua yang mati dalam iman pergi ke penjara roh untuk berkhotbah kepada yang mati dalam tubuh, tetapi mereka hidup dalam roh; serta roh-roh itu berkhotbah kepada roh-roh [yang berada dalam penjara] agar mereka boleh hidup menurut Allah dalam roh, dan manusia melakukan pelayanan bagi mereka dalam daging; … dan mereka dijadikan bahagia melalui cara ini [lihat 1 Petrus 4:6]. Oleh karena itu, mereka yang dibaptiskan bagi orang-orang mereka yang telah meninggal merupakan penyelamat di Gunung Sion, dan mereka harus menerima pembasuhan mereka dan pengurapan mereka bagi mereka yang telah meninggal sama seperti bagi diri mereka sendiri.”11

Allah telah menempatkan ke atas kita sebuah tanggung jawab yang besar untuk mencari orang-orang kita yang telah meninggal.

“Saya akan membukakan mata Anda sehubungan dengan mereka yang telah meninggal. Segala hal apa pun yang Allah dalam kebijaksanaan-Nya yang tak terbatas melihat pantas dan tepat untuk diungkapkan kepada kita, sementara kita berada dalam kefanaan, sehubungan dengan tubuh fana kita, diungkapkan kepada kita dalam abstraknya, dan terlepas dari pertalian terhadap tabernakel fana ini, tetapi diungkapkan kepada roh kita persis seolah kita tidak memiliki tubuh sama sekali; dan wahyuwahyu yang akan menyelamatkan roh kita akan menyelamatkan pula tubuh kita. Allah mengungkapkannya kepada kita dalam pandangan tidak adanya penguraian kekal tubuh, atau tabernakel. Karenanya ada tanggung jawab, tanggung jawab besar itu, yang berada di atas kita sehubungan dengan orang-orang kita yang telah meninggal; karena semua roh yang tidak mematuhi Injil dalam daging haruslah mematuhinya dalam roh atau terkutuk. Pemikiran yang khusyuk! .… pemikiran yang mengerikan! Tidakkah ada sesuatu yang dapat dilakukan?—tak ada persiapan—tak ada keselamatan bagi para ayah dan teman kita yang telah meninggal tanpa mendapatkan kesempatan untuk mematuhi ketetapan Putra Allah?

Janji-janji apa yang dibuat sehubungan dengan pokok mengenai keselamatan orang yang telah meninggal, dan karakter macam apakah mereka yang dapat diselamatkan, meskipun tubuh mereka melebur dan membusuk dalam kubur? Ketika perintah-perintah-Nya mengajar kita, itu adalah dalam pandangan kekekalan; karena kita dipandang oleh Allah seolah kita berada dalam kekekalan; Allah berada dalam kekekalan, dan tidak melihat hal-hal seperti kita.

Tanggung jawab terbesar di dunia ini yang telah Allah embankan ke atas kita adalah untuk mencari orang-orang kita yang telah meninggal. Rasul berkata, ‘Tanpa kita mereka tidak dapat sampai kepada kesempurnaan’ [lihat Ibrani 11:40]; karena adalah perlu bahwa kuasa pemeteraian hendaknya berada dalam tangan kita untuk memeteraikan anak-anak kita dan orang-orang kita yang telah meninggal bagi kegenapan masa kelegaan zaman—sebuah masa kelegaan untuk memenuhi janji-janji yang dibuat oleh Yesus Kristus sebelum pengalasan dunia bagi keselamatan manusia.

… Adalah perlu bahwa mereka yang pergi sebelum dan mereka yang datang setelah kita harus memiliki keselamatan yang sama dengan kita; dan demikianlah Allah telah menjadikannya suatu kewajiban bagi manusia. Karenanya, Allah berfirman, ‘Aku akan mengutus Nabi Elia kepadamu menjelang datangnya hari Tuhan yang besar dan dahsyat itu. Maka ia akan membuat hati bapa-bapa berbalik kepada anak-anaknya dan hati anak-anak kepada bapa-bapanya supaya jangan Aku datang memukul bumi sehingga musnah’ [Maleakhi 4:5–6].”12

Nabi Joseph Smith menuliskan yang berikut dalam sepucuk surat kepada para Orang Suci, yang kemudian dicatat dalam Ajaran dan Perjanjian 128:15–18, 22, 24: “Dan sekarang, saudara-saudara dan saudari-saudariku yang terkasih, biarlah aku memastikan, bahwa asas-asas ini yang berhubungan dengan orang yang telah meninggal dan yang masih hidup, tidak dapat dipandang ringan, karena hal-hal itu menyangkut keselamatan kita. Karena keselamatan mereka adalah perlu dan penting sekali bagi keselamatan kita, sebagaimana Paulus berkata mengenai para leluhur, bahwa mereka tanpa kita tidak dapat dijadikan sempurna. Begitu pula kita tanpa orang-orang kita yang telah mati tidak dapat dijadikan sempurna.

Maka sekarang, sehubungan dengan pembaptisan untuk orang yang telah mati, aku akan memberikan kepadamu kutipan lain dari Paulus dalam 1 Korintus 15:29: Jika demikian, apakah faedahnya perbuatan orang-orang yang telah dibaptis bagi orang mati, kalau orang mati sama sekali tidak dibangkitkan? Mengapa mereka mau dibaptis bagi orang-orang yang telah meninggal?

Selanjutnya, bertalian dengan kutipan ini, aku akan memberikan kepadamu kutipan dari salah seorang nabi, yang mengarahkan pandangannya kepada pemulihan keimamatan, kepada kemuliaan yang akan diwahyukan pada zaman akhir dan dalam suatu cara khusus, hal yang paling mulia dari segala hal ini, yang termasuk dalam Injil abadi, adalah pembaptisan bagi orang mati karena Maleakhi berkata dalam pasal terakhir ayat 5 dan 6: Sesungguhnya Aku akan mengutus Nabi Elia kepadamu menjelang datangnya hari Tuhan yang besar dan dahsyat itu. Maka dia akan membuat hati para ayah berbalik kepada anakanaknya dan hati anak-anak kepada ayahnya, supaya jangan Aku datang mendera bumi dengan suatu kutukan.

Aku kiranya dapat memberikan terjemahan yang lebih jelas untuk ini, tetapi sudah cukup jelas seperti apa yang tercantum itu bagi tujuanku. Cukuplah untuk mengetahui, dalam persoalan ini, bahwa bumi akan didera dengan suatu kutukan jika tidak ada suatu hubungan yang erat antara para ayah dengan anak, mengenai satu dan lain hal—dan lihatlah apakah ajaran ini? Yaitu pembaptisan bagi orang mati. Karena kita tanpa mereka tidak dapat menjadi sempurna; begitu pula mereka tanpa kita tidak dapat menjadi sempurna .…

…Biarlah hatimu bersukacita dan menjadi sangat gembira. Biarkan bumi mengumandangkan nyanyian. Biarlah yang mati mengucapkan terus nyanyian pujian kekal kepada Raja Imanuel yang telah menahbiskan sebelum dunia ada, yang memberi kemampuan kepada kita untuk menebus mereka dari penjara mereka; sebab para tahanan akan menjadi bebas .…

… Oleh karena itu, marilah kita sebagai jemaat gereja dan bangsa, dan sebagai Orang-Orang Suci Zaman Akhir, mempersembahkan kepada Tuhan suatu persembahan dalam kebenaran; dan marilah kita menyampaikan di bait Allah-Nya yang kudus, bila hal itu telah selesai, kitab yang berisi segala catatan orang kita yang telah meninggal, yang akan berharga untuk segala penerimaan.”13

Saran untuk Pembelajaran dan Pengajaran

Pertimbangkanlah gagasan berikut ketika Anda mempelajari bab ini atau ketika Anda mempersiapkan diri untuk mengajar. Untuk bantuan tambahan, lihat halaman vii–xiii.

  • Ulaslah halaman 547–549, simaklah bagaimana Joseph Smith dan para Orang Suci terdahulu tumbuh dalam pemahaman mereka mengenai ajaran tentang pembaptisan bagi orang yang telah meninggal. Pikirkan tentang bagaimana kemungkinan perasaan para Orang Suci ketika mereka pertama kali mengetahui mengenai keselamatan bagi mereka yang telah meninggal. Apa perasaan Anda ketika Anda pertama kali berperan serta dalam tata cara bagi orang yang telah meninggal?

  • Bacalah alinea terakhir di halaman 549 dan pertama di halaman 550. Bagaimanakah ajaran tentang keselamatan bagi orang yang telah meninggal memperlihatkan kasih sayang dan belas kasihan Allah? Dengan cara apa ajaran ini dapat “memperluas pengertian” dan “menopang jiwa”?

  • Apa artinya menjadi penyelamat di Gunung Sion? (Untuk beberapa contoh, lihat hlm. 552–554). Menurut Anda mengapa tidak mungkin bagi leluhur kita untuk menjadi sempurna tanpa kita? Menurut Anda mengapa tidak mungkin bagi kita untuk menjadi sempurna tanpa mereka?

  • Ulaslah beberapa dari ajaran Nabi Joseph Smith mengenai tanggung jawab besar kita untuk “mencari orang-orang kita yang telah meninggal” (hlm. 554–556). Pengalaman apa yang telah Anda miliki sewaktu Anda belajar tentang leluhur Anda? Bagaimana kasih Anda bagi keluarga Anda dan iman Anda kepada Allah telah diperkuat sewaktu Anda belajar tentang leluhur Anda? Bagaimana melakukan tata cara bait suci bagi leluhur Anda telah memengaruhi perasaan Anda mengenai mereka?

  • Apa yang dapat kita lakukan untuk membantu anak-anak menghargai pusaka warisan keluarga mereka? Apa yang dapat kita lakukan untuk membantu anak-anak berperan serta dalam pekerjaan bait suci dan sejarah keluarga?

Tulisan Suci Terkait: Roma 14:9; A&P 128:8–11

Catatan

  1. History of the Church, 4:426; dari risalah konferensi Gereja yang diadakan pada tanggal 3 Oktober 1841, di Nauvoo, Illinois, diterbitkan dalam Times and Seasons, 15 Oktober 1841, hlm. 578.

  2. History of the Church, 4:446–447; dari “History of the Church” (manuskrip), buku C-1, tambahan, hlm. 44, Arsip Gereja, Gereja Yesus Kristus dari Orang-orang Suci Zaman Akhir, Salt Lake City, Utah.

  3. History of the Church, 5:141; dari ceramah yang diberikan oleh Joseph Smith pada tanggal 31 Agustus 1842, di Nauvoo, Illinois; dilaporkan oleh Eliza R. Snow; lihat pula tambahan, hlm. 562, butir 3.

  4. George A. Smith, ceramah yang diberikan pada tanggal 25 Desember 1874, di St. George, Utah; di St. George Stake, General Minutes, jilid. 4, Arsip Gereja.

  5. History of the Church, 3:29; dari tajuk rencana yang diterbitkan dalam Elders’ Journal, Juli 1838, hlm. 43; Joseph Smith adalah redaktur dari terbitan berkala tersebut.

  6. History of the Church, 4:425–426; dari risalah konferensi Gereja yang diadakan pada tanggal 3 Oktober 1841, di Nauvoo, Illinois, diterbitkan dalam Times and Seasons, 15 Oktober 1841, hlm. 577–578.

  7. History of the Church, 4:231; pembagian alinea diubah; dari sepucuk surat dari Joseph Smith kepada Dua Belas Rasul, 15 Desember 1840, Nauvoo, Illinois; surat ini secara keliru diberi tanggal 19 Oktober 1840, dalam History of the Church.

  8. History of the Church, 4:569; dari ceramah yang diberikan oleh Joseph Smith pada tanggal 27 Maret 1842, di Nauvoo, Illinois; dilaporkan oleh Wilford Woodruff; lihat pula tambahan, hlm. 562, butir 3.

  9. History of the Church, 6:183–184; dari ceramah yang diberikan oleh Joseph Smith pada tanggal 21 Januari 1844, di Nauvoo, Illinois; dilaporkan oleh Wilford Woodruff.

  10. History of the Church, 6:365–366; pembagian alinea diubah; dari ceramah yang diberikan oleh Joseph Smith pada tanggal 12 Mei 1844, di Nauvoo, Illinois; dilaporkan oleh Thomas Bullock.

  11. Dikutip oleh George Laub, dalam kumpulan kutipan dari ceramahceramah Joseph Smith, kira-kira 1845; George Laub, Reminiscences and Journal Januari 1845–April 1857, hlm. 21, Arsip Gereja.

  12. History of the Church, 6:312–313; ejaan dimodernkan; dari ceramah yang diberikan oleh Joseph Smith pada tanggal 7 April 1844, di Nauvoo, Illinois; dilaporkan oleh Wilford Woodruff, Willard Richards, Thomas Bullock, dan William Clayton.

  13. Ajaran dan Perjanjian 128:15–18, 22, 24; sepucuk surat dari Joseph Smith kepada para Orang Suci, 6 September 1842, Nauvoo, Illinois.

Gambar
Nauvoo Temple baptistry

Bagian kolam pembaptisan dalam Bait Suci Nauvoo yang direkonstruksi. Dalam kolam-kolam pembaptisan seperti ini, para Orang Suci menerima tata cara bagi mereka yang telah meninggal.

Gambar
family doing genealogy

“Tanggung jawab terbesar di dunia ini yang telah Allah embankan ke atas kita adalah untuk mencari orang-orang kita yang telah meninggal.”