Institut
Pelajaran 10: Mengajarkan Rencana Keselamatan (Bagian 1)


10

Mengajarkan Rencana Keselamatan (Bagian 1)

Pendahuluan

Rencana keselamatan adalah rencana Bapa Surgawi untuk kebahagiaan anak-anak-Nya. Itu berpusat pada Pendamaian Yesus Kristus dan mengajarkan mengapa Pendamaian adalah perlu. Rencana Bapa Surgawi juga menjawab pertanyaan “Dari mana saya berasal?,” “Apa tujuan saya dalam kehidupan?,” dan “Ke mana saya akan pergi setelah saya meninggal?” Calon misionaris hendaknya memiliki pemahaman yang jelas mengenai ajaran rencana keselamatan dan siap untuk menjelaskannya secara sederhana dan bersaksi mengenainya dengan kuasa.

Persiapan Awal

Saran untuk Pengajaran

Kehidupan Pradunia: Tujuan dan Rencana Allah bagi Kita

Pertimbangkan untuk meminta kelas menyanyikan nyanyian pujian “Aku Anak Allah” sebagai bagian dari kebaktian pembuka. Untuk memulai pelajaran, mintalah siswa mengulas kembali dalam hati lirik bait pertama dari “Aku Anak Allah,” dan mintalah mereka untuk mencari ajaran atau asas apa pun yang terdapat dalam liriknya.

Aku anak Allah,

Ku diciptakan-Nya

Ku dib’ri rumah di bumi,

Dan ‘rang tua tercinta.

Pimpin aku, bimbing aku,

Tunjuk jalannya.

Ajar agar ‘ku kelak,

Hidup bersama-Nya.”

(“Aku Anak Allah,” Nyanyian Rohani, no. 144)

Setelah beberapa saat, undanglah siswa untuk menjelaskan ajaran atau asas penting apa pun yang mereka temukan dalam nyanyian pujian tersebut. Jika perlu, Anda dapat mempertimbangkan untuk mengajukan pertanyaan-pertanyaan berikut:

  • Apa yang lirik ini indikasikan mengenai kehidupan kita sebelum kita datang ke bumi?

  • Apa yang lirik ini indikasikan mengenai tujuan kehidupan di bumi ini?

Beri tahulah siswa bahwa sebagai misionaris, mereka akan berkesempatan mengajar mengenai tujuan kehidupan. Mintalah satu siswa atau lebih membacakan dengan lantang dua paragraf pertama dari bagian berjudul “Kehidupan Pradunia: Tujuan dan Rencana Allah bagi Kita” di halaman 54 dari Mengkhotbahkan Injil-Ku.

Anda juga dapat berbagi pernyataan berikut oleh Presiden Boyd K. Packer dari Kuorum Dua Belas Rasul:

Gambar
Presiden Boyd K. Packer

“Tidak ada kebenaran yang lebih dalam yang telah disampaikan kepada kita dalam pemulihan daripada pengetahuan mengenai keberadaan prafana kita. Tidak ada gereja lain yang mengetahui atau mengajarkan kebenaran ini. Ajaran tersebut diberikan hanya dalam bentuk garis besar, tetapi fakta yang menonjol diulangi cukup sering di dalam wahyu untuk meyakinkan kita akan kebenaran fundamental tertentu” (Our Father’s Plan [1984], 14).

Tanyakan:

  • Bagaimana mengetahui tentang kehidupan prafana kita dan bahwa kita hidup sebagai anak-anak roh bersama Bapa kita di Surga dapat membantu memberi makna yang lebih besar pada kehidupan kita? (Sewaktu siswa menanggapi, Anda mungkin memilih untuk menekankan asas ini: Ketika kita memahami bahwa kita adalah anak Bapa Surgawi, kita menemukan makna yang lebih besar dalam kehidupan kita di bumi).

Untuk membantu siswa memperdalam pemahaman mereka akan asas ini, tayangkan video “Allah adalah Bapa Kita” (3:05), dan mintalah siswa mendengarkan berkat-berkat yang diuraikan oleh orang-orang dalam video tersebut.

Setelah siswa menyaksikan video, ajukan pertanyaan berikut:

  • Apa saja berkat yang orang-orang di video uraikan yang datang dari mengetahui mereka adalah anak Allah?

  • Bagaimana pengetahuan bahwa Anda adalah anak Allah telah membantu Anda menemukan makna lebih besar dalam kehidupan Anda?

Mintalah beberapa siswa bergiliran membacakan dengan lantang empat paragraf terakhir di halaman 54–55 dari Mengkhotbahkan Injil-Ku. Instruksikan kelas untuk mencari ajaran dan asas yang mengajarkan apa tujuan Allah bagi anak-anak-Nya dan bagaimana rencana keselamatan memenuhi tujuan itu. Kemudian tanyakan:

  • Rencana Allah dirancang untuk melakukan apa bagi anak-anak-Nya? (Di antara tanggapan-tanggapan mereka, siswa dapat menyertakan ajaran bahwa rencana keselamatan memungkinkan bagi semua anak Allah untuk menikmati berkat-berkat kebakaan dan kehidupan kekal. Jika klarifikasi diperlukan, Anda dapat merujuk pada definisi dari kebakaan dan permuliaan di halaman 66–67 dalam Mengkhotbahkan Injil-Ku. Tekankan bahwa kehidupan kekal adalah jenis kehidupan yang Allah jalani).

Untuk membantu siswa memahami ajaran ini, mintalah mereka membaca dan menghafalkan Musa 1:39. Setelah mereka memiliki beberapa saat untuk menghafalkan dan memraktikkan melafalkan petikan ini, tanyakan:

  • Bagaimana mengajar simpatisan bahwa tujuan Allah adalah untuk mendatangkan kebakaan dan kehidupan kekal kita dapat berdampak pada pilihan-pilihan yang mereka buat dalam kehidupan sehari-hari mereka?

Berilah siswa waktu sejenak untuk merenungkan peran misionaris dalam membantu Bapa Surgawi dalam pekerjaannya “untuk mendatangkan kebakaan dan kehidupan kekal bagi manusia” (Musa 1:39). Undanglah siswa untuk berbagi pemikiran mereka dengan siswa yang lain atau menuliskan pemikiran mereka dalam jurnal penelaahan.

Penciptaan dan Tubuh Jasmani Kita

Mintalah seorang siswa membacakan dengan lantang bagian berjudul “Penciptaan” di halaman 55 dari Mengkhotbahkan Injil-Ku. Instruksikan siswa untuk mencari signifikansi dari Penciptaan dalam rencana keselamatan Allah. Kemudian tanyakan:

  • Mengapa kita menganggap penciptaan bumi sebagai bagian yang signifikan dari rencana keselamatan Allah? (Agar maju dan menjadi seperti Allah, kita masing-masing harus datang ke bumi untuk mendapatkan tubuh dan diuji selama suatu masa percobaan).

Untuk membantu siswa memahami pentingnya menerima tubuh jasmani, perlihatkan dan bacakan dengan lantang pernyataan berikut, yang disampaikan oleh Sister Susan W. Tanner sementara dia melayani sebagai presiden umum Remaja Putri. Mintalah siswa mencermati mengapa masing-masing dari kita bersemangat untuk menerima tubuh jasmani.

Gambar
Susan W. Tanner

“Dalam lingkup prafana kita belajar bahwa tubuh merupakan bagian dari rencana kebahagiaan Allah yang besar bagi kita. Seperti dinyatakan dalam maklumat keluarga: ‘Para putra dan putri roh mengenal dan memuja Allah sebagai Bapa Kekal mereka dan menerima rencana-Nya, yang melaluinya, anak-anak-Nya dapat memperoleh tubuh jasmani dan mendapatkan pengalaman duniawi untuk maju ke arah kesempurnaan dan pada akhirnya merealisasikan takdir ilahinya sebagai ahli waris kehidupan kekal.’ Bahkan, kita ‘bersorak-sorai’ (Ayub 38:7) menjadi bagian dari rencana ini.

“Mengapa kita begitu bersemangat? Kita memahami kebenaran kekal mengenai tubuh kita. Kita tahu bahwa tubuh kita akan menurut rupa Allah. Kita tahu bahwa tubuh kita akan menaungi roh kita. Kita juga paham bahwa tubuh kita akan tunduk pada rasa sakit, penyakit, disabilitas, dan godaan. Tetapi kita bersedia, bahkan tak sabar, untuk menerima tantangan-tantangan ini karena kita tahu bahwa hanya dengan roh dan elemen terhubung tak terpisahkan kita dapat maju untuk menjadi seperti Bapa Surgawi kita (lihat A&P 130:22) dan ‘menerima kegenapan sukacita’ (A&P 93:33)” (“Kekudusan Tubuh,” Ensign atau Liahona, November 2005, 13).

Kemudian tanyakan:

  • Di dunia prafana, apa kebenaran yang kita pahami yang menjadikan kita bersemangat untuk datang ke bumi dan menerima tubuh jasmani?

  • Mengapa kita bersedia dan tak sabar untuk datang ke bumi meskipun kita tahu kita akan menghadapi tantangan sulit dalam kefanaan?

Berilah siswa waktu sejenak untuk merenungkan pertanyaan berikut: Bagaimana Anda akan menjelaskan kepada simpatisan bagaimana pengalaman fana kita membantu kita maju menjadi seperti Bapa Surgawi kita? Jika waktu mengizinkan, undanglah mereka untuk menelaah rujukan tulisan suci di kotak Mempelajari Tulisan Suci di bawah “Penciptaan” di halaman 55 dari Mengkhotbahkan Injil-Ku. Setelah kira-kira satu menit, mintalah siswa berpaling kepada seseorang yang duduk di samping mereka dan menjelaskan jawaban mereka bagi pertanyaan tersebut.

Hak Pilihan dan Kejatuhan Adam dan Hawa

Tulislah tajuk berikut di papan tulis:

Apa yang Adam dan Hawa dapat lakukan di dalam Taman

Apa yang Adam dan Hawa tidak dapat lakukan di dalam Taman

Undanglah siswa untuk menelaah 2 Nefi 2:22–25 dan bagian “Hak PiIihan serta Kejatuhan Adam dan Hawa” di halaman 55 dari Mengkhotbahkan Injil-Ku. Sewaktu mereka membaca, suruhlah separuh dari kelas membuat daftar mengenai apa yang Adam dan Hawa dapat lakukan di dalam Taman Eden (mereka dapat hidup selamanya dalam keadaan tanpa dosa, mereka dapat menggunakan hak pilihan mereka untuk membuat keputusan). Mintalah separuh lain dari kelas membuat daftar mengenai apa yang Adam dan Hawa tidak dapat lakukan di Taman Eden (mereka tidak maju atau mengalami pertentangan, mereka tidak dapat mengalami sukacita atau dukacita atau rasa sakit atau kegetiran, mereka tidak dapat mengalami penyakit atau penderitaan, mereka tidak dapat memiliki anak). Setelah beberapa menit, mintalah siswa berbagi apa yang mereka temukan. Sewaktu mereka menanggapi, pertimbangkan untuk meminta seorang anggota kelas menuliskan tanggapan siswa di papan tulis.

Arahkan perhatian siswa pada istilah kematian jasmani dan kematian rohani di halaman 56 dari Mengkhotbahkan Injil-Ku. Mungkin semua siswa akan memahami bahwa kematian jasmani merujuk pada kematian tubuh jasmani. Bantulah mereka memahami bahwa kematian rohani merujuk pada pemisahan dari hadirat Allah. Kedua kematian adalah akibat dari Kejatuhan Adam. Hanyalah melalui Pendamaian Yesus Kristus maka kita dapat mengatasi kedua kematian.

Anda dapat memperdalam pemahaman siswa mengenai pentingnya Kejatuhan dalam rencana keselamatan dengan memeragakan kutipan berikut dari Presiden Joseph Fielding Smith (1876–1972) dan meminta seorang siswa membacakannya dengan lantang kepada kelas:

Gambar
Presiden Joseph Fielding Smith

“Ketika Adam diusir keluar dari Taman Eden, Tuhan menjatuhkan hukuman ke kepadanya. Sebagian orang telah memandang hukuman itu sebagai hal yang menakutkan. Bukan begitu; itu adalah suatu berkat. Saya bahkan tidak tahu apakah itu sungguh dapat dianggap sebagai hukuman yang terselubung.

Agar umat manusia memperoleh keselamatan dan permuliaan adalah perlu bagi mereka untuk memperoleh tubuh di dunia ini, dan melalui pengalaman serta pendidikan yang hanya terdapat dalam kefanaan. Tuhan telah berfirman bahwa pekerjaan dan kemuliaan besar-Nya adalah ‘untuk mendatangkan kebakaan dan kehidupan kekal bagi manusia’ [Musa 1:39]. Tanpa kefanaan berkat ini tidak dapat tercapai. Karenanya, dunia diciptakan dan diisi dengan anak-anak Allah, dan mereka diberi privilese untuk melalui keberadaan fana, dengan karunia hak pilihan yang agung dalam kepemilikan mereka. Melalui karunia ini mereka memilih yang baik atau memilih yang jahat, dan dengan demikian menerima pahala jasa dalam kekekalan mendatang. Karena pelanggaran Adam kita berada dalam kehidupan fana ini. …

Kejatuhan manusia datang sebagai berkat terselubung, dan merupakan sarana untuk memajukan lebih lanjut tujuan-tujuan Tuhan dalam kemajuan manusia, alih-alih sarana untuk merintanginya” (Doctrines of Salvation, dikompilasi Bruce R. McConkie, 3 jilid [1954–1956], 1:113–114).

Kemudian tanyakan:

  • Mengapa adalah pantas untuk memandang Kejatuhan Adam dan Hawa sebagai bagian yang amat penting dari rencana keselamatan Allah? (Kejatuhan Adam dan Hawa memperkenankan anak-anak roh Allah untuk memperoleh tubuh jasmani serta memungkinkan mereka untuk maju dan menjadi seperti Dia).

Undanglah siswa untuk mengulas kembali kotak “Mengajarkan tentang Kejatuhan” di halaman 56 dari Mengkhotbahkan Injil-Ku. Kemudian mintalah siswa menjelaskan ajaran Kejatuhan dengan kata-kata mereka sendiri kepada siswa yang duduk di samping mereka.

Kehidupan Kita di Bumi

Perlihatkan video “Rencana Keselamatan” (4:30) atau mintalah seorang siswa membacakan dengan lantang pernyataan berikut dari Presiden Boyd K. Packer dari Kuorum Dua Belas Rasul. Mintalah siswa mencermati bagaimana sebuah sandiwara tiga babak melambangkan rencana keselamatan:

Gambar
Presiden Boyd K. Packer

“Rencana penebusan, dengan tiga bagiannya, dapat dipersamakan dengan sebuah sandiwara tiga babak yang megah. Babak 1 berjudul ‘Kehidupan Prafana.’ Tulisan suci menggambarkannya sebagai keadaan pertama kita (lihat Yudas 1:6; Abraham 3:26, 28). Babak 2, dari kelahiran sampai waktu kebangkitan, adalah ‘Keadaan Kedua.’ Dan babak 3 disebut ‘Kehidupan Setelah Kematian’ atau ‘Kehidupan Kekal.’

“Dalam kefanaan, kita adalah bagaikan aktor yang memasuki teater tepat saat tirai diangkat di babak kedua. Kita ketinggalan babak 1. Produksi sandiwara tersebut memiliki banyak plot dan sub-plot yang saling menjalin, menjadikannya sulit untuk ditebak siapa berhubungan dengan siapa dan apa berhubungan dengan apa, siapa yang pahlawan dan siapa yang penjahat. Itu semakin diperumit karena kita bukan penonton semata, kita adalah anggota kelompok pemain, di atas panggung, di tengah segalanya!

“Sebagai bagian dari rencana kekal tersebut, ingatan mengenai kehidupan prafana kita, babak 1, ditutupi dengan tabir. Karena kita memasuki kefanaan di awal babak 2 tanpa ingatan mengenai babak 1, tidaklah mengherankan jika sulit untuk memahami apa yang sedang terjadi. …

“Jika Anda berharap menemukan hanya kemudahan dan kedamaian dan kesenangan selama babak 2, Anda pastinya akan frustrasi. Anda akan sedikit sekali memahami apa yang terjadi dan mengapa segalanya diizinkan sebagaimana adanya.

Ingatlah ini! Kalimat ‘Dan mereka semua hidup bahagia selama-lamanya’ tidak pernah dituliskan ke dalam babak kedua. Kalimat itu adalah milik babak ketiga, ketika misteri tersingkap dan semuanya dibereskan. …

Ada sesuatu yang menyerupai naskah untuk sandiwara hebat ini, drama sepanjang masa. Itu menggarisbawahi, setidaknya dalam bentuk singkat di babak 1—kehidupan prafana. Sementara tidak ada banyak perincian, naskah menjelaskan tujuan dari semuanya, dan itu mengungkapkan cukup dari plotnya untuk membantu Anda memahami bagaimana kehidupan itu.

Naskah itu, seperti seharusnya sudah Anda ketahui, adalah tulisan suci—wahyu-wahyu. Bacalah itu. Telaahlah itu. Itu memberi tahu Anda apa manusia itu, mengapa Allah ‘mengingatnya,’ dan mengapa kita dijadikan ‘hampir sama seperti Allah’ namun ‘memahkotainya dengan kemuliaan dan hormat’ (Mazmur 8:5–6).

“Tulisan suci mengucapkan kebenaran. Darinya Anda dapat belajar cukup mengenai ketiga babak untuk menentukan posisi Anda dan mendapatkan arahan dalam kehidupan Anda. Itu mengungkapkan bahwa ‘kamu juga pada awalnya berada bersama Bapa; yang adalah Roh, bahkan Roh kebenaran;

“‘Dan kebenaran adalah pengetahuan tentang hal-hal sebagaimana adanya, dan sebagaimana adanya dahulu, dan sebagaimana adanya yang akan datang’ (A&P 93:23–24)” (Boyd K. Packer, “The Play and the Plan” [api unggun CES, 7 Mei, 1995], 2–3; si.lds.org).

Kemudian ajukan pertanyaan-pertanyaan seperti berikut:

  • Dengan cara apa sandiwara tiga babak melambangkan beberapa elemen dari rencana keselamatan?

  • Menurut analogi ini, mengapa sulit bagi banyak orang untuk memahami tujuan dari kehidupan di bumi?

  • Menurut analogi ini, di mana kita dapat menemukan naskah bagi sandiwara tiga babak yang megah ini?

  • Bagaimana tulisan suci dapat membantu anak-anak Allah lebih memahami tujuan mereka dalam rencana Allah?

Jelaskan kepada siswa bahwa ketika misionaris mengajarkan rencana keselamatan, mereka membantu simpatisan lebih memahami tujuan kefanaan dan bagaimana kita dapat kembali hidup bersama Bapa Surgawi lagi (lihat Alma 12:32–34). Mintalah siswa membaca bagian berjudul “Kehidupan Kita di Bumi” di halaman 56–57 dari Mengkhotbahkan Injil-Ku. Setelah mereka memiliki waktu yang cukup untuk membaca bagian tersebut, tanyakan:

  • Bagaimana Anda akan menjelaskan tujuan kehidupan ini dalam satu atau dua kalimat?

Beri tahu siswa bahwa adalah penting bagi simpatisan untuk memahami bahwa persiapan kita untuk kembali ke hadirat Allah bergantung pada keputusan yang kita buat selama kehidupan kita di bumi. Keputusan untuk mengikuti perintah Allah dapat membantu kita menjadi lebih dekat kepada Bapa Surgawi kita, sementara melanggar perintah Allah menahan kita dari kembali ke hadirat-Nya. Tulislah yang berikut di papan tulis:

Konsekuensi dari dosa

Kemudian tanyakan:

  • Apa konsekuensi dari dosa? (Jika diperlukan, imbaulah siswa untuk mengulas kembali paragraf kedua dari “Kehidupan Kita di Bumi” di halaman 56–57 dari Mengkhotbahkan Injil-Ku. Meskipun mereka mungkin menggunakan kata-kata yang sedikit berbeda, siswa hendaknya memahami kebenaran ini: Dosa menuntun pada ketidakbahagiaan serta menyebabkan perasaan bersalah dan malu. Itu menjadikan kita tidak bersih dan tidak layak untuk memasuki hadirat Allah. Dosa mencegah kita kembali kepada Bapa kita di Surga kecuali kita diampuni).

  • Bagaimana memahami konsekuensi dosa akan membantu simpatisan menerima pesan Pendamaian?

Ingatkan siswa bahwa dalam kehidupan ini kita semua mengalami kematian rohani—kita dipisahkan dari hadirat Allah. Tanyakan kepada para siswa:

  • Bagaimana Injil Yesus Kristus membantu kita mengatasi kematian rohani dan kembali ke hadirat Allah? (Sewaktu siswa menanggapi, Anda mungkin ingin bertanya kepada mereka bagaimana iman kepada Yesus Kristus, pertobatan, pembaptisan melalui pencelupan, dan karunia Roh Kudus masing-masing membantu kita mengatasi dampak dari Kejatuhan dan mempersiapkan kita untuk kembali ke hadirat Allah).

Adalah penting agar siswa diberi kesempatan untuk memraktikkan menjelaskan elemen-elemen rencana keselamatan yang dicakup dalam pelajaran ini. Ini akan membantu mereka lebih memahami ajaran dan asas yang akan mereka ajarkan kepada simpatisan.

Bagilah siswa ke dalam pasangan-pasangan. Berilah waktu yang cukup bagi pasangan-pasangan untuk bersiap mengajarkan pelajaran lima hingga sepuluh menit mengenai tujuan kehidupan kita di bumi. Mintalah siswa mengulas kembali materi di halaman 56–57 dari Mengkhotbahkan Injil-Ku, termasuk tulisan suci dari kotak Mempelajari Tulisan Suci. Jika tersedia, mereka juga dapat menelaah halaman 2–9 dari pamflet misionaris berjudul Rencana Keselamatan. Sewaktu siswa bersiap, berjalanlah berkeliling kelas dan bantulah mereka mempersiapkan penjelasan sederhana dan singkat mengenai elemen-elemen dari rencana keselamatan. Tegaskan kembali bahwa menggunakan petikan tulisan suci dalam pesan mereka serta bersaksi mengenai ajaran dan asas yang mereka ajarkan akan menambahkan kekuatan pada pelajaran mereka.

Setelah siswa memiliki cukup waktu untuk mengulas kembali materinya dan mempersiapkan pelajaran singkat, tugaskan setiap pasangan siswa untuk mengajar pasangan yang lain. Kemudian suruhlah mereka berotasi agar setiap pasangan memiliki kesempatan untuk mengajar satu kali. Sewaktu setiap pasangan mengakhiri pengalaman mengajar mereka, suruhlah mereka membahas yang berikut dengan siswa yang mereka ajar:

  • Apa yang guru lakukan dengan baik?

  • Apa metode yang dapat menjadikan peragaan tersebut bahkan lebih efektif?

Setelah setiap pasangan telah berkesempatan untuk memraktikkan dan mengevaluasi pengajaran mereka, undanglah anggota kelas untuk berbagi wawasan dari pengalaman mereka dengan sisa kelas.

Akhiri pelajaran dengan menuliskan pernyataan berikut di papan tulis dan meminta siswa mempertimbangkan bagaimana asas-asas ini dapat meningkatkan hasrat mereka untuk melayani misi:

Setiap orang yang Anda temui adalah anak Bapa Surgawi dan dikasihi oleh-Nya.

Setiap orang yang Anda temui membawa beban ketidakbahagiaan yang datang dari dosa yang belum diselesaikan melalui Pendamaian Kristus yang membersihkan.

Undanglah beberapa siswa untuk berbagi apa yang mereka rasakan sewaktu mereka merenungkan pernyataan-pernyataan ini. Pertimbangkan untuk mengakhiri pelajaran dengan menanyakan kepada siswa apakah ada di antara mereka yang ingin memberikan kesaksian kepada kelas mengenai ajaran yang berhubungan dengan rencana keselamatan.

Undangan untuk Bertindak

Undanglah siswa untuk memperdalam pemahaman mereka mengenai rencana keselamatan dan memperbaiki keterampilan pengajaran mereka dengan memilih satu di antara kegiatan-kegiatan berikut untuk dikerjakan di luar kelas:

  • Ulaslah kembali bagian “Definisi Kunci” di halaman 66–67 dari Mengkhotbahkan Injil-Ku. Praktikkan menjelaskan setiap istilah dengan kata-kata Anda sendiri menggunakan pernyataan kebenaran yang sederhana.

  • Ulaslah kembali petikan tulisan suci yang terdapat di kotak-kotak Mempelajari Tulisan Suci di halaman 55 dari Mengkhotbahkan Injil-Ku. Pilihlah satu atau dua petikan yang ingin Anda gunakan untuk mengajarkan masing-masing bagian yang berbeda dari rencana keselamatan dan tandai itu dalam tulisan suci Anda. Pertimbangkan untuk menghafalkan satu atau lebih dari petikan-petikan ini.

  • Ciptakan garis besar untuk mengajarkan rencana keselamatan. Pertimbangkan untuk menggunakan gagasan rencana pelajaran di halaman 62–63 dari Mengkhotbahkan Injil-Ku sebagai rujukan.

  • Pikirkan saat ketika pengetahuan Anda mengenai rencana keselamatan telah memberkati kehidupan Anda. Tuliskan ringkasan dari pengalaman itu dalam jurnal penelaahan Anda atau berbagilah itu dengan seorang teman.