Ajaran-Ajaran Presiden
Bab 22: Persepuluhan dan Pengudusan


Bab 22

Persepuluhan dan Pengudusan

Meskipun banyak tantangan yang dihadapi Presiden Brigham Young, tetapi baginya ”tidak ada hal” yang disebut pengorbanan (DNW, 24 Agustus 1854, 1) karena semua, hal sudah milik Allah dan apa yang kita berikan hanya memberkati kita dan menyiapkan kita untuk permuliaan. Dia menganggap apa yang kita sebut pengorbanan sebagai kesempatan untuk menukar ”keadaan buruk dengan yang lebih baik” (DNW, 24 Agustus 1854, 1). Presiden Young mengajarkan bahwa kita dapat turut serta dalam pekerjaan Tuhan dengan mematuhi hukum persepuluhan dan pengudusan—dengan mengakui bahwa segala yang kita miliki adalah milik Bapa kita di Surga dan mengembalikan sebagian dari milik kita kepadaNya.

Ajaran Brigham Young

Membayar persepuluhan memungkinkan kita turut serta dalam pekerjaan Tuhan dengan mengembalikan sebagian dari apa yang merupakan milikNya.

Untuk sesaat pun saya tidak menganggap, bahwa ada satu orang dalam Gereja ini, yang tidak paham dengan tugas membayar persepuluhan, juga tidaklah perlu untuk mendapat wahyu setiap tahun mengenai hal itu. Hukumnya sudah ada—bayarlah satu persepuluh (DBY, 174).

Ada sedemikian banyak pertanyaan sehingga menjadi menjengkelkan; hukumnya adalah agar orang membayar satu persepuluh … untuk pembangunan rumah Allah, menyebarkan injil, dan menyokong keimamatan. Ketika seseorang memasuki gereja, ia ingin tahu apakah ia harus memperhitungkan pakaian, hutang piutang, tanahnya, dsb. Adalah hukumnya untuk memberi … sepersepuluh dari pertambahannya [lihat A&P 119:4] (HC, 7:301). Hukum persepuluhan adalah hukum kekal. Tuhan Yang Maha Kuasa tidak pernah memiliki KerajaanNya di bumi tanpa ada hukum persepuluhan di tengah-tengah umatNya, dan Ia takkan pernah melakukannya. Inilah hukum kekal yang telah diadakan Allah untuk kebaikan keluarga manusia, demi keselamatan dan permuliaan mereka. Hukum ini ada daiam Imamat, tetapi kita tidak ingin seorang pun melaksanakannya kecuali mereka bersedia melakukannya (DBY, 177).

Orang-orang tidak dipaksa untuk membayar persepuluhan mereka, melakukan menurut sesuka hati mereka mengenainya, hukum ini dianjurkan bagi mereka hanya sebagai masalah kewajiban antara mereka dan Allah mereka (DBY, 177).

Kita tidak meminta siapa pun untuk membayar persepuluhan, kecuali mereka sendiri ingin melakukannya; tetapi jika anda berpura-pura membayar persepuluhan, bayarlah seperti selayaknya orang yang jujur (DBY, 177).

Setiap orang hendaknya membayar persepuluhan mereka. Seorang wanita miskin seharusnya membayarkan ayam kesepuluhnya, jika ia harus menerima sepuluh kali lipat dari nilainya bagi kebutuhannya (DBY, 178).

Memang benar sekali kaum miskin membayar persepuluhan lebih baik daripada yang kaya. Jika yang kaya mau membayar persepuluhan, kita akan berkecukupan. Kaum miskin setia dan tepat waktu dalam membayar persepuluhan mereka, tetapi yang kaya hampir tidak sanggup membayarnya …. mereka memiliki terlalu banyak. Jika ia hanya punya sepuluh dollar ia dapat membayar satu dollar; jika ia hanya punya satu dollar, ia dapat bayar sepuluh sen; ini tidak menyakitinya sama sekali. Jika ia punya seratus dollar, ia berkemungkinan dapat membayar sepuluh. Jika ia punya seribu dollar, maka ia menatapnya sebentar dan berkata, ”Saya kira saya akan membayarnya; bagaimana pun memang harus dibayar;” dan ia dapat membayar sepuluh dollar atau seratus dollarnya. Tetapi andaikan seseorang cukup kaya untuk membayar sepuluh ribu, maka ia akan menatapnya banyak kali dan berkata, ”Saya kira saya akan menunggu sampai saya mendapat lagi sedikit, maka setelah itu saya akan membayar banyak sekali.” Dan mereka menunggu dan menunggu, seperti seorang priayi tua di Timur; ia menunggu dan menunggu dan menunggu untuk membayar persepuluhannya sampai ia keluar dari dunia, dan cara ini dilakukan oleh amat banyak orang. Mereka menunggu dan terus menunggu, sampai, akhirnya, apa yang dinamakan kematian datang, dan mendekati mereka dan mencabut naf as mereka, maka mereka meninggal dan tak dapat membayar persepuluhan mereka, mereka terlambat dan inilah yang terjadi (DBY, 175).

Bukanlah bagi saya untuk berdiri dan berkata bahwa saya dapat memberi kepada Allah, karena sebenarnya saya tidak punya apa-apa untuk diberi. Kelihatannya saya punya sesuatu. Mengapa? Karena Tuhan telah menganggap layak untuk menghadirkan saya di sini, dan Ia telah memberkati usaha saya dalam mengumpulkan hal-hal yarig diinginkan, dan yang disebut barang milik (DBY, 176).

Ketika uskup saya datang untuk menilai barang milik saya, ia ingin tahu apa saja yang dapat ia ambil sebagai persepuluhan. Saya berkata kepadanya untuk mengambil apa saja milik saya, karena saya tidak menaruh hati saya pada barang apapun; kuda, sapi, babi saya atau hal lain yang dapat ia ambil, hati saya ada pada pekerjaan Allah, pada kebaikan umum Kerajaan agungNya (DBY 176).

Jika kita menjalankan agama kita, kita akan bersedia membayar persepuluhan (DBY, 176).

Kita bukan milik kita sendiri, kita telah dibeli dengan sebuah harga, kita adalah milik Tuhan; waktu kita, bakat kita, emas dan perak kita, gandum dan tepung halus kita, anggur kita dan minyak kita, ternak kita, dan semua yang ada di bumi ini yang berada dalam kemilikan kita adalah milik Tuhan, dan Ia menuntut sepersepuluh darinya untuk membangun KerajaanNya. Baik milik kita banyak atau sedikit, sepersepuluh hendaknya dibayarkan untuk persepuluhan (DBY, 176).

Ketika seorang ingin memberi sesuatu, biarkan ia memberi yang terbaik dari miliknya. Tuhan telah memberi saya semua yang saya miliki; sesungguhnya saya tidak punya apa-apa, tidak sesen pun darinya adalah milik saya. Mungkin anda bertanya, ”Apakah anda merasa seperti yang anda katakan”? Ya, sesungguhnya demikian. Jubah yang ada dipunggung saya bukan milik saya, dan belum pernah jadi milik saya; Tuhan telah menempatkannya dalam kemilikan saya secara terhormat, dan saya memakainya; tetapi jika Ia menginginkannya, beserta segala yang ada di balik jubah ini, Ia dipersilakan mengambil keseluruhannya. Saya tidak punya rumah, atau tanah peternakan, kuda, bagal, gerobak atau kereta … tetapi apa yang Tuhan berikan kepada saya, dan jika Ia menginginkannya, Ia dapat mengambilnya sekehendak hatiNya, baik dengan mengatakannya atau mengambilnya tanpa mengatakannya (DBY, 175).

Semuanya milik Tuhan dan kita hanyalah pengawasNya (DBY, 178).

Saya tidak mengharap dapat melihat hari ketika saya mutlak mandiri, sampai saya dimahkotai di kerajaan selestial Bapa saya, dan dibuat bebas merdeka seperti Bapa saya di Surga. Saya belum menerima warisan saya sebagai milik sendiri dan saya berharap tetap bergantung sampai saya menerimanya, karena semua yang saya miliki dipinjamkan kepada saya (DBY, 177).

Tanggungjawab kita adalah untuk membayar persepuluhan dan untuk mendukung mereka yang bertanggungjawab atas dana persepuluhan.

Di sini berdiri satu tokoh—seorang manusia—yang telah diciptakan Allah, disusun, dibentuk dan dibuat,—setiap bagian dan unsur dari sistim saya dari ujung kepala sampai ke tapak kaki saya, telah dihasilkan oleh Bapa saya di surga; dan Ia meminta sepersepuluh bagian dari otak, hati, syaraf, otot, urat, daging, tulang saya, dan dari seluruh sistim saya, untuk membangun bait suci, untuk pelayanan, untuk menyokong para misionari dan keluarga misionari, untuk memberi makan yang lapar, yang lanjut usia, yang lump uh dan yang buta, dan untuk mengumpulkan mereka dari berbagai negara dan merawat mereka setelah terkumpul. Ia telah berkata ”PutraKu, baktikan sepersepuluh dari dirimu bagi pekerjaan baik dan berfaedah untuk mengurus sesamamu, mengkhotbahkan Injil, membawa orang-orang ke dalam Kerajaan; susunlah rencanamu untuk mengurus mereka yang tidak dapat mengurus diri; pimpinlah pekerjaan mereka yang sanggup bekerja; dan sepersepuluh sudah amat memadai jika dibaktikan dengan benar, hati-hati dan bijaksana untuk kemajuan KerajaanKu di bumi” (DBY, 176).

Jika Tuhan menginginkan sepersepuluh dari kesanggupan saya untuk dibaktikan bagi pembangunan bait suci, gedung pertemuan, gedung sekolah, untuk menyekolahkan anak-anak kita, mengumpulkan kaum miskin dari berbagai bangsa di dunia, membawa pulang yang lanjut usia, lumpuh, cacad dan buta, dan membangun rumah untuk mereka tinggal, agar mereka boleh hidup nyaman ketika mereka sampai di Sion, dan untuk mendukung keimamatan, bukanlah hak saya untuk mempertanyakan wewenang dari Yang Maha Kuasa dalam hal ini, mau pun dari para hambaNya yang bertanggungjawab atas hal itu. Jika saya diminta untuk membayar persepuluhan saya, adalah tugas saya untuk membayarnya (DBY, 174).

Saya suka istilah [persepuluhan] itu, karena bersifat tulisan suci, dan saya lebih suka menggunakannya daripada istilah lainnya. Tuhan mengadakan persepuluhan; ini dilaksanakan pada zaman Abraham, dan Henokh dan Adam dan anak-anaknya tidak melupakan persepuluhan dan persembahan mereka. Anda dapat membaca sendiri mengenai apa yang Tuhan tuntut. Saya ingin berkata sejauh ini kepada mereka yang mengaku Orang-orang Suci Zaman Akhir—jika kita melalaikan persepuluhan dan persembahan kita, kita akan menerima tangan teguran Tuhan. Kita bisa yakin akan hal ini cepat atau lambat. Jika kita lalai membayar persepuluhan dan persembahan kita, kita juga akan mengabaikan hal-hal lainnya dan ini akan terus tumbuh dalam diri kita sampai akhirnya roh Injil sama sekali hilang dari kita, dan kita berada dalam kegelapan, dan tidak tahu ke mana kita pergi (DBY, 174).

Tuhan menuntut sepersepuluh dari apa yang Ia telah berikan kepada saya; maka saya wajib membayar sepersepuluh dari pertambahan temak dan dari semua yang saya punya, dan semua orang hendaknya berbuat sama. Mungkin ada pertanyaan, ”Apa yang harus dilakukan dengan persepuluhan itu?” Itu untuk membangun bait suci Allah; untuk memperluas perbatasan Sion; mengutus para Penatua ke ladang misi untuk mengabarkan Injil dan merawat keluarga mereka. Tidak lama lagi kita akan punya beberapa bait suci untuk kita masuki, dan kita akan menerima berkat-berkat kita, berkat-berkat surga, dengan kepatuhan pada ajaran persepuluhan. Kita akan mempunyai bait suci yang dibangun di seluruh pegunungan ini, di lembah-lembah di daerah ini dan di lembah-lembah di daerah berikutnya, dan akhirnya di semua lembah pegunungan ini. Kita berharap membangun bait suci di amat banyak lembah. Kita pergi ke Rumah Endowmen, dan sebelum pergi, kita mendapatkan rekomendasi dari uskup kita bahwa kita telah membayar persepuluhan kita (DBY, 178).

Adalah urusan saya untuk mengendalikan pengeluaran persepuluhan yang dibayar Orang-orang Suci, dan bukan urusan setiap Penatua dalam Kerajaan yang mengira persepuluhan adalah miliknya (DBY, 178).

Anda membiarkan iblis memberi gagasan kepada anda bahwa saya tidak membimbing anda dengan benar, dan membiarkan pikiran itu tinggal di hati anda, maka saya akan menjanjikan kepada anda bahwa hal itu akan membimbing anda menuju kemurtadan. Jika anda membiarkan diri meragukan apa saja yang telah diwahyukan Allah, maka tidak lama lagi anda mulai mengabaikan doa anda, menolak membayar persepuluhan anda, dan mencari-cari kesalahan para pemimpin Gereja. Anda akan mengulang-ulang apa yang dikatakan para pemurtad, ”Persepuluhan tidak digunakan dengan benar” (DNSW, 29 Agustus 1876, 1).

Pengudusan adalah kerelaan memberi semua dan suatu pengakuan bahwa semua yang kita miliki adalah milik Bapa kita di Surga.

Saya telah melihat pada masyarakat Orang Suci Zaman Akhir dalam penglihatan dan melihat mereka diorganisasi sebagai satu keluarga surga yang besar; setiap orang melaksanakan beberapa tugas dalam jenis pekerjaannya, bekerja demi kebaikan bersama lebih daripada untuk peningkatan perorangan; dan di sinilah saya melihat aturan yang paling indah yang dapat direnungkan akal manusia, dan hasil yang paling agung bagi pembangunan Kerajaan Allah dan perluasan kebenaran di muka bumi. Apakah masyarakat ini akan pernah sampai pada aturan ini? Apakah mereka sekarang siap untuk hidup menurut tertib bapa bangsa itu yang akan diorganisasi di antara yang benar dan setia sebelum Allah menerima umatNya? Kita semua setuju bahwa ketika tubuh fana ini terkubur, dan bersamanya segala masalahnya, kegelisahannya, cinta diri, cinta kekayaan, dan nafsu kuasa, serta semua minat yang bertentangan yang berkaitan dengan daging ini, bahwa pada waktu itu, ketika roh kita telah kembali kepada Allah yang memberikannya, kita akan tunduk pada setiap persyaratan yang Ia minta dari kita; bahwa pada waktu itu kita akan hidup bersama sebagai satu keluarga besar; minat kita akan merupakan minat yang umum dan bersamaan. Mengapa kita tidak dapat hidup begitu di dunia ini? (DBY, 181).

Apakah waktunya akan pernah datang ketika kita dapat mulai mengorganisasi masyarakat ini sebagai sebuah keluarga? Ya. Apakah kita tahu caranya? Ya … . Apakah anda kira kita dapat menjadi satu? Ketika kita pulang kepada Bapa dan Allah kita, apakah kita tidak akan mengharap untuk berada dalam keluarga itu? Bukankah ini akan menjadi ambisi dan hasrat tertinggi kita untuk dianggap sebagai putra Allah yang hidup, sebagai putri Yang Maha Kuasa, dengan hak atas rumah tangga, dan iman yang termasuk dalam rumah tangga itu, pewaris Bapa, barang milikNya, kekayaanNya, kuasaNya, kesempurnaanNya, pengetahuan dan kebijaksanaanNya? (DBY, 179).

Ketika masyarakat ini menjadi satu, mereka bersatu dalam Tuhan. Mereka tidak akan tampak serupa. Kita semua tidak akan punya mata kelabu, biru atau hitam. Roman wajah kita satu sama lain akan berbeda, dan dalam tindakan, watak dan usaha kita untuk mengumpulkan, membagi, dan mengatur waktu, bakat, kekayaan kita, dan apapun yang diberikan Tuhan kepada kita, dalam perjalanan kita sepanjang hidup, kita akan berbeda sama seperti dalam roman wajah kita. Sasaran yang dituju Tuhan bagi kita ialah untuk mematuhi nasihatNya dan mentaati firmanNya. Maka semuanya akan dibimbing sehingga kita dapat bertindak sebagai satu keluarga (DBY, 180).

Kita ingin melihat sebuah masyarakat diorganisasi, di mana setiap orang akan rajin, setia dan bijak (DBY, 180).

Janganlah pernah menginginkan hal yang tidak dapat anda peroleh, hiduplah dalam batas kemampuan anda (DBY, 180).

Ketika Tuhan menurunkan wahyu dan mengajarkan kita dalam tugas kita dalam menguduskan apa yang kita punya, jika orang-orang kemudian dapat mengerti hal-hal tepat sebagaimana adanya, dan telah mematuhi wahyu itu, maka ini tidak lebih dan tidak kurang daripada menyerahkan apa yang bukan milik mereka, kepada Dia yang memilikinya. Dan demikian halnya sekarang (DBY, 178).

Tuhan telah menyatakannya sebagai kehendakNya agar umatNya memasuki perjanjian, bahkan seperti Henokh dan umatnya, yang karena kebutuhan harus ada sebelum kita berhak membangun Pusat Wilayah Sion, karena kuasa dan kemuliaan Allah akan ada di sana, dan tidak ada orang kecuali yang mumi hatinya akan dapat hidup dan menikmatinya (DBY, 178).

Ada wahyu lainnya [mungkin Ajaran dan Perjanjian 42]… menyatakan bahwa adalah tugas semua orang yang pergi ke Sion untuk menguduskan semua barang milik mereka kepada Gereja Yesus Kristus dari Orang-orang Suci Zaman Akhir. Wahyu ini … adalah salah satu dari perintah atau wahyu pertama yang diberikan kepada masyarakat ini setelah mereka berkesempatan mengorganisasi diri sebagai sebuah gereja, sebagai sebuah badan, sebagai kerajaan Allah di bumi. Saya mengamati waktu itu, dan sekarang saya berpikir, bahwa ini akan menjadi salah satu dari wahyu terakhir yang akan diterima orang-orang ke dalam hati mereka dan dimengerti, menurut kemauan dan pilihan sendiri, dan menganggapnya sebagai suatu kenikmatan, suatu kehormatan dan suatu berkat bagi mereka untuk mematuhinya dan menjaganya paling kudus (DBY, 179).

Ada tak terhitung banyaknya harta benda, ada emas dan perak di dalam bumi dan di atas bumi, dan Tuhan memberikannya kepada orang ini dan orang itu—kepada orang jahat maupun baik—untuk melihat apa yang akan mereka lakukan dengannya, tetapi semuanya adalah milikNya. Ia telah menyerahkan bagian melimpah kepada masyarakat ini … Tetapi ini bukan milik kita, dan yang perlu kita lakukan ialah untuk mencoba dan mencari tahu apa yang Tuhan ingin kita kerjakan dengan apa yang ada dalam kepemilikan kita, dan kemudian pergi serta melaksanakannya. Jika kita melangkah melampaui ini, atau ke kanan atau ke kiri, kita telah melangkah ke daerah urusan terlarang. Urusan sah kita adalah melakukan apa yang Tuhan ingin kita lakukan dengan apa yang Ia serahkan kepada kita dan mengaturnya tepat seperti yang Ia perintahkan, baik itu untuk memberi semuanya, sepersepuluh maupun kelebihannya (DNW, 23 April 1873, 4).

Berapa lama kita harus hidup sebelum kita tahu bahwa tidak ada yang perlu kita kuduskan bagi Tuhan—bahwa semuanya adalah milik Bapa di Surga; bahwa pegunungan ini adalah milikNya; lembah, kayu, air, tanah; singkatnya, bumi dengan kegenapannya? [lihat A&P 104:14-18, 55] (DNW, 20 Juni 1855, 5).

Lalu di manakah pengorbanan yang pernah dilakukan masyarakat ini? Tidak ada yang demikian itu. Mereka hanya menukarkan keadaan buruk dengan yang lebih baik, setiap kali mereka telah dipindahkan; mereka telah menukar kebodohan dengan pengetahuan, dan keadaan tanpa pengalaman dengan yang sebaliknya (DNW, 24 Agustus 1854, 1).

Andaikan kita dipanggil untuk meninggalkan apa yang kita miliki sekarang, apa kita menyebutnya pengorbanan? Malulah orang yang menyebutnya demikian; karena itulah cara sebenarnya untuk menambahkan kepadanya pengetahuan, pengertian, kuasa, dan kemuliaan, dan menyiapkan dia untuk menerima mahkota, kerajaan, tahta dan kekuasaan, serta untuk dimahkotai dalam kemuliaan dengan para Allah kekekalan. Kurang dari ini, kita tidak akan pernah menerima apa yang kita cari-cari (DNW, 3 Agustus 1854, 2).

Saya akan memberitahu anda apa yang harus dilakukan untuk meraih permuliaan anda, yang tidak dapat anda peroleh kecuali anda mengambil jalan ini. Jika perhatian anda ditempatkan pada apa pun sehingga menghambat anda sedikit pun dari mempersembahkannya kepada Tuhan, persembahkanlah hal itu sebagai langkah pertama, agar persembahan keseluruhannya dapat menjadi lengkap (DNW, 5 Jan. 1854, 2).

Apa yang menghambat masyarakat ini dari menjadi sesuci jemaat Henokh? Saya dapat mengatakan alasannya dengan beberapa kata. Karena anda tidak mau membina sikap untuk menjadi demikian: inilah alasan penuhnya. Jika hati saya tidak sepenuhnya diserahkan pada pekerjaan ini, saya akan menyerahkan waktu saya, bakat saya, tangan saya, dan barang milik saya, sampai hari saya setuju untuk tunduk; Saya akan menjadikan tangan saya bekerja dalam pekerjaan Allah, sampai hati saya tunduk dalam penyerahan padanya (DNW, 5 Jan. 1854, 2).

Sekarang saya sudah memberitahukan jalan yang ditempuh untuk meraih permuliaan. Tuhan harus menjadi yang pertama dan utama dalam perhatian kita; pembangunan pekerjaan dan kerajaanNya menuntut pertimbangan pertama kita (DNW, 5 Jan. 1854, 2).

Saran Belajar

Membayar persepuluhan memungkinkan kita turut serta dalam pekerjaan Tuhan dengan mengembalikan sebagian dari apa yang merupakan milikNya.

  • Temukan setiap kalimat ucapan Presiden Young yang mengandung kata ”sepersepuluh,” dan kemudian tuliskan semua yang ia anggap sertakan dalam kewajiban persepuluhan kita. Apakah yang termasuk persepuluhan dan siapa yang harus membayarnya? (Lihat juga A&P 119:3-4).

  • Mengapa Presiden Young menyatakan bahwa ia tidak punya apa-apa untuk diberikan? (Lihat juga Mosia 2:19-24; A&P 104:14-18, 55). Apakah sumber dari semua yang kita nikmati, termasuk yang kita bayarkan untuk persepuluhan? Lalu bagaimana seharusnya sikap kita terhadap yang sembilan persepuluhnya lagi dari milik Tuhan yang Ia percayakan kepada kita? (Lihat juga Yakub 2:17-19). Bagaimana sikap ini menolong kita mengerti Maleaki 3:8-12?

  • Baca teliti II Tawarikh 31:5-6. Kapan orang-orang ini membayar persepuluhan mereka? Bagaimana seharusnya sikap kita mengenai membayar persepuluhan?

Tanggungjawab kita adalah untuk membayar persepuluhan dan untuk mendukung mereka yang bertanggungjawab atas dana persepuluhan.

  • Apa maksud Presiden Young ketika ia berkata bahwa Tuhan ”meminta sepersepuluh bagian dari … seluruh sistim saya”? Dengan cara bagaimana anda dapat ”[mem]baktikan sepersepuluh dari dirimu” untuk membangun kerajaan Allah? Bagaimanakah anda telah diberkati ketika anda telah mempersembahkan waktu dan bakat anda untuk membangun kerajaan Allah di samping membayar persepuluhan?

  • Akibat apa yang disebutkan Presiden Young jika gagal membayar persepuluhan? Bagaimana gagal membayar persepuluhan mempengaruhi gereja Tuhan dan anggota perorangan?

  • Menurut Presiden Young, persepuluhan digunakan untuk apa? Siapa yang bertanggungjawab atas pengeluaran dana persepuluhan? (Lihat juga A&P 120). Bagaimana sikap Presiden Young terhadap sikap mempertanyakan orang-orang yang bertanggungjawab atas pengeluaran dana persepuluhan?

Pengudusan adalah kerelaan memberi semua dan suatu pengakuan bahwa semua yang kita miliki adalah milik Bapa kita di Surga.

  • Apa artinya ”masyarakat Orang-orang Suci Zaman Akhir” menjadi ”satu keluarga surga yang besar” dan menjadi ”pewaris Bapa”?

  • Mengapa hukum pengudusan adalah ”salah satu wahyu terakhir yang akan diterima orang-orang ke dalam hati mereka dan dimengerti, menurut kemauan dan pilihan sendiri, dan menganggapnya sebagai suatu kenikmatan, suatu kehormatan, dan suatu berkat bagi mereka untuk mematuhinya dan menjaganya paling kudus”?

  • Mengapa Tuhan menempatkan harta benda menjadi milik kita? Apa tanggungjawab kita sebagai pengawas atas milik Allah? Menurut Presiden Young apakah ”urusan sah kita” mengenai persepuluhan dan pengudusan? Mengapa berusaha berbuat berlebihan sama salahnya dengan berbuat terlalu sedikit?

  • Apa yang harus kita kuduskan jika kita berharap menerima semua yang dimiliki Allah? Mengapa? (Lihat juga A&P 84:38). Dengan cara khusus apa anda dapat menguduskan semua yang anda miliki dan segala adanya diri anda kepada Bapa kita di Surga? Bagaimana cara ini akan memberkati anda, keluarga anda, sesama anggota dan sesama teman pergaulan anda?

Gambar
Salt Lake City tithing store

Tempat penyimpanan persepuluhan di Salt Lake City kira-kira tahun 1860. Presiden Young mengajarkan bahwa hukum persepuluhan adalah ”Hukum kekal yang telah ditetapkan Allah untuk kebaikan keluarga manusia, demi keselamatan dan permuliaan mereka” (DBY, 177).