2008
Firman-Ku …. Tidak Pernah Berakhir
Mei 2007


“Firman-Ku …. Tidak Pernah Berakhir”

Kita mengundang semua orang untuk menyelidiki dalam keajaiban apa yang telah Allah katakan sejak zaman Alkitab dan masih akan dikatakan saat ini.

Gambar
Elder Jeffrey R. Holland

Presiden Monson, bolehkah saya meminta sesaat untuk hak istimewa pribadi?

Sebagai Pembicara pertama yang berbicara setelah pesan Anda kepada Gereja pagi ini, izinkan saya mengatakan sesuatu mewakili semua Saudara Anda dari Pejabat Umum dan tentu saja mewakili semua Gereja.

Dari banyak hak istimewa yang kita miliki dari konferensi yang bersejarah ini, termasuk berperan serta dalam sebuah pertemuan yang khidmat di mana kita dapat berdiri dan mendukung Anda sebagai nabi, pelihat, dan pewahyu, Saya merasakan bahwa hak istimewa yang paling penting yang kita miliki adalah untuk menyaksikan secara pribadi penempatan mantel kenabian yang kudus di atas pundak Anda, hampir seperti hal itu dilakukan oleh tangan-tangan malaikat sendiri. Mereka yang hadir pada pertemuan umum imamat malam lalu dan semua yang menghadiri melalui penayangan di seluruh dunia pada sesi pagi ini telah menjadi saksi mata untuk kejadian ini. Bagi semua yang berperan serta, saya mengungkapkan rasa syukur untuk saat seperti ini. Saya mengucapkan ini dengan kasih kepada Presiden Monson dan khususnya kasih kepada Bapa kita di Surga untuk kesempatan indah menjadi “saksi mata dari kebesaran-Nya” (2 Petrus 1:16), seperti yang pernah dikatakan Rasul Paulus.

Dalam konferensi umum Oktober lalu, saya mengatakan ada dua alasan utama Gereja Yesus Kristus dari Orang-orang Suci Zaman Akhir dituduh, secara keliru, sebagai bukan gereja Kristen. Waktu itu saya membicarakan salah satu isu ajaran tersebut—pandangan kita tentang Tubuh Ketuhanan yang didasarkan pada tulisan suci. Hari ini saya ingin membahas ajaran penting lainnya yang mencirikan iman kita namun menyebabkan masalah bagi beberapa orang, yaitu pengakuan yang berani bahwa Allah terus menyatakan wahyu-Nya dan mengungkapkan kebenaran-Nya, wahyu-wahyu yang mewenangkan membuka kanon dari tulisan suci.

Sejumlah orang Kristen, dalam skala besar karena kasih tulus mereka terhadap Alkitab, telah menyatakan bahwa tidak ada lagi tulisan suci yang diwenangkan selain Alkitab. Dalam pernyataan itu kanon wahyu ditutup, teman-teman kita dari sejumlah kepercayaan lain menolak menerima pernyataan-pertanyaan ilahi bahwa kita dalam Gereja Yesus Kristus dari Orang-orang Suci Zaman akhir memiliki: Kitab Mormon, Ajaran dan Perjanjian, Mutiara yang Sangat Berharga dan bimbingan berkelanjutan yang diterima oleh para nabi dan rasul yang diurapi Allah. Meskipun kita tidak memiliki niat buruk terhadap mereka yang menerima posisi semacam itu, bagaimanapun juga kita dengan penuh hormat namun secara tegas menolak karakterisasi yang tidak sesuai dengan tulisan suci tentang Kekristenan yang sejati.

Salah satu argumentasi yang sering digunakan dalam pembelaan apa pun terhadap sebuah kanon yang ditutup adalah pasal Perjanjian Baru yang tercatat dalam Wahyu 22:18: “Aku bersaksi kepada setiap orang yang mendengar perkataan-perkataan … dari kitab ini: “Jika seorang menambahkan sesuatu kepada perkataan-perkataan ini, maka Allah akan menambahkan kepadanya malapetaka-malapetaka yang tertulis di dalam kitab ini.” Tetapi, sekarang ada konsensus kuat di antara, sebenarnya, semua cendekiawan Alkitab bahwa ayat ini berlaku hanya untuk Kitab Wahyu, bukan keseluruhan Alkitab. Para cendekiawan tersebut di zaman kita mengakui sejumlah “kitab” Perjanjian Baru hampir secara pasti ditulis setelah wahyu Yohanes di Pulau Patmos diterima. Termasuk dalam kategori ini setidaknya kitab Yudas, tiga Surat Yohanes, dan barangkali keseluruhan Injil Yohanes itu sendiri.1 Mungkin bahkan lebih dari ini.

Tetapi ada satu jawaban lebih sederhana mengenai mengapa pasal dalam kitab terakhir Perjanjian Baru saat ini tidak dapat berlaku untuk keseluruhan Alkitab. Itu karena keseluruhan Alkitab sebagaimana yang kita ketahui—suatu koleksi teks yang diwahyukan yang dikumpulkan menjadi satu jilid tunggal—tidak ada ketika ayat itu ditulis. Selama berabad-abad setelah Yohanes mengeluarkan tulisan ini, tiap-tiap kitab dalam Perjanjian Baru beredar secara individual atau barangkali dalam gabungan dengan beberapa teks lain, namun hampir tidak pernah sebagai kumpulan yang utuh. Mengenai seluruh koleksi dari 5.366 yang dikenal sebagai manuskrip Perjanjian Baru Yunani, hanya 35 berisi keseluruhan Perjanjian Baru seperti yang sekarang kita ketahui, dan keseluruhan 34 itu disusun setelah tahun 1.000 SM.2

Kenyataan masalahnya adalah bahwa sebenarnya setiap nabi di Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru telah menambahkan tulisan suci pada apa yang telah diterima oleh para pendahulunya. Jika kata-kata Musa di Perjanjian Lama sudah cukup, sebagaimana beberapa orang telah secara keliru menganggapnya demikian,3 maka mengapa, sebagai contoh, ada nubuat-nubuat berikutnya dari Yesaya atau Yeremia, yang mengikutinya? Selain Yehezkiel dan Daniel, Yoel, Amos, dan semua yang lainnya. Jika satu wahyu kepada satu nabi dalam rentang satu masa sudah cukup untuk semua masa, apa yang membenarkan banyak wahyu lainnya? Apa yang membenarkan wahyu-wahyu itu dijelaskan oleh Yehova Sendiri ketika Dia berkata kepada Musa, “Pekerjaan-Ku tanpa akhir, demikian pula firman-Ku … tidak pernah berakhir.”4

Seorang cendekiawan Protestan telah menyelidiki secara efektif ajaran yang keliru tentang sebuah kanon yang ditutup. Dia menulis, “Berdasarkan latar belakang Alkitab atau sejarah apakah ilham Allah telah dibatasi menjadi dokumen-dokumen tertulis yang gereja sekarang sebut Alkitabnya? …. Apabila Roh hanya mengilhami dokumen-dokumen tertulis pada abad pertama, bukankah itu artinya bahwa Roh yang sama tidak berbicara dewasa ini di Gereja mengenai hal-hal yang menjadi masalah penting?”5 Kita dengan rendah hati mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang sama.

Wahyu yang berkesinambungan tidak merendahkan atau mencemari wahyu yang telah ada. Perjanjian Lama tidak kehilangan nilainya di mata kita ketika kepada kita diperkenalkan Perjanjian Baru, dan Perjanjian Baru hanya dipertinggi ketika kita membaca Kitab Mormon: Satu Kesaksian Lagi tentang Yesus Kristus. Dalam memikirkan tulisan suci tambahan yang diterima oleh para Orang Suci Zaman Akhir, kita dapat menanyakan: Apakah orang-orang Kristen zaman dahulu yang selama berabad-abad memiliki akses hanya pada Injil kuno Markus (secara umum menganggap Injil pertama dari Perjanjian Baru yang ditulis)—apakah mereka merasa tersinggung untuk menerima lebih banyak kisah terperinci yang kemudian ditulis oleh Matius dan Lukas, selain pasal-pasal dan penekanan-penekanan wahyu luar biasa yang ditawarkan kemudian oleh Yohanes? Tentu saja mereka pastilah bersukacita bahwa lebih banyak bukti yang meyakinkan tentang keilahian Kristus terus muncul. Kita pun bersukacita.

Mohon jangan salah paham. Kita mengasihi dan menghormati Alkitab, sebagaimana Penatua M. Russell Ballard mengajarkan dengan sedemikian jelas dari mimbar ini satu tahun yang lalu.6 Alkitab adalah firman Allah. Itu selalu kita akui terlebih dahulu dalam kanon kita, “kitab standar” kita. Sesungguhnya itu adalah bacaan yang ditahbiskan secara ilahi dengan ayat kelima dalam pasal pertama Kitab Yakobus yang menuntun Joseph Smith pada penglihatannya akan Bapa dan Putra, yang memberi kelahiran bagi Pemulihan Injil Yesus Kristus di zaman kita. Namun bahkan sejak itu, Joseph tahu Alkitab sendiri tidak dapat menjadi jawaban bagi semua pertanyaan agama yang dia dan orang lain miliki. Sebagaimana dia menyatakan dalam kata-katanya, para pendeta dalam masyarakatnya mempertengkarkan—kadang-kadang dengan amarah—ajaran-ajaran mereka. “Pendeta bertengkar dengan pendeta, orang yang telah bertobat [bertengkar] dengan orang yang telah bertobat; … dalam pertengkaran mulut dan perselisihan pendapat,” tuturnya. Mengenai satu hal pertengkaran agama ini telah menjadi umum, ironinya, suatu kepercayaan dalam Alkitab, namun sebagaimana Joseph menulis, “para guru agama pelbagai sekte mengartikan ayat-ayat suci yang sama dengan begitu berbeda-beda seolah-olah hendak melenyapkan segala keyakinan dalam menangani persoalan itu [mengenai gereja mana yang benar] melalui pendekatan Alkitab.”7 Secara jelas Alkitab, sedemikian sering diuraikan pada masa itu sebagai “acuan umum,” yang tak ada duanya—malangnya itu menjadi pemicu utama pertengkaran.

Jadi salah satu tujuan besar wahyu yang berkesinambungan melalui para nabi yang hidup adalah untuk menyatakan pada dunia melalui para saksi tambahan bahwa Alkitab adalah benar. “Ini ditulis,” seorang nabi zaman dahulu berkata, ketika berbicara mengenai Kitab Mormon, “dengan maksud supaya kamu boleh memercayai hal itu,” berbicara mengenai Alkitab.8 Dalam salah satu wahyu terdahulu yang ditulis oleh Joseph Smith, Tuhan berfirman, “Lihatlah, Aku tidak membawa [Kitab Mormon] untuk merusak … [Alkitab] tetapi untuk membangunnya.”9

Satu poin lain yang perlu dibuat. Karena sudah jelas terdapat umat Kristen jauh sebelum adanya Perjanjian Baru atau bahkan banyaknya perkataan mengenai Yesus, karena itu tidak dapat dipertahankan bahwa Alkitablah yang membuat seseorang menjadi Kristen. Dalam kata-kata cendekiawan Perjanjian Baru yang dihormati, N.T. Wright, “Yesus yang telah bangkit, di akhir Injil Matius, tidak mengatakan, ‘Semua kuasa di surga dan di bumi diberikan kepada kitab-kitab yang kalian semua akan tuliskan,’ melainkan ‘Semua kuasa di surga dan di bumi diberikan kepada-Ku.’”10 Dengan kata lain, “Tulisan suci itu sendiri menunjukkan … jauh dari tulisan suci itu sendiri dan pada kenyataan bahwa kuasa terakhir dan sejati itu milik Allah Sendiri.”11 Jadi tulisan suci bukanlah sumber pengetahuan terakhir bagi Orang-Orang Suci Zaman Akhir. Itu adalah manifestasi dari sumber terakhir. Sumber pengetahuan dan kuasa terakhir bagi Orang-Orang Suci Zaman Akhir adalah Allah yang hidup. Komunikasi dari karunia-karunia tersebut datang dari Allah sebagai wahyu yang hidup, penuh kekuatan, dan ilahi.12

Ajaran ini terdapat dalam jantung Gereja Yesus Kristus dari Orang-orang Suci Zaman Akhir dan pesan kita pada dunia. Itu menguraikan pentingnya pertemuan yang khusyuk kemarin, dimana kita mendukung Thomas S. Monson sebagai nabi, pelihat, dan pewahyu. Kita memercayai Allah yang terlibat dalam kehidupan kita, yang tidak tinggal diam, tidak absen, juga tidak, seperti yang Elia katakan tentang allah para imam Baal, apakah dia “bepergian, barangkali ia tidur, dan belum terjaga.”13 Di Gereja ini bahkan anak-anak kecil Pratama kita menghafalkan: “Kami percaya akan segala yang dinyatakan Allah, segala yang sekarang dinyatakan-Nya, dan kami percaya bahwa Dia masih akan menyatakan banyak hal yang besar dan penting mengenai Kerajaan Allah.”14

Dalam menyatakan tulisan suci baru dan wahyu yang berkesinambungan, kita berdoa kita tidak akan pernah arogan maupun tidak sensitif. Namun setelah sebuah penglihatan kudus di tempat yang sekarang disebut hutan kudus telah menjawab positif terhadap pertanyaan, “Apakah Allah ada?”, apa yang Joseph Smith dan Gereja Yesus Kristus dari Orang-orang Suci Zaman Akhir tekankan kepada kita untuk menghadapinya adalah pertanyaan berikutnya, yang mungkin timbul: “Apakah Dia berbicara?” Kita membawa kabar baik yang memang Dia katakan dan telah Dia katakan. Dengan kasih dan kehangatan yang lahir dari Kekristenan kita, kita mengundang semua orang untuk menyelidiki dalam keajaiban apa yang telah Allah katakan sejak zaman Alkitab dan masih akan dikatakan saat ini.

Dalam beberapa hal Joseph Smith dan para pengganti kenabiannya di Gereja ini menjawab tantangan yang Ralph Waldo Emerson berikan kepada para siswa Harvard Divinity School 179 tahun yang silam pada musim panas ini. Kepada kelompok Protestan yang paling baik dan paling cerdas itu, orang bijak dari Concord memohon agar mereka mengajarkan “bahwa Allah adalah sebagaimana ada-Nya, bukan yang pernah ada; bahwa Dia berbicara saat ini, bukan yang berbicara di masa lalu.”15

Saya bersaksi bahwa surga terbuka. Saya bersaksi bahwa Joseph Smith dahulu dan sekarang adalah Nabi Allah, bahwa Kitab Mormon sungguh-sungguh “satu kesaksian lagi tentang Yesus Kristus”. Saya bersaksi bahwa Thomas S. Monson adalah Nabi Allah, Rasul modern yang memiliki kunci-kunci kerajaan dalam tangannya, seseorang yang kepadanya saya secara pribadi telah melihat diberi wewenang. Saya bersaksi bahwa kehadiran suara-suara yang diwenangkan dan kenabian semacam itu serta wahyu-wahyu berkesinambungan yang dikanonkan telah menjadi inti dari pesan Kristen kapan pun pelayanan Kristus yang diwenangkan ada di bumi. Saya bersaksi bahwa pelayanan semacam itu sekali lagi di bumi dan, itu terdapat di Gereja Yesus Kristus dari Orang-orang Suci Zaman Akhir ini.

Dalam pengabdian tulus kita kepada Yesus dari Nazaret sebagai Putra Tunggal Bapa, Juruselamat dunia, kita mengundang semua orang untuk menyelidiki apa yang telah kita terima tentang Dia, untuk bergabung bersama kita meminum dengan puas di “mata air … yang terus-menerus memancar sampai kepada hidup yang kekal,”16 ini menjadi pengingat abadi bahwa Allah hidup, bahwa Dia mengasihi kita, dan bahwa Dia berbicara. Saya mengucapkan terima kasih pribadi yang sedalam-dalamnya bahwa pekerjaan-Nya yang tanpa akhir dan “firman-Nya tidak pernah berakhir.” Saya memberikan kesaksian tentang perhatian ilahi yang penuh kasih semacam itu dan mencatatnya, dalam nama kudus Yesus Kristus, amin.

Catatan

  1. Lihat Stephen E. Robinson, Are Mormons Christians? (1991), 46. Masalah kanon dibahas di halaman 45–56. Kanon diuraikan sebagai “sebuah daftar berwenang mengenai buku-buku yang diterima sebagai Tulisan Suci” (Merriam Webster’s Collegiate Dictionary, edisi ke-11 [2003], “canon”).

  2. Lihat Bruce M. Metzger, Manuscripts of the Greek Bible: An Introduction to Greek Paleography (1981), 54–55; lihat juga Are Mormons Christians? 46.

  3. Lihat Ulangan 4:2, sebagai contoh.

  4. Musa 1:4.

  5. Lee M. McDonald, The Formation of the Christian Biblical Canon, edisi revisi (1995), 255–256.

  6. Lihat “Keajaiban Alkitab,” Liahona, Mei 2007, 80–82.

  7. Joseph Smith 2:6, 12.

  8. Mormon 7:9; penekanan ditambahkan.

  9. A&P 10:52; lihat juga A&P 20:11.

  10. N. T. Wright, The Last Word: Beyond the Bible Wars to a New Understanding of the Authority of Scripture (2005), xi.

  11. Wright, The Last Word, 24.

  12. Untuk esai lengkap mengenai tema ini, lihat Dallin H. Oaks, “Scripture Reading and Revelation,” Ensign, Januari 1995, 6–9.

  13. 1 Raja-Raja 18:27.

  14. Pasal-Pasal Kepercayaan ke-9.

  15. “An Address,” The Complete Writings of Ralph Waldo Emerson (1929).

  16. Yohanes 4:14.