Perpustakaan
Pelajaran 125: Filipi 4


Pelajaran 125

Filipi 4

Pendahuluan

Paulus memberikan petunjuk kepada para Orang Suci di Filipi untuk berdoa dengan sungguh-sungguh dan untuk mengupayakan apa pun yang saleh. Dia juga menyatakan keyakinannya dalam kekuatan memampukan dari Yesus Kristus. Paulus mengakhiri suratnya dengan ungkapan terima kasih lagi kepada para Orang Suci di Filipi untuk sokongan yang mereka berikan kepadanya di saat membutuhkan.

Saran untuk Pengajaran

Filipi 4:1–14

Paulus memberikan petunjuk kepada para Orang Suci di Filipi untuk berdoa dengan sungguh-sungguh dan untuk mengupayakan apa pun yang saleh.

Sebelum kelas, tulislah setiap pernyataan berikut pada lembaran kertas terpisah, dan berikan setiap kertas itu kepada siswa yang berbeda:

“Saya khawatir tentang lulus dalam ujian mendatang.”

“Saya khawatir tentang anggota keluarga yang sakit.”

“Saya khawatir tentang membela keyakinan saya.”

“Saya khawatir tentang apakah saya dapat menjadi misionaris yang berhasil.”

Mulailah pelajaran dengan menuliskan kata khawatir di papan tulis. Tandaskan bahwa sepanjang kehidupan kita, kita akan mengalami tantangan atau keadaan yang mungkin membuat kita khawatir. Mintalah siswa yang memiliki kertas untuk berdiri dan membacakan pernyataan mereka satu demi satu. Mintalah anggota kelas untuk berpikir tentang saat-saat mereka memiliki kekhawatiran yang serupa.

  • Apa saja kekhawatiran lain yang mungkin kita alami karena tantangan atau keadaan sulit?

Mintalah siswa untuk menuliskan dalam buku catatan kelas atau jurnal penelaahan tulisan suci mereka tentang suatu tantangan yang mereka atau seseorang yang mereka kenal khawatirkan. Mintalah siswa untuk mencari suatu kebenaran sewaktu mereka menelaah Filipi 4 yang dapat membantu mereka ketika mereka khawatir.

Ingatkan siswa bahwa dalam surat Paulus kepada para anggota Gereja di Filipi, dia memuji kesetiaan para anggota Gereja (lihat Filipi 2:12) dan mengajari mereka tentang pahala kekal yang tersedia bagi mereka yang berkurban bagi dan setia kepada Yesus Kristus. Ringkaslah Filipi 4:1–5 dengan menjelaskan bahwa Paulus menasihati para Orang Suci untuk berdiri teguh dalam kesetiaan kepada Tuhan, bersukacita di dalam Tuhan, dan membiarkan kelemahlembutan mereka (kata bahasa Yunani yang diterjemahkan sebagai “kebaikan hati” juga berarti kelemahlembutan) nyata terlihat bagi orang lain.

Mintalah seorang siswa untuk membacakan ungkapan pertama dari Filipi 4:6 dengan lantang. Mintalah anggota kelas untuk menyimak, mencari nasihat Paulus kepada para Orang Suci. Rujuklah siswa pada ayat 6 untuk membantu mereka memahami bahwa ungkapan “janganlah … khawatir tentang apa pun juga” berarti jangan cemas berlebihan mengenai apa pun.

Tulislah ungkapan berikut di papan tulis: Sebagai pengikut setia Yesus Kristus, jika …

Mintalah seorang siswa untuk membaca selebihnya dari Filipi 4:6 dengan lantang. Mintalah anggota kelas untuk menyimak, mencari apa yang Paulus nasihatkan para Orang Suci lakukan alih-alih merasa khawatir. Anda dapat menjelaskan bahwa permohonan adalah permintaan yang rendah hati, yang sungguh-sungguh.

  • Bagaimana Anda akan meringkas petunjuk Paulus di ayat 6? (Tulislah tanggapan siswa di papan tulis sebagai suatu pernyataan “jika” yang serupa dengan yang berikut: Sebagai pengikut setia Yesus Kristus, jika kita berdoa dengan permohonan dan ungkapan terima kasih, …)

Tambahkan kata maka pada pernyataan di papan tulis. Mintalah seorang siswa untuk membacakan Filipi 4:7 dengan lantang. Mintalah anggota kelas untuk menyimak, mencari berkat-berkat yang Paulus janjikan karena berdoa dengan permohonan dan ungkapan terima kasih. Jelaskan bahwa kata memelihara di ayat ini berarti menjaga (lihat ayat 7).

  • Bagaimana Anda akan meringkas berkat yang Paulus janjikan? (Tulislah tanggapan siswa di papan tulis setelah maka. Siswa seharusnya telah mengidentifikasi asas yang serupa dengan yang berikut: Sebagai pengikut setia Yesus Kristus, jika kita berdoa dengan permohonan dan ungkapan terima kasih, maka Allah akan memberkati kita dengan kedamaian-Nya.)

  • Ketika kita khawatir, bagaimanakah mengungkapkan rasa syukur dalam doa-doa kita dapat membantu memberi kita kedamaian?

  • Kedamaian Allah menjaga hati dan pikiran kita dari apa?

Mintalah seorang siswa untuk membacakan dengan lantang pernyataan berikut oleh Penatua Richard G. Scott dari Kuorum Dua Belas Rasul. Mintalah anggota kelas untuk mendengarkan cara-cara tambahan kedamaian Allah dapat menolong kita:

Gambar
Penatua Richard G. Scott

“Karena Dia menghormati hak pilihan Anda, Bapa di Surga tidak akan pernah memaksa Anda untuk berdoa kepada-Nya. Namun sewaktu Anda menjalankan hak pilihan itu dan menyertakan Dia dalam setiap aspek kehidupan sehari-hari Anda, hati Anda akan mulai dipenuhi dengan kedamaian yang lembut. Kedamaian itu akan memfokuskan suatu terang kekal pada pergumulan-pergumulan Anda. Itu akan menolong Anda mengelola tantangan-tantangan dari suatu perspektif kekal” (“Jadikan Menjalankan Iman Anda Prioritas Utama,” Ensign atau Liahona, November 2014, 93).

  • Menurut Penatua Scott, bagaimana kedamaian Allah dapat membantu kita dengan tantangan-tantangan yang kita alami?

  • Kapan Anda pernah berdoa dengan permohonan dan ungkapan terima kasih di masa kekhawatiran dan telah diberkati dengan kedamaian Tuhan?

Mintalah siswa untuk merujuk pada kekhawatiran yang mereka tuliskan sebelumnya dalam pelajaran. Imbaulah mereka untuk berdoa dengan permohonan dan ungkapan terima kasih alih-alih merasa khawatir. Jika siswa menulis mengenai kekhawatiran orang lain, doronglah mereka untuk berbagi asas ini dengan orang itu.

Untuk mempersiapkan siswa mengidentifikasi asas tambahan yang Paulus ajarkan kepada para Orang Suci di Filipi, bagilah anggota kelas menjadi tiga bagian. Tugasi sepertiga anggota kelas untuk berpikir mengenai menu makanan favorit mereka, sepertiga lainnya dari anggota kelas untuk berpikir mengenai gambaran atau kisah yang lucu, dan sepertiga yang tersisa untuk berpikir mengenai gambaran dari atau pengalaman di bait suci. Ajaklah siswa untuk memfokuskan pikiran mereka pada pemikiran ini selama 30 detik.

  • Apa dampak, jika ada, yang berfokus pada pemikiran ini miliki terhadap Anda?

Tandaskan bahwa apa yang kita pikirkan dapat memengaruhi hasrat dan perilaku kita. Mintalah seorang siswa untuk membacakan Filipi 4:8–9 dengan lantang. Mintalah anggota kelas untuk menyimak, mencari petuah apa yang Paulus berikan agar para Orang Suci di Filipi pikirkan dan lakukan. Anda dapat menjelaskan bahwa “pikirkanlah” berarti memberikan pemikiran yang hati-hati, berkelanjutan.

Mintalah siswa untuk mempertimbangkan menandai setiap jenis hal yang Paulus instruksikan agar padanya Orang Suci memfokuskan pikiran mereka.

  • Selain memikirkan hal-hal ini, apa yang Paulus nasihatkan agar anggota Gereja lakukan?

  • Berkat-berkat apa yang Paulus janjikan kepada para Orang Suci jika mereka mau mengikuti ajaran-ajaran dan teladannya?

  • Asas apa yang dapat kita pelajari dari apa yang Paulus ajarkan kepada para Orang Suci yang setia di Filipi 4:8–9? (Siswa mungkin menggunakan kata-kata yang berbeda, namun mereka hendaknya mengidentifikasi asas berikut: Jika para Orang Suci yang setia memfokuskan pikiran mereka pada apa pun yang saleh dan jika mereka mengikuti rasul dan nabi, maka Allah kedamaian akan berada bersama mereka.)

  • Bagaimana memfokuskan pikiran kita pada apa pun yang saleh dapat memengaruhi hasrat dan perilaku kita?

Mintalah anggota kelas untuk membuka Pasal-Pasal Kepercayaan dalam Mutiara yang Sangat Berharga. Mintalah seorang siswa untuk membacakan dengan lantang pasal kepercayaan ketiga belas. Mintalah anggota kelas untuk menyimak, mencari kemiripan dengan Filipi 4:8.

  • Kemiripan apa yang Anda cermati di antara dua ayat ini?

Tandaskan bahwa ketika Nabi Joseph Smith mengutip “petuah Paulus” ini dari Filipi 4:8 dalam pasal kepercayaan ketiga belas, dia mengubah “pikirkanlah semuanya itu” menjadi “kami mengupayakan hal-hal ini” yang lebih bersifat aktif.

  • Menurut Anda mengapa penting bagi kita untuk mengupayakan apa yang jujur, benar, suci (atau murni), bajik, indah, dan patut dipuji?

  • Bagaimana mengupayakan apa yang seperti itu akan menolong kita memfokuskan pikiran kita pada apa yang seperti itu?

Bagilah siswa menjadi kelompok-kelompok dengan tiga atau empat orang. Berilah setiap kelompok salinan dari Untuk Kekuatan Remaja (buklet, 2011) dan selebaran berikut. Tugasi setiap kelompok dua dari topik berikut dari Untuk Kekuatan Remaja: “Berkencan,” “Pakaian dan Penampilan,” “Pendidikan,” “Hiburan dan Media,” “Teman-Teman,” “Bahasa,” serta “Musik dan tarian.” (Sesuaikan ukuran kelompok dan jumlah topik dengan ukuran kelas.) Instruksikan siswa untuk mengikuti arahan pada selebaran.

Gambar
selebaran

Filipi 4:8–9

Buku Pedoman Guru Seminari Perjanjian Baru—Pelajaran 125

Tulislah topik yang ditugaskan kepada Anda di sini:

Untuk setiap topik ini, bahaslah pertanyaan berikut:

  • Bagaimana kita dapat menggunakan petunjuk Paulus di Filipi 4:8–9 untuk membimbing pilihan-pilihan kita sehubungan dengan topik ini?

  • Sewaktu kita berusaha untuk mengikuti petunjuk Paulus, tantangan-tantangan apa yang dapat kita hadapi sehubungan dengan topik ini?

Kemudian bahaslah pertanyaan berikut:

  • Mengapa memiliki Allah kedamaian bersama kita sepadan dengan upaya mencari apa yang saleh serta para rasul dan nabi?

Setelah waktu yang memadai, mintalah seorang siswa dari setiap kelompok untuk melaporkan kepada anggota kelas apa yang kelompoknya bahas untuk setiap pertanyaan.

  • Sewaktu Anda telah memfokuskan pikiran Anda pada apa yang saleh, bagaimana Allah kedamaian telah menunjukkan Dia bersama Anda?

Imbaulah siswa untuk menuliskan dalam jurnal penelaahan tulisan suci atau buku catatan kelas mereka satu cara mereka dapat memperbaiki upaya-upaya mereka untuk memfokuskan pikiran mereka pada apa yang saleh dan mengikuti para rasul dan nabi Allah.

Ringkaslah Filipi 4:10 dengan menjelaskan bahwa Paulus berterima kasih kepada para Orang Suci di Filipi untuk sokongan dan kepedulian yang telah mereka berikan kepadanya selama pencobaan-pencobaannya.

Mintalah seorang siswa untuk membacakan Filipi 4:11–12 dengan lantang. Mintalah anggota kelas untuk menyimak, mencari apa yang Paulus beri tahu kepada para Orang Suci telah dia pelajari.

  • Apa yang telah Paulus pelajari dalam segala situasi?

Mintalah seorang siswa untuk membacakan Filipi 4:13–14 dengan lantang. Mintalah anggota kelas untuk menyimak, mencari siapa sumber kekuatan Paulus.

  • Apa yang Paulus katakan adalah sumber dari kekuatannya?

Jelaskan bahwa pernyataan Paulus di ayat 13 berkaitan dengan kemampuannya, dengan kekuatan yang disediakan oleh Yesus Kristus, untuk melakukan segala sesuatu yang menyenangkan bagi atau diperlukan oleh Allah, termasuk merasa puas dalam keadaan apa pun.

  • Kebenaran apa yang dapat kita pelajari dari ayat 13? (Menggunakan kata-kata mereka sendiri, siswa hendaknya mengidentifikasi kebenaran berikut: Kita dapat melakukan segala sesuatu melalui Yesus Kristus, yang memberi kita kekuatan [lihat juga Alma 26:12].)

  • Apa yang dapat kita lakukan untuk mengakses kekuatan yang Yesus Kristus sediakan?

Mintalah seorang siswa untuk membacakan dengan lantang pernyataan berikut oleh Presiden Dieter F. Uchtdorf dari Presidensi Utama. Mintalah anggota kelas untuk mendengarkan kekuatan ini dapat memungkinkan kita untuk melakukan apa saja:

Gambar
Presiden Dieter F. Uchtdorf

“Allah mencurahkan berkat-berkat kuasa dan kekuatan, memungkinkan kita untuk mencapai hal-hal yang dengan cara lain akan berada jauh di luar jangkauan kita. Adalah melalui kasih karunia menakjubkan Allah bahwa anak-anak-Nya dapat mengatasi godaan dan bujukan iblis, bangkit dari dosa, dan ‘menjadi sempurna di dalam Kristus’ [Moroni 10:32]” (“Pemberian Kasih Karunia,” Ensign atau Liahona, Mei 2015, 108).

  • Dengan cara apa kita dapat mengalami kekuatan atau kasih karunia ini? (Kemungkinan jawaban mencakup meningkatnya ketahanan; tekad; keberanian; kesabaran; kegigihan; serta stamina dan kekuatan fisik, mental, atau rohani.)

  • Kapan Yesus Kristus telah memberi Anda kekuatan untuk melakukan sesuatu yang baik? (Pertimbangkan untuk juga berbagi pengalaman pribadi.)

Filipi 4:15–23

Paulus menutup suratnya kepada jemaat di Filipi dengan ungkapan terima kasih

Ringkaslah Filipi 4:15–23 dengan menjelaskan bahwa Paulus kembali berterima kasih kepada para Orang Suci di Filipi karena menyokongnya di saat-saat membutuhkan. Pemberian para Orang Suci merupakan persembahan yang berkenan kepada Allah, dan Paulus berjanji bahwa Allah akan memenuhi kebutuhan mereka juga.

Akhiri dengan berbagi kesaksian Anda mengenai kebenaran-kebenaran yang dibahas dalam pelajaran ini.

Gambar
ikon penguasaan ayat suci
Penguasaan Ayat Suci—Filipi 4:13

Bantulah siswa menghafalkan Filipi 4:13 dengan menuliskan ayat tersebut di papan tulis dan mengucapkannya dengan lantang bersama-sama. Hapuslah satu kata dan ucapkan ayat tersebut dengan lantang lagi. Ulangi ini sampai semua kata telah dihapus.

Ulasan dan Informasi Latar Belakang

Filipi 4:6. Mengungkapkan terima kasih di tengah-tengah tantangan

Presiden Dieter F. Uchtdorf dari Presidensi Utama mengajarkan mengenai bagaimana memiliki sikap bersyukur dapat memberkati kita dalam keadaan menantang apa pun yang mungkin kita hadapi, yang mencakup yang mungkin menyebabkan kekhawatiran bagi kita:

“Kebanyakan rujukan tulisan suci bukan berbicara mengenai bersyukur untuk segala sesuatu melainkan menyarankan untuk memiliki semangat atau sikap bersyukur secara keseluruhan ….

Kita dapat memilih untuk bersyukur, apa pun keadaannya.

Jenis rasa syukur ini dapat tercipta terlepas apa pun yang terjadi. Itu lebih besar dari kekecewaan, kehilangan semangat, dan keputusasaan ….

Ketika kita bersyukur kepada Allah dalam keadaan kita, kita dapat mengalami kedamaian lembut di tengah-tengah kesengsaraan. Saat berduka, kita masih dapat bergembira dengan memuji Allah. Saat merasakan sakit, kita dapat bersukacita karena Pendamaian Kristus. Saat mengalami kesedihan yang mendalam, kita dapat memiliki penghiburan dan kedamaian akan pengaruh ilahi ….

Rasa syukur kepada Bapa kita di Surga memperluas persepsi dan memperjelas pemahaman kita” (“Bersyukur dalam Keadaan Apa Pun,” Ensign atau Liahona, Mei 2014, 75, 76, 77).

Filipi 4:6–7. Kedamaian Allah

Presiden Thomas S. Monson mengajarkan tentang kedamaian yang dapat datang jika kita berdoa:

“Akan ada saatnya ketika Anda akan berjalan di jalan yang penuh dengan duri dan ditandai dengan pergumulan. Akan ada saatnya ketika Anda merasa terpisah—bahkan terisolasi—dari Tuhan yang memberikan semua karunia yang baik. Anda khawatir bahwa Anda berjalan sendirian. Rasa takut menggantikan iman.

Ketika Anda mendapati diri Anda dalam keadaan seperti itu, saya memohon kepada Anda untuk mengingat doa. Saya menyukai perkataan Presiden Ezra Taft Benson mengenai doa. Katanya:

‘Di sepanjang kehidupan saya nasihat untuk mengandalkan doa adalah yang paling berharga melebihi hampir semua nasihat lain yang telah saya … terima. Itu telah menjadi bagian tak terpisahkan dari diri saya—sebuah sauh, sumber kekuatan terus-menerus, dan landasan pengetahuan saya tentang hal-hal ilahi ….

… Meskipun hal-hal yang tidak menguntungkan terjadi, melalui doa kita dapat menemukan kepastian, karena Allah akan menyampaikan kedamaian kepada jiwa. Kedamaian itu, perasaan tenteram itu, adalah berkat terbesar kehidupan’ [Ezra Taft Benson, ‘Pray Always,’ Ensign, Februari 1990, 4–5].

Rasul Paulus menasihati:

‘Nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah.

Damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus’ [Filipi 4:6–7].

Sungguh ini janji yang mulia! Kedamaian adalah yang kita upayakan, yang kita dambakan.

Kita tidak ditempatkan di bumi ini untuk berjalan sendirian. Betapa ini merupakan sumber kuasa, kekuatan, dan penghiburan yang menakjubkan yang tersedia untuk kita semua” (“Kita Tidak Pernah Berjalan Sendirian,” Ensign atau Liahona, November 2013, 121).

Filipi 4:8. Petuah Paulus

“Paulus mendesak para Orang Suci: ‘pikirkanlah’ (berikan pemikiran yang cermat, yang terus-menerus untuk) apa yang benar, adil, suci, manis, dan sedap didengar (Filipi 4:8). Ketika Nabi Joseph Smith … mengutip ‘petuah Paulus’ ini dalam pasal kepercayaan ketiga belas, dia mengubah ‘pikirkanlah semuanya itu’ menjadi ‘mengupayakan hal-hal ini’ yang lebih bersifat aktif (Pasal-Pasal Kepercayaan 1:13; cetak miring ditambahkan). Penatua Joseph B. Wirthlin (1917–2008) dari Kuorum Dua Belas Rasul membahas petuah untuk ‘mengupayakan hal-hal ini’:

Kata mengupayakan berarti pergi mencari, mencoba menemukan, mencoba mendapatkan. Itu memerlukan pendekatan aktif dan tegas terhadap kehidupan …. Itu adalah kebalikan dari secara pasif menanti sesuatu yang baik datang kepada kita, tanpa usaha di pihak kita.

Kita dapat memenuhi kehidupan kita dengan yang baik, tidak menyisakan ruang bagi apa pun yang lain. Kita memiliki begitu banyak yang baik untuk dipilih sehingga kita tidak pernah perlu mengambil bagian dari yang jahat ….

Jika kita mengupayakan apa yang bajik dan indah, kita pasti akan menemukannya. Sebaliknya, jika kita mencari kejahatan, kita juga akan menemukan itu’ (“Seeking the Good,” Ensign, Mei 1992, 86)” (New Testament Student Manual [buku pedoman Church Educational System, 2014], 437–438).

Penatua Bruce R. McConkie dari Kuorum Dua Belas Rasul juga menasihati anggota Gereja “untuk mencari apa yang baik dan meneguhkan dalam segala sesuatu ….

Mengingat semua yang meluas di dunia, mungkin mudah untuk memusatkan perhatian kita pada apa yang negatif atau jahat, atau untuk menguras tenaga kita pada perkara dan ikhtiar dengan nilai yang meragukan dan produktivitas yang dipertanyakan ….

Saya pikir para Orang Suci Zaman Akhir memiliki kewajiban besar yang mendesak mereka untuk bersukacita di dalam Tuhan, untuk memuji-Nya karena kebaikan dan kasih karunia-Nya, untuk merenungkan kebenaran kekal-Nya dalam hati mereka, dan untuk menaruh hati mereka pada kesalehan ….

Ada hukum kekal, yang ditetapkan oleh Allah Sendiri sebelum pengalasan dunia, bahwa setiap orang akan menuai sebagaimana dia menabur. Jika kita memikirkan pikiran jahat, lidah kita akan mengucapkan perkataan yang tidak bersih. Jika kita mengucapkan kata-kata kejahatan, kita akan akhirnya melakukan perbuatan kejahatan. Jika pikiran kita berpusat pada kebadanian [hawa nafsu] dan kejahatan dunia, maka keduniawian dan ketidaksalehan akan tampak bagi kita merupakan cara hidup yang normal. Jika kita merenungkan apa yang berhubungan dengan amoralitas seks dalam pikiran kita, kita akan segera berpikir semua orang amoral dan tidak bersih dan itu akan meruntuhkan penghalang antara kita dengan dunia ….

Sebaliknya, jika kita merenungkan dalam hati kita apa pun tentang kesalehan, kita akan menjadi saleh” (“Think on These Things,” Ensign, Januari 1974, 46–48).

Filipi 4:13. Yesus Kristus memberi kita kekuatan untuk melakukan segala sesuatu yang baik

Kekuatan yang Yesus Kristus berikan kepada kita untuk melakukan segala sesuatu yang baik dirujuk sebagai kasih karunia (lihat Penuntun bagi Tulisan Suci, “Kasih Karunia”). Presiden Dieter F. Uchtdorf dari Presidensi Utama mengajarkan yang berikut mengenai kekuatan ini yang Yesus Kristus berikan kepada kita untuk melakukan semua yang baik:

“Sebuah ungkapan yang sangat kuat mengenai kasih [dari Kristus] itu adalah apa yang tulisan suci sering sebut kasih karunia Allah—bantuan ilahi dan pemberkahan kekuatan yang dengannya kita tumbuh dari makhluk yang tidak sempurna dan terbatas kita sekarang menjadi makhluk yang dipermuliakan dari ‘kebenaran dan terang, sampai [kita] dimuliakan dalam kebenaran dan mengetahui segala sesuatu’ [Ajaran dan Perjanjian 93:28] ….

… Allah mencurahkan berkat-berkat kuasa dan kekuatan, memungkinkan kita untuk mencapai hal-hal yang dengan cara lain berada jauh di luar jangkauan kita. Adalah melalui kasih karunia menakjubkan Allah bahwa anak-anak-Nya dapat mengatasi godaan dan bujukan iblis, bangkit dari dosa, dan ‘disempurnakan di dalam Kristus’ [Moroni 10:32].

Walaupun kita semua memiliki kelemahan, kita dapat mengatasinya. Sesungguhnya adalah melalui kasih karunia Allah bahwa, jika kita merendahkan hati kita dan memiliki iman, hal-hal yang lemah menjadi kuat [lihat Eter 12:27].

Di sepanjang kehidupan kita, kasih karunia Allah melimpahkan berkat jasmani dan karunia rohani yang mengembangkan kemampuan kita dan memperkaya kehidupan kita. Kasih karunia-Nya memurnikan kita. Kasih karunia-Nya membantu kita menjadi diri kita yang terbaik ….

Apakah kita memahami utang kita kepada Bapa Surgawi dan memohon dengan segenap jiwa kita untuk kasih karunia Allah?” (“Pemberian Kasih Karunia,” Ensign atau Liahona, Mei 2015, 107–109).

Penatua John H. Groberg dari Tujuh Puluh berbagi contoh tentang bagaimana Allah memberikan kekuatan kepada seorang pria setia yang memungkinkan dia untuk merampungkan tugas yang saleh (lihat “The Lord’s Wind,” Ensign, November 1993, 26–28).