Berbagi Sukacita di Kenya
Ketika Robert menemukan Injil, dia hanya perlu membagikannya kepada semua orang yang dia kenal. Tidak, sungguh—semua orang.
Foto oleh Leslie Nilsson dan Eric D. Snider
Sejak dibaptiskan pada Agustus 2024, Robert L., 18, dari Kenya, telah membawa lebih dari 50 teman ke gereja—dan membaptiskan 25 di antara mereka!
Itu adalah total ketika kami berbicara dengannya beberapa bulan yang lalu. Jumlah tersebut mungkin sudah bertambah sejak saat itu.
Robert, seorang anggota Cabang Bukuru di Distrik Kisumu Kenya, diperkenalkan kepada Gereja Yesus Kristus dari Orang-Orang Suci Zaman Akhir pada awal 2024, ketika dia bertemu dengan seorang pria Amerika yang melakukan pekerjaan kemanusiaan di Kenya.
“Saya tidak benar-benar mengharapkan bahwa hidup saya akan menjadi lebih baik,” ujar Robert. “Orang tua saya tidak punya uang; mereka tidak bisa mengirim saya ke sekolah.” (Di Kenya, bahkan sekolah negeri pun membutuhkan biaya).
“Tetapi saya tahu bahwa Bapa Surgawi akan menolong saya. Saya mulai berdoa dan membaca Perjanjian Baru. Kemudian saya bertemu sponsor saya.”
“Sponsornya” adalah seorang anggota Gereja Yesus Kristus dari Orang-Orang Suci Zaman Akhir yang memberkati kehidupan Robert dalam dua cara: dia membantunya memperoleh pendidikan dan, yang lebih penting, membagikan Injil kepadanya (seperti yang dilakukan remaja putra lainnya yang baru saja bergabung dengan Gereja). Robert dibaptiskan sekitar enam bulan kemudian.
Robert L. dari Kenya telah mengundang puluhan orang ke gereja—tetangga, teman sekolah, anak-anak yang berolahraga dengannya—semua orang.
Meneruskannya kepada Orang Lain
Tentu saja, Robert ingin berbagi berkat-berkat barunya dengan orang lain. Dia tidak dapat mensponsori pendidikan siapa pun. Tetapi dia pasti dapat mengajari mereka Injil!
Dia mulai mengajak orang-orang ke gereja—tetangga, teman sekolah, anak-anak yang berolahraga dengannya—semua orang yang dia kenal. “Saya datang pada suatu hari Minggu bersama, sekitar, lima orang, kemudian pada hari Minggu lainnya saya datang bersama 10 orang,” ujarnya. “Kemudian saya mengutus para misionaris kepada mereka agar mereka dapat memahami dan mengetahui bahwa Gereja ini benar dan mereka dapat mengalami apa yang saya alami.”
Tidak lama sebelumnya beberapa teman Robert memilih untuk dibaptiskan dan memintanya untuk melaksanakan tata cara itu.
Gereja tumbuh dengan pesat di Afrika, sebagian karena murid-murid seperti Robert. Dia membaptiskan 10 orang dalam seminggu, 11 orang minggu berikutnya, dan “hanya” 4 orang pada minggu berikutnya.
Robert mengundang teman-temannya ke cabang Gerejanya, yang mengadakan pertemuan di sebuah tenda di lapangan rumput.
Lebih dari puluhan teman yang baru dibaptiskan itu hadir bersamanya di konferensi UKR di Kenya Desember lalu, termasuk seorang teman yang telah membaptiskan salah seorang dari teman dia.
Bisakah melihat bagaimana momentum itu terbangun? Itu berkembang dengan sendirinya!
Merasakan Roh
Fredrick A., 17, menuturkan bahwa ketika temannya, Robert, mengundangnya ke gereja, dia merasakan Roh begitu kuat sehingga dia tidak dapat menyangkalnya.
“Ketika saya tiba di gereja, Roh Allah dikirimkan kepada saya,” Fredrick menuturkan. “Sewaktu saya diberi Kitab Mormon, saya mulai membacanya. Jika saya tidak mengerti, saya selalu bertanya kepada presiden cabang saya dan berdoa.”
Robert (kiri) dan Fredrick tetap berteman sejak Robert memperkenalkannya pada Injil.
Gift M., 18, adalah teman lainnya yang dibaptiskan Robert. “Saya bahagia menjadi bagian dari Gereja sejati—satu-satunya Gereja sejati di semesta ini,” ujar Gift sambil tersenyum.
Gift menanti-nantikan untuk melayani misi.
Banyak orang yang Robert undang ke gereja telah memilih untuk dibaptiskan, dan mereka juga mengundang orang lain untuk datang.
Masih Banyak Tugas di Depan
Robert berencana untuk melayani misi penuh waktu segera setelah dia menyelesaikan sekolah (seperti halnya Gift dan Fredrick). Mengapa dia ingin melakukan itu ketika dia jelas-jelas sudah mengetahui cara membagikan Injil?
“Saya harus pergi misi untuk mengalami lebih banyak dan belajar lebih banyak,” Robert menuturkan. “Itu akan memperkuat iman saya dan mengubah sikap saya. Itulah yang Tuhan ingin saya lakukan.”
Robert belum selesai membagikan Injil. Dia berencana untuk melayani misi. “Itulah yang Allah ingin saya lakukan,” ujarnya.