Institut
Pelajaran 17 Materi Persiapan Kelas: Kemitraan yang Setara dalam Pernikahan


“Pelajaran 17 Materi Persiapan Kelas: Kemitraan yang Setara dalam Pernikahan,” Materi Guru Keluarga Kekal (2022)

“Pelajaran 17 Materi Persiapan Kelas,” Materi Guru Keluarga Kekal

Gambar
suami dan istri memasak bersama

Pelajaran 17 Materi Persiapan Kelas

Kemitraan yang Setara dalam Pernikahan

Di dalam keluarga, Tuhan telah memercayakan kepada pria dan wanita “dengan peranan yang berbeda namun sama signifikannya yang saling melengkapi” (M. Russell Ballard, “The Sacred Responsibilities of Parenthood,” Ensign, Maret 2006, 29). Para nabi telah mengajarkan bahwa “dalam tanggung jawab sakral ini, para ayah dan ibu berkewajiban untuk saling membantu sebagai pasangan yang setara” (“Keluarga: Pernyataan kepada Dunia,” ChurchofJesusChrist.org). Tanggung jawab ini akan dibahas dengan lebih mendalam selama beberapa pelajaran berikutnya.

Bagian 1

Bagaimana saya dapat menjadi mitra yang setara dalam pernikahan?

Kita dapat mempelajari kebenaran-kebenaran penting mengenai hubungan yang Tuhan maksudkan bagi suami dan istri dari cara Dia menggambarkan penciptaan Hawa sebagaimana dicatat dalam kitab Musa.

Gambar
ikon, menelaah

Menelaah dalam Persiapan untuk Kelas

Bacalah Musa 3:18, 21–23, dan pikirkan tentang arti dari simbolisme yang digunakan untuk menggambarkan penciptaan Hawa.

Gambar
Adam and Eve [Adam dan Hawa], oleh Lowell Bruce Bennett

Deskripsi tentang penciptaan Hawa dari tulang rusuk Adam adalah kiasan (lihat Spencer W. Kimball,“The Blessings and Responsibilities of Womanhood,” Ensign, Maret 1976, 71). Presiden Russell M. Nelson menjelaskan satu kemungkinan arti simbolis dari tulang rusuk:

Gambar
Presiden Russell M. Nelson

Tulang rusuk, yang berasal dari bagian samping, tampaknya menandakan kemitraan. Tulang rusuk tidak menunjukkan adanya kekuasaan maupun ketundukan, namun hubungan lateral sebagai mitra, untuk bekerja dan hidup, secara berdampingan. (“Lessons from Eve,” Ensign, November 1987, 87).

Presiden Linda K. Burton, mantan Presiden Umum Lembaga Pertolongan, mengajarkan yang berikut mengenai arti dari penolong yang pantas:

Gambar
Presiden Linda K. Burton

Frasa penolong yang pantas berarti “penolong yang cocok, layak, atau sesuai dengannya” [Kejadian 2:18, catatan kaki b]. Sebagai contoh, kedua tangan kita adalah serupa satu sama lain tetapi tidak persis sama. Kenyataannya, kedua tangan saling berseberangan, tetapi mereka saling melengkapi dan cocok bagi satu sama lain. Bekerja bersama, mereka lebih kuat. (“Kita Akan Naik Bersama,” Liahona, Mei 2015, 30)

Beberapa kepercayaan dan perilaku budaya atau pribadi dapat menahan kita dari menjadi pasangan yang setara dalam pernikahan. Presiden Dallin H. Oaks dari Presidensi Utama menguraikan beberapa keadaan ini dan bagaimana mengatasinya:

Gambar
Presiden Dallin H. Oaks

Beberapa … suami memiliki gagasan yang keliru bahwa suami beristirahat sementara istri melakukan sebagian besar pekerjaan di rumah atau bahwa istri dan anak-anak hanyalah hamba suami. Ini tidak berkenan bagi Tuhan karena itu menghalangi jenis hubungan keluarga yang harus berjaya dalam kekekalan dan itu menghambat jenis pertumbuhan yang harus terjadi di bumi ini jika kita ingin memenuhi syarat bagi berkat-berkat kekekalan. Telaahlah tulisan suci dan Anda akan melihat bahwa Adam dan Hawa, orangtua pertama kita, teladan bagi kita semua, berdoa bersama dan bekerja bersama (lihat Musa 5:1, 4, 10–12, 16, 27). Itu hendaknya menjadi pola kita untuk kehidupan keluarga—saling menghormati dan bekerja bersama dalam kasih. (“The Gospel Culture,” Ensign, Maret 2012, 44)

Gambar
suami dan istri bekerja bersama di dapur
Gambar
ikon, merenungkan

Merenungkan dalam Persiapan untuk Kelas

Apa berkat-berkat yang dapat datang ke pernikahan jika suami dan istri melihat dan mendukung satu sama lain sebagai pasangan yang setara?

Bagian 2

Apa artinya mengetuai dalam tatanan keluarga?

Tuhan telah menunjuk tanggung jawab unik kepada suami dan istri dalam keluarga yang “setara dalam nilai dan kepentingannya” (Quentin L. Cook, “Kasih yang Besar bagi Anak-Anak Bapa Kita,” Liahona, Mei 2019, 79). Beberapa dari tanggung jawab ini akan dibahas dalam pelajaran-pelajaran mendatang. Namun satu contoh adalah tanggung jawab sakral berikut yang telah Tuhan berikan kepada suami dan ayah: “Berdasarkan rancangan ilahi, para ayah hendaknya memimpin keluarga mereka dalam kasih dan kebenaran” (“Keluarga: Pernyataan Kepada Dunia,” ChurchofJesusChrist.org). Dalam ketidakhadiran seorang suami atau ayah, istri atau ibu mengetuai di rumah (lihat Russell M. Nelson, “Harta Rohani,” Liahona, November 2019, 79).

Gambar
seorang ayah dan ibu membaca tulisan suci bersama anak-anak mereka

Pertimbangkan bagaimana ajaran-ajaran berikut dapat menambah pemahaman Anda tentang bagaimana seorang ayah dapat mengetuai keluarganya dalam kasih dan kesalehan:

Mengetuai dalam keluarga adalah tanggung jawab untuk membantu memimpin anggota keluarga kembali untuk tinggal di hadirat Allah. Ini dilakukan dengan melayani dan mengajar dengan kelembutan, kelemahlembutan, dan kasih yang murni, mengikuti teladan Yesus Kristus (lihat Matius 20:26–28). Mengetuai dalam keluarga mencakup memimpin anggota keluarga dalam doa, penelaahan Injil, dan aspek-aspek ibadat rutin lainnya. Orangtua bekerja dalam kesatuan untuk memenuhi tanggung jawab ini. (“Orangtua dan Anak-Anak,” Buku Pegangan Umum: Melayani dalam Gereja Yesus Kristus dari Orang-Orang Suci Zaman Akhir, 2.1.3)

Rasul Paulus mengajarkan tentang tanggung jawab seorang suami untuk secara tidak mementingkan diri mengetuai ketika dia berkata, “Suami adalah kepala istri, sama seperti Kristus adalah kepala gereja.… Para suami, kasihilah istrimu, seperti Kristus juga mengasihi gereja, dan memberikan diri-Nya baginya” (Efesus 5:23, 25). Presiden Ezra Taft Benson, setelah mengutip Efesus 5:23, menekankan bagaimana Juruselamat adalah teladan sempurna tentang bagaimana mengetuai:

Gambar
Presiden Ezra Taft Benson

Itu adalah contoh yang hendaknya kita ikuti untuk peran kita dalam memimpin di rumah. Kita tidak menemukan Juruselamat memimpin Gereja dengan cara yang keras atau tidak baik. Kita tidak menemukan Juruselamat memperlakukan Gereja-Nya dengan tidak hormat atau ditelantarkan. Kita tidak menemukan Juruselamat menggunakan kekerasan atau paksaan untuk mencapai tujuan-Nya. Tidak di mana pun kita menemukan Juruselamat melakukan hal apa pun kecuali yang meneguhkan, mengangkat, menghibur, dan mempermuliakan Gereja. Brother sekalian, saya mengatakan kepada Anda dengan sepenuh hati, Dia adalah teladan yang harus kita ikuti sewaktu kita memimpin rohani dalam keluarga kita. (Ajaran-Ajaran Presiden Gereja: Ezra Taft Benson [2014], 196)

Dalam surat yang diilhami kepada para anggota Gereja, Nabi Joseph Smith menguraikan pentingnya memperlihatkan sifat-sifat seperti Kristus ketika memimpin orang lain. Sifat-sifat ini berlaku untuk mengetuai dalam keluarga.

Gambar
ikon, menelaah

Menelaah dalam Persiapan untuk Kelas

Bacalah Ajaran dan Perjanjian 121:41–43, dan pertimbangkan untuk menandai sifat-sifat seperti Kristus yang Anda temukan.

Gambar
ikon, mencatat

Mencatat Pikiran Anda

Pilihlah salah satu sifat seperti Kristus yang Anda identifikasi atau tandai, dan catatlah pikiran Anda mengenai satu atau lebih dari pertanyaan-pertanyaan berikut: Mengapa sifat ini penting dalam mengetuai sebuah keluarga? Bagaimana sifat ini dapat membantu saya menjadi mitra yang setara dalam pernikahan? Kapan Yesus Kristus telah meneladankan atribut ini dalam peranan ketua-Nya? Bersiaplah untuk membagikan pikiran Anda di kelas.

Bagian 3

Bagaimana pasangan dapat berunding bersama dengan saleh dalam memimpin keluarga mereka?

Arti dari “mengetuai dalam keluarga” dapat disalahpahami. Misalnya, sebagian orang telah salah menafsirkan bahasa dari petikan tulisan suci seperti Kejadian 3:16 (Tuhan memberi tahu Hawa bahwa Adam akan “memerintah” dirinya) untuk berarti bahwa seorang suami dapat mendominasi atau mengendalikan, yang adalah salah. Petunjuk dari Tuhan ini alih-alih berkaitan dengan tanggung jawab seorang suami untuk mengetuai dalam kasih dan kesalehan. Sebagaimana yang Presiden Gordon B. Hinckley ajarkan mengenai arti dari ungkapan ini, adalah “tanggung jawab mengatur suami untuk menyediakan bagi, melindungi, memperkuat dan melindungi istri” (“Daughters of God,” Ensign, November 1991, 99; lihat juga Spencer W. Kimball, “The Blessings and Responsibilities of Womanhood,” Ensign, Maret 1976, 72).

Mengenai praktik tidak saleh suami yang mendominasi atau mengendalikan, Penatua Richard G. Scott dari Kuorum Dua Belas Rasul mengajarkan:

Gambar
Penatua Richard G. Scott

Apakah anda memiliki budaya di mana suami mengerahkan peran yang mendominasi dan otoriter, membuat semua keputusan penting bagi keluarga? Pola itu perlu ditempuh agar baik suami maupun istri bertindak sebagai rekan yang setara, membuat keputusan dalam persatuan bagi diri mereka sendiri dan keluarga mereka. Tidak ada keluarga yang dapat bertahan lama di bawah rasa takut atau paksaan; yang menuntun pada perselisihan dan pemberontakan. Kasih adalah landasan dari keluarga yang bahagia. (“Removing Barriers to Happiness,” Ensign, Mei 1998, 86)

Dengan kerendahhatian, rasa hormat, dan kebaikan hati, pasangan hendaknya berunding bersama dalam membuat keputusan bagi keluarga mereka. Penatua Quentin L. Cook dari Kuorum Dua Belas Rasul mengajarkan:

Gambar
Penatua Quentin L. Cook

Dalam dewan keluarga, istri dan suami, sebagai rekan yang setara, membuat keputusan-keputusan yang paling penting. Mereka memutuskan bagaimana anak-anak akan diajar dan didisiplinkan, bagaimana uang akan dibelanjakan, di mana mereka akan tinggal, dan banyak keputusan keluarga yang lain. Ini dilakukan secara bersama setelah mengupayakan bimbingan dari Tuhan. (“Tuhan Adalah Terangku,” Liahona, Mei 2015, 64)

Gambar
suami dan istri berlutut bersama dalam doa

Ingatlah kebenaran-kebenaran penting tambahan ini yang berkaitan dengan berunding bersama sebagai pasangan dan memupuk kesetaraan dalam pernikahan:

  • Suami dan istri dimaksudkan untuk memiliki “suara dan hak suara yang setara” dalam membuat keputusan (L. Whitney Clayton, “Pernikahan: Perhatikan dan Belajarlah,” Liahona, Mei 2013, 84).

  • Para istri diperlukan untuk “berbicara sebagai ‘mitra yang berkontribusi dan sepenuhnya’ [Spencer W. Kimball, ”Privileges and Responsibilities of Sisters,“ Ensign, November 1978, 106] sewaktu mereka bersatu dengan suami [mereka] dalam mengatur keluarga [mereka]” (Russell M. Nelson, “Permohonan kepada Para Sister Saya,” Liahona, November 2015, 97).

  • Suami dan istri memiliki “kuasa yang setara untuk menerima wahyu bagi keluarga mereka” (Quentin L. Cook, “Kasih yang Besar bagi Anak-Anak Bapa Kita,” Liahona, Mei 2019, 79).

  • Orangtua dapat mengadakan dewan keluarga bersama anak-anak mereka untuk berunding bersama mengenai keputusan atau tantangan yang mungkin berkaitan dengan seluruh keluarga (lihat M. Russell Ballard, “Dewan Keluarga,” Liahona, Mei 2016, 63–65).

Gambar
ikon, merenungkan

Merenungkan dalam Persiapan untuk Kelas

Bagaimana berunding bersama dalam kesalehan dapat memberkati pasangan dan anak-anak mereka?