Seminari
Ibrani 12:9


Ibrani 12:9

Allah Adalah Bapa dari Roh Kita

Gambar
Gilbert Temple Dedication - Father & Son

Menurut Anda mengapa kita berbicara begitu banyak mengenai kita adalah anak-anak Allah? Bagaimana pengetahuan ini dapat berdampak terhadap kehidupan Anda? Sementara mengingatkan para Orang Suci Ibrani mengenai koreksi yang mereka terima dari ayah fana mereka, Paulus mengajari mereka tentang Bapa Surgawi, “Bapa segala roh” ( Ibrani 12:9). Pelajaran ini dimaksudkan untuk membantu Anda jadi mengenal Bapa Surgawi dengan lebih baik dan memahami bagaimana pengetahuan dan hubungan Anda dengan-Nya dapat berdampak positif terhadap kehidupan Anda.

Pelajaran yang mengejutkan dari singa di kebun binatang

Dalam kebaktian sedunia untuk dewasa muda, Sister Kathy Clayton, istri Penatua L. Whitney Clayton dari Tujuh Puluh, berbagi pengalamannya mengunjungi kebun binatang di Argentina di mana dia dapat memasuki kandang dan berinteraksi dengan binatang buas seperti singa. Ketika Sister Clayton mempertanyakan mengapa binatang berbahaya diizinkan berinteraksi sedemikian dekat dengan manusia, dia belajar sesuatu yang mengejutkannya. Anda mungkin ingin menyaksikan “A Regal Identity [Identitas Agung]” tersedia di ChurchofJesusChrist.org, dari kode waktu 01:22 hingga 03:26 atau membaca teks berikut ini.

Allah adalah “Bapa segala roh”.

Sementara berbicara kepada orang Ibrani mengenai cara menanggapi penderaan, atau koreksi, dari Allah (lihat Ibrani 12:6–8), Paulus mengajarkan sebuah kebenaran penting mengenai hubungan kita dengan Bapa Surgawi. Sewaktu Anda menelaah hari ini, beri perhatian pada dorongan-dorongan dari Roh yang dapat membantu Anda memahami lebih baik kebenaran ini.

Bacalah Ibrani 12:9 , dan pertimbangkan untuk menandai kata atau frasa yang mengajar tentang hubungan kita dengan Bapa Surgawi. Cermati bahwa frasa “taat kepada” merujuk pada tunduk pada atau dipengaruhi oleh seseorang.

Dari ayat ini kita belajar bahwa Allah adalah Bapa roh kita.

  • Bagaimana memahami kebenaran ini berdampak terhadap perasaan Anda tentang diri Anda sendiri dan orang lain?

Penatua Tad R. Callister dari Tujuh Puluh berbagi contoh tentang bagaimana mengingat identitas kita sebagai anak-anak Allah dapat berdampak kepada kita:

Gambar
Brother Tad R. Callister, Sunday school General President. Official Portrait 2018.

Pada sesi pelatihan baru-baru ini untuk Pembesar Umum, pertanyaan diajukan: “Bagaimana kita dapat membantu mereka yang bergumul dengan pornografi?”

Penatua Russell M. Nelson berdiri dan menjawab, “Ajari mereka identitas mereka dan tujuan mereka.”

Jawaban itu bergaung bagi saya, bukan hanya sebagai tanggapan terhadap pertanyaan spesifik itu namun sebagai tanggapan yang pantas terhadap sebagian besar tantangan yang kita hadapi dalam kehidupan.

(Tad R. Callister, “Our Identity and Our Destiny [Identitas Kita dan Takdir Kita]” [kebaktian Brigham Young University, 14 Agustus 2012], 1, speeches.byu.edu)

  • Bagaimana memahami identitas kita sebagai anak-anak Allah dapat membantu kita dengan tantangan-tantangan yang kita hadapi?

  • Apa saja pengaruh duniawi yang dapat mengalihkan kita dari mengingat identitas ilahi kita?

  • Apa yang dapat membantu kita mengingat dan menghormati identitas ilahi kita?

Pengetahuan yang benar tentang Bapa Surgawi

Renungkan sejenak tentang pemahaman Anda sendiri tentang Bapa Surgawi dan hubungan Anda dengan-Nya. Pertimbangkan berkat-berkat apa yang telah Anda alami dan dapat alami di masa depan karena Anda adalah anak-Nya. Pikirkan apa yang dapat berbeda dalam kehidupan Anda jika Anda mengenal Dia dengan lebih baik dan merasa lebih dekat kepada-Nya.

Brother Brian K. Ashton, sebelumnya melayani dalam Presidensi Umum Sekolah Minggu, menekankan dampak dari memiliki pemahaman yang benar tentang Bapa Surgawi dan hubungan kita dengan-Nya:

Gambar
Brother Brian K. Ashton - Sunday school General Presidency Second Counselor. Official Portrait 2018.

Memiliki “gagasan yang benar mengenai karakter, kesempurnaan, dan atribut [Bapa Surgawi] adalah esensial dalam mengamalkan iman yang memadai untuk mendapatkan permuliaan [Lectures on Faith (1985), 38]. Suatu pemahaman yang benar mengenai karakter Bapa Surgawi dapat mengubah bagaimana kita melihat diri kita sendiri dan orang lain serta membantu kita memahami kasih luar biasa Allah bagi anak-anak-Nya serta hasrat-Nya yang besar untuk membantu kita menjadi seperti Dia. Suatu pandangan yang tidak benar mengenai watak-Nya dapat menyebabkan kita merasa seolah kita tidak akan pernah dapat berhasil kembali ke hadirat-Nya.

(Brian K. Ashton, “Bapa,” Ensign atau Liahona, November 2018, 93–94)

Satu cara kita dapat memperoleh pemahaman yang benar tentang Bapa Surgawi kita adalah dengan menelaah tulisan suci mengenai Dia.

1. Dalam jurnal penelaahan Anda, selesaikan kegiatan berikut, termasuk menanggapi pertanyaan-pertanyaan di akhir.

Luangkan beberapa menit untuk membaca dan merenungkan beberapa tulisan suci yang mengajarkan tentang karakter Allah. Anda dapat menggunakan rujukan tulisan suci berikut, atau Anda dapat mencari yang lainnya dalam Topical Guide [Penuntun Topik], “God, Attributes of [Allah, Atribut dari]” (judul ini mendaftar judul-judul lain yang dapat Anda cari) atau dalam Penuntun bagi Tulisan Suci, “Allah, Ke-Allah-an” (subbagian mengenai Allah Bapa). Dalam jurnal penelaahan Anda, daftarlah apa yang tulisan suci ini ajarkan kepada Anda mengenai karakter dan atribut Bapa Surgawi serta tentang hubungan Anda dengan-Nya.

Bilangan 23:19

Mazmur 103:8

Kisah Para Rasul 10:34–35

Kisah Para Rasul 17:28

Yakobus 1:17

1 Nefi 9:6

Musa 7:30, 35

  • Kebenaran apa yang Anda pelajari tentang Allah yang paling bermakna bagi Anda? Mengapa itu bermakna?

  • Bagaimana apa yang Anda pelajari dapat berdampak terhadap bagaimana perasaan Anda tentang siapa diri Anda dan dapat menjadi siapakah Anda?

  • Anda merasa terinspirasi untuk melakukan tindakan apa berdasarkan apa yang Anda pelajari dan rasakan hari ini?

Opsional: Ingin Belajar Lebih Banyak?

Bagaimana mengetahui bahwa saya adalah anak Allah dapat membantu saya?

Presiden Dallin H. Oaks dari Presidensi Utama mengajarkan:

Gambar
Official Portrait of President Dallin H. Oaks taken March 2018.

Pikirkan kekuatan dari gagasan yang diajarkan dalam lagu kesayangan kita “Aku Anak Allah” [Nyanyian Rohani, no. 144]. … Inilah jawaban terhadap salah satu pertanyaan besar kehidupan, “Siapakah saya?” Saya adalah anak Allah dengan garis keturunan roh dari orangtua surgawi. Keturunan orangtua itu menjelaskan potensi ilahi kita. Gagasan luar biasa itu adalah obat anti depresi yang manjur. Itu dapat menguatkan kita masing-masing untuk membuat pilihan yang benar dan untuk mengupayakan yang terbaik dalam diri kita.

(Dallin H. Oaks, “Powerful Ideas [Gagasan Ampuh],” Ensign, November 1995, 25)

Mengapa kita tidak berbicara lebih banyak mengenai Ibu kita di Surga?

“Gereja Yesus Kristus dari Orang-Orang Suci Zaman Akhir mengajarkan bahwa semua manusia, pria dan wanita, adalah anak-anak roh terkasih dari orangtua surgawi, Bapa Surgawi dan Ibu Surgawi. …

Sebagaimana dengan kebenaran-kebenaran lain Injil, pengetahuan kita saat ini tentang Ibu di Surga adalah terbatas. Meskipun demikian, kita telah diberi pengetahuan yang memadai untuk mengapresiasi kesakralan doktrin ini dan untuk memahami pola ilahi yang ditegakkan bagi kita sebagai anak-anak dari orangtua surgawi” (Gospel Topics Essays, “Mother in Heaven [Ibu di Surga],” ChurchofJesusChrist.org).

Bagaimana kehidupan Yesus Kristus mengajarkan karakter Bapa Surgawi?

Penatua Jeffrey R. Holland dari Kuorum Dua Belas Rasul mengajarkan:

Gambar
Official Portrait of Elder Jeffrey R. Holland. Photographed January 2018.

Dalam semua yang Yesus datang untuk katakan dan lakukan, termasuk dan terutama dalam penderitaan dan kurban pendamaian-Nya, Dia memperlihatkan kepada kita siapa dan seperti apa Allah Bapa Kekal kita itu, betapa sepenuhnya berdedikasi Dia kepada anak-anak-Nya di setiap zaman dan bangsa. Dalam perkataan dan dalam perbuatan Yesus berusaha untuk mengungkapkan serta menjadikan sesuatu yang bersifat pribadi bagi kita sifat-sifat asli Bapa-Nya, Bapa kita di Surga. …

Karena itu memberi makan yang lapar, menyembuhkan yang sakit, menegur kemunafikan, memohonkan iman—ini adalah Kristus yang memperlihatkan kepada kita jalan Bapa, Dia yang “penuh belas kasihan dan kasih karunia, lambat untuk marah, panjang sabar dan penuh kebaikan” [Lectures on Faith (1985), 42]. Dalam kehidupan-Nya dan terutama dalam kematian-Nya, Kristus telah memaklumkan, “Inilah rasa iba Allah yang Aku perlihatkan kepadamu, seperti juga rasa iba-Ku sendiri.” Dalam manifestasi Putra-Nya yang sempurna akan pemeliharaan Bapa-Nya yang sempurna, dalam penderitaan Mereka bersama dan kesedihan yang Mereka bagi bersama untuk dosa dan kepedihan hati kita semua, kita melihat makna tertinggi dalam pernyataan: “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal. Sebab Allah mengutus Anak-Nya ke dalam dunia bukan untuk menghakimi dunia, melainkan untuk menyelamatkannya oleh Dia” [ Yohanes 3:16–17].

(Jeffrey R. Holland, “Keagungan Allah,” Ensign atau Liahona, November 2003, 70, 72)