2019
Bagaimanakah Aku Dapat Mengerti?
Mei 2019


Bagaimana Saya Dapat Memahami?

Ketika kita dengan tulus, dengan sepenuh hati, dengan kuat, dan dengan sungguh-sungguh berusaha untuk mempelajari Injil Yesus Kristus dan saling mengajarkannya, ajaran-ajaran ini dapat mengubah hati kita.

Brother dan sister terkasih, betapa menyenangkan berada di sini lagi bersama-sama dalam konferensi umum untuk Gereja Yesus Kristus dari Orang-Orang Suci Zaman Akhir di bawah arahan Nabi terkasih kita, Presiden Russell M. Nelson. Saya bersaksi kepada Anda bahwa kita akan memiliki kesempatan istimewa untuk mendengarkan suara Juruselamat kita, Yesus Kristus, melalui ajaran dari mereka yang berdoa, bernyanyi, dan berbicara untuk kebutuhan zaman kita di konferensi ini.

Sebagaimana dicatat dalam kitab Kisah Para Rasul, Filipus penginjil mengajarkan Injil kepada seorang Etiopia yang adalah seorang sida-sida yang bertanggung jawab atas semua harta milik ratu Ethiopia.1 Ketika kembali dari beribadat di Yerusalem, dia membaca Kitab Yesaya. Didorong oleh Roh, Filipus mendekatinya dan berkata: “Mengertikah tuan apa yang tuan baca itu?

Jawab [sida-sida]: Bagaimanakah aku dapat mengerti, kalau tidak ada yang membimbing aku? …

Maka mulailah Filipus berbicara dan bertolak dari nas itu ia memberitakan Injil Yesus kepadanya.”2

Pertanyaan yang diajukan oleh pria Etiopia ini adalah pengingat akan perintah ilahi yang kita semua miliki untuk mengupayakan pembelajaran dan untuk saling mengajarkan Injil Yesus Kristus.3 Kenyataannya, dalam konteks pembelajaran dan pengajaran Injil, kita terkadang kita seperti orang Etiopia itu—kita membutuhkan bantuan guru yang setia dan terilhami. Dan terkadang kita seperti Filipus—kita perlu mengajar dan memperkuat orang lain dalam keinsafan mereka.

Tujuan kita sewaktu kita berusaha untuk mempelajari dan mengajarkan Injil Yesus Kristus mestilah untuk meningkatkan iman kepada Allah dan pada rencana ilahi kebahagiaan-Nya serta kepada Yesus Kristus dan kurban pendamaian-Nya dan untuk mencapai keinsafan abadi. Peningkatan iman dan keinsafan semacam itu akan membantu kita membuat dan menepati perjanjian dengan Allah, juga memperkuat hasrat kita untuk mengikuti Yesus dan menghasilkan perubahan rohani yang murni dalam diri kita—dengan kata lain, mengubah kita menjadi ciptaan baru, sebagaimana diajarkan oleh Rasul Paulus dalam suratnya kepada orang-orang di Korintus.4 Perubahan ini akan mendatangkan bagi kita kehidupan yang lebih bahagia, produktif, dan sehat serta membantu kita memelihara perspektif kekal. Bukankah ini yang terjadi terhadap sida-sida Etiopia setelah dia belajar tentang Juruselamat dan diinsafkan kepada Injil-Nya? Tulisan suci mengatakan bahwa dia “meneruskan perjalanannya dengan sukacita.”5

Perintah untuk mempelajari dan mengajarkan Injil kepada satu sama lain bukanlah hal baru; itu telah secara terus-menerus diulangi sejak awal sejarah manusia.6 Pada satu kesempatan tertentu, ketika Musa dan umatnya berada di dataran Moab sebelum memasuki tanah yang dijanjikan, Tuhan mengilhami dia untuk menegur umatnya mengenai tanggung jawab mereka untuk mempelajari ketetapan dan perjanjian yang telah mereka terima dari Tuhan dan untuk mengajarkannya kepada keturunan mereka,7 yang banyak di antaranya tidak secara pribadi menyeberangi Laut Teberau atau menerima wahyu yang diberikan di Gunung Sinai.

Musa memperingatkan orang-orangnya:

“Maka sekarang, hai orang Israel, dengarlah ketetapan dan peraturan yang kuajarkan kepadamu untuk dilakukan, supaya kamu hidup dan memasuki serta menduduki negeri yang diberikan kepadamu oleh Tuhan, Allah nenek moyangmu. …

… Beritahukanlah kepada anak-anakmu dan kepada cucu cicitmu semuanya itu.”8

Kemudian Musa mengakhiri, dengan mengatakan, “Berpeganglah pada ketetapan dan perintah-Nya yang kusampaikan kepadamu pada hari ini, supaya baik keadaanmu dan keadaan anak-anakmu yang kemudian, dan supaya lanjut umurmu di tanah yang diberikan Tuhan, Allahmu, kepadamu untuk selamanya.”9

Para nabi Allah telah secara konsisten menginstruksikan bahwa kita perlu membesarkan keluarga kita dalam pengasuhan dan nasihat Tuhan10 dan dalam terang dan kebenaran.11 Presiden Nelson baru-baru ini mengatakan, “Di zaman ini di mana tindakan tak bermoral dan kecanduan pornografi telah merajalela, orangtua memiliki tanggung jawab kudus untuk mengajarkan kepada anak-anak mereka pentingnya Allah [dan Yesus Kristus] dalam kehidupan mereka.”12

Brother dan sister, peringatan nabi kita adalah pengingat lebih lanjut tentang tanggung jawab pribadi kita untuk berupaya mempelajari dan untuk mengajar keluarga kita bahwa ada Bapa di Surga yang mengasihi kita dan yang telah mengembangkan rencana kebahagiaan ilahi untuk anak-anak-Nya; bahwa Yesus Kristus, Putra-Nya, adalah Penebus dunia; dan bahwa keselamatan berasal dari iman dalam nama-Nya.13 Hidup kita perlu berakar di atas batu karang Penebus kita, Yesus Kristus, yang dapat membantu kita secara pribadi dan sebagai keluarga untuk memiliki kesan rohani kita sendiri terukir di hati kita, membantu kita bertahan dalam iman kita.14

Anda mungkin ingat bahwa dua murid Yohanes Pembaptis mengikuti Yesus Kristus setelah mendengar Yohanes memberikan kesaksian bahwa Yesus adalah Anak Domba Allah, sang Mesias. Orang-orang baik ini menerima undangan Yesus untuk “datang dan melihat”15 dan tinggal bersama-sama Dia hari itu. Mereka jadi mengetahui bahwa Yesus adalah Mesias, Anak Allah, dan mengikuti Dia selama sisa hidup mereka.

Demikian juga, ketika kita menerima undangan Juruselamat “marilah dan kamu akan melihatnya,” kita perlu tinggal di dalam Dia, membenamkan diri kita dalam tulisan suci, bersukacita di dalamnya, mempelajari ajaran-Nya, dan berusaha menjalani cara Dia hidup. Hanya setelah itu kita akan mengenal Dia, Yesus Kristus, dan mengenali suara-Nya, mengetahui bahwa sewaktu kita datang kepada-Nya dan percaya kepada-Nya, kita tidak akan pernah kelaparan atau kehausan.16 Kita akan mampu memperbedakan kebenaran setiap saat, sebagaimana yang terjadi kepada dua murid tersebut yang tinggal bersama Yesus hari itu.

Brother dan sister, itu tidak terjadi secara kebetulan. Menyelaraskan diri kita dengan pengaruh tertinggi dari kesalehan bukanlah masalah sederhana; diperlukan berseru kepada Allah dan belajar bagaimana membawa Injil Yesus Kristus ke pusat kehidupan kita. Jika kita melakukannya, saya berjanji bahwa pengaruh Roh Kudus akan membawa kebenaran ke dalam hati dan pikiran kita dan akan memberikan kesaksian mengenainya,17 mengajarkan semua sesuatu.18

Pertanyaan orang Etiopia, “Bagaimanakah aku dapat [mengerti], kalau tidak ada yang membimbing aku?” juga memiliki makna khusus dalam konteks tanggung jawab kita secara individu untuk menjalankan asas-asas Injil yang telah kita pelajari dalam kehidupan kita. Dalam kasus orang Etiopia ini misalnya, dia menindaki kebenaran yang dia pelajari dari Filipus. Dia minta untuk dibaptiskan. Dia jadi mengetahui bahwa Yesus Kristus adalah Putra Allah.19

Brother dan sister, tindakan kita harus mencerminkan apa yang kita pelajari dan ajarkan. Kita perlu menunjukkan kepada mereka keyakinan kita melalui cara kita hidup. Guru terbaik adalah teladan yang baik. Mengajarkan sesuatu yang jika sungguh-sungguh kita jalani dapat membuat perbedaan dalam hati mereka yang kita ajar. Jika kita menginginkan orang-orang, apakah itu keluarga atau siapa pun, untuk dengan gembira menghargai tulisan suci dan ajaran para rasul dan nabi yang hidup di zaman kita, mereka perlu melihat jiwa kita bergembira di dalamnya. Demikian juga, jika kita ingin mereka mengetahui bahwa Presiden Russell M. Nelson adalah nabi, pelihat, dan pewahyu di zaman kita, mereka perlu melihat kita mengangkat tangan kita untuk mendukung dia dan menyadari bahwa kita mengikuti ajarannya yang terilhami. Seperti kata pepatah yang terkenal Amerika, “Tindakan berbicara lebih keras daripada kata-kata.”

Mungkin beberapa dari Anda pada saat yang tepat bertanya kepada diri sendiri, “Penatua Soares, saya telah melakukan semua hal ini dan telah mengikuti contoh ini baik secara pribadi maupun sebagai keluarga, tetapi sayangnya, beberapa teman atau orang terkasih saya telah menjauhkan diri mereka dari Tuhan. Apa yang hendaknya saya lakukan?” Bagi mereka yang sekarang merasakan kesedihan, penderitaan, dan mungkin penyesalan, mohon ketahui bahwa mereka tidak sepenuhnya hilang karena Tuhan mengetahui di mana mereka berada dan sedang mengawasi mereka. Ingat, mereka adalah anak-anak-Nya juga!

Adalah sulit untuk memahami semua alasan mengapa beberapa orang mengambil jalan lain. Yang terbaik yang dapat kita lakukan dalam keadaan ini adalah dengan mengasihi dan merangkul mereka, berdoa bagi kesejahteraan mereka, dan mencari bantuan Tuhan untuk mengetahui apa yang harus dilakukan dan dikatakan. Bersukacitalah dengan tulus bersama mereka dalam keberhasilan mereka; jadilah teman mereka dan carilah kebaikan di dalam diri mereka. Kita hendaknya tidak pernah menyerah terhadap mereka tetapi tetap menjaga hubungan kita. Jangan pernah menolak atau menghakimi mereka secara keliru. Kasihi saja mereka! Perumpamaan tentang anak yang hilang mengajarkan kepada kita bahwa ketika anak-anak menyadari perbuatannya, mereka sering berhasrat untuk pulang. Jika itu terjadi dengan orang-orang terkasih Anda, isilah hati Anda dengan belas kasihan, berlari kepada mereka, merangkul mereka, dan mencium mereka, seperti yang dilakukan ayah dari anak yang hilang.20

Pada akhirnya, tetaplah menjalani kehidupan yang layak, jadilah teladan yang baik bagi mereka dari apa yang Anda yakini, dan mendekatlah kepada Juruselamat kita, Yesus Kristus. Dia mengetahui dan memahami kesedihan serta rasa sakit kita yang dalam, dan Dia akan memberkati upaya serta dedikasi Anda kepada orang-orang terkasih Anda jika tidak dalam kehidupan ini, di kehidupan selanjutnya. Ingatlah, brother dan sister, selalu bahwa harapan adalah bagian yang penting dari rencana Injil.

Selama bertahun-tahun pelayanan di Gereja, saya telah melihat anggota yang setia yang dengan konsisten menerapkan asas-asas ini dalam kehidupan mereka. Ini adalah kasus seorang ibu tunggal yang saya rujuk sebagai “Mary.” Sedihnya, Mary mengalami perceraian yang tragis. Pada titik ini, Mary menyadari bahwa keputusan paling kritisnya yang berkaitan dengan keluarganya akanlah bersifat rohani. Apakah doa, penelaahan tulisan suci, puasa, dan kehadiran di Gereja serta bait suci tetap menjadi penting baginya?

Mary telah senantiasa setia, dan pada saat yang kritis itu, dia memutuskan untuk berpegang teguh pada apa yang sudah dia ketahui benar. Dia menemukan kekuatan dalam “Keluarga: Pernyataan kepada Dunia,” yang, di antara banyak asas-asas luar biasa, mengajarkan bahwa orangtua memiliki kewajiban kudus untuk membesarkan anak-anak mereka dalam kasih dan kebenaran dan untuk mengajar mereka untuk selalu mematuhi perintah-perintah Allah.21 Dia terus-menerus mencari jawaban dari Tuhan dan membagikannya kepada keempat anaknya dalam setiap tatanan keluarga. Mereka sering kali membahas Injil, membagikan pengalaman dan kesaksian mereka kepada satu sama lain.

Terlepas dari kesedihan yang mereka alami, anak-anaknya mengembangkan kasih untuk Injil Kristus dan keinginan untuk melayani dan membagikannya kepada orang lain. Tiga dari mereka dengan setia telah melayani misi penuh waktu, dan yang bungsu sekarang melayani di Amerika Selatan. Putri sulungnya, yang saya kenal dengan baik, yang sekarang telah menikah dan kuat dalam imannya, membagikan, “Saya tidak pernah merasa ibu saya membesarkan kami sendirian karena Tuhan selalu berada di rumah kami. Ketika Ibu memberikan kesaksiannya tentang Dia kepada kami, kami masing-masing mulai berpaling kepada-Nya dengan pertanyaan kami sendiri. Saya sangat bersyukur dia menjalankan Injil.”

Brother dan sister, Ibu yang baik ini mampu menjadikan rumahnya pusat pembelajaran rohani. Serupa dengan pertanyaan orang Etiopia itu, Mary bertanya kepada dirinya sendiri beberapa kali, “Bagaimana anak-anak saya dapat belajar kalau tidak ada seorang ibu yang membimbing mereka?”

Rekan-rekan terkasih saya dalam Injil, saya bersaksi kepada Anda bahwa ketika Anda dengan tulus, dengan sepenuh hati, dengan kuat, dan dengan sungguh-sungguh berusaha mempelajari Injil Yesus Kristus serta saling mengajarkannya dengan tujuan sejati dan di bawah pengaruh Roh, ajaran-ajaran ini dapat mengubah hati dan mengilhami hasrat untuk hidup sesuai dengan kebenaran-kebenaran dari Allah.

Saya bersaksi bahwa Yesus Kristus adalah Juruselamat dunia. Dia adalah Penebus dunia, dan Dia hidup. Saya tahu bahwa Dia mengarahkan Gereja-Nya melalui para nabi, pelihat, dan pewahyu-Nya. Saya juga bersaksi kepada Anda bahwa Allah hidup, bahwa Dia mengasihi kita. Dia ingin kita kembali ke hadirat-Nya—kita semua. Dia mendengar doa-doa kita. Saya memberikan kesaksian saya tentang kebenaran ini dalam nama Yesus Kristus, amin.