2014
Sauh yang Tertambat Kuat
April 2014


Pesan Presidensi Utama

Sauhyang Tertambat Kuat

Gambar
Presiden Dieter F. Uchtdorf

Belum lama berselang saya berkesempatan untuk berlayar dalam sebuah kapal besar menyusuri pantai Alaska, AS, yang menakjubkan. Sementara sang kapten menyiapkan penginapan malam kapal di sebuah teluk terpencil yang tak terjamah, dia dengan saksama menyelidiki lokasi itu dan keadaannya, misalnya rangkaian arus, kedalaman air, dan jarak dari rintangan yang berbahaya. Sewaktu puas, dia menjatuhkan sauh agar kapal itu tetap aman dan tertambat kuat, yang memberikan kepada para penumpang kesempatan untuk mengagumi keindahan luar biasa dari ciptaan Allah.

Saat saya melihat pada garis pantai, saya mulai menyadari bahwa kapal terhanyut nyaris tak kentara dengan sedikit angin dan arus di bawahnya. Meskipun demikian, kapal tetap tertambat kuat dan kukuh dalam lingkaran yang tetap ditentukan oleh panjang garis sauh dan kekuatan sauh.

Sang kapten tidak menyimpan sauh di kapal, siap diturunkan hanya jika badai akan mendekat. Tidak, dia telah melabuhkan kapal itu sebagai tindakan pencegahan dan melindungi kapal dari berpindah ke perairan yang tidak aman atau perlahan-lahan terhanyut kandas sementara para penumpang dan awak kapal merasa aman.

Sementara saya merenungkan pemandangan ini, saya sadar bahwa jika ini bukan kesempatan untuk sebuah perumpamaan, saya tidak pernah menjalankan sebuah pesawat terbang.

Mengapa Kita Membutuhkan Sauh

Tujuan sebuah Sauh adalah untuk menjaga kapal aman dan nyaman di lokasi yang diinginkan atau untuk menolong mengendalikan kapal selama cuaca buruk. Tetapi, untuk memenuhi tujuan penting ini, sekadar memiliki sauh tidaklah cukup. Sauh haruslah kuat, dapat diandalkan, dan digunakan secara benar pada waktu dan tempat yang tepat.

Individu-individu dan keluarga-keluarga juga membutuhkan sauh.

Kemalangan dapat datang sebagai badai hebat yang menghantam keluar jalur saja dan mengancam untuk menghempaskan kita ke batu karang. Namun terkadang kita juga dalam bahaya ketika segalanya tampak aman—angin yang lembut dan air yang tenang. Bahkan, kita dapat berada dalam bahaya paling besar ketika kita terhanyut dan bergerak sedikit saja sehingga kita jarang menyadarinya.

Injil Adalah Sauh Kita

Sauh haruslah kukuh, kuat, dan terpelihara dengan baik agar siap ketika dibutuhkan. Selain itu, sauh harus melekat pada suatu dasar yang mampu menahan berat kekuatan yang berlawanan.

Tentu saja, Injil Yesus Kristus adalah sauh yang seperti itu. Itu dipersiapkan oleh sang Pencipta alam semesta untuk sebuah tujuan ilahi dan dirancang untuk menyediakan keamanan serta bimbingan bagi anak-anak-Nya.

Yang terpenting, apakah Injil itu, selain rencana Allah untuk menebus anak-anak-Nya dan membawa mereka kembali ke hadirat-Nya?

Mengetahui bahwa adalah sifat dari segala sesuatu untuk hanyut, kita harus dengan kuat menambatkan sauh kita pada landasan kebenaran Injil. Itu seharusnya tidak diturunkan secara ringan pada pasir kesombongan atau sekadar menyentuh permukaan dari keyakinan kita.

Bulan ini kita memiliki kesempatan untuk mendengar dari para hamba Allah dalam konferensi umum Gereja. Perkataan mereka, dipadukan dengan tulisan suci dan bisikan Roh, menyediakan landasan yang aman dan kuat akan nilai-nilai dan asas-asas kekal yang melaluinya kita dapat menambatkan sauh kita agar kita dapat tetap kuat dan aman di tengah-tengah pergumulan dan kesulitan hidup.

Nabi di zaman dahulu, Helaman, mengajarkan, “Adalah di atas batu karang Penebus kita, yang adalah Kristus, Putra Allah, bahwa kamu mesti membangun landasanmu; agar ketika iblis akan mengirimkan anginnya yang dahsyat, ya, anak panahnya dalam angin puyuh, ya, ketika semua hujan esnya dan badainya yang dahsyat akan menerjang ke atas dirimu, itu tidak akan memiliki kuasa atas dirimu untuk menyeretmu turun ke dalam jurang, kegetiran dan celaka tanpa akhir, karena batu karang yang di atasnya kamu dibangun, yang adalah suatu landasan yang pasti, landasan yang jika manusia membangun di atasnya mereka tidak dapat jatuh” (Helaman 5:12).

Nilai dari Sauh yang Tertambat Kuat

Kehidupan memiliki cara menguji sauh kita dan mencobai kita untuk terseret. Meskipun demikian, jika sauh kita secara benar terpasang pada batu karang Penebus kita, itu akan bertahan—terlepas dari kekuatan angin, kekuatan arus, atau tingginya ombak.

Tentu saja, sebuah kapal tidak dirancang untuk tetap tersandar di pelabuhan namun untuk menaikkan sauh dan berlayar mengarungi lautan kehidupan. Namun itu adalah sebuah perumpamaan untuk waktu yang lain.

Untuk saat ini, saya senang mengetahui bahwa sauh Injil dan batu karang Penebus kita akan menjaga kita kuat dan aman.

Sauh seperti itu akan menjaga kita dari terseret ke dalam bahaya dan malapetaka. Itu akan memberi kita kesempatan mulia untuk menikmati keindahan tak tertandingi dari pemandangan yang selalu berubah dan luhur dari kehidupan.

Kehidupan adalah indah dan layak dijalani. Angin, badai, dan arus yang tenang dapat menggoda kita untuk terseret ke dalam bahaya yang terlihat maupun tidak terlihat, namun pesan Injil dan kuasa ilahinya akan menjaga kita tetap di jalan pulang ke pelabuhan yang aman kepada Bapa Surgawi kita.

Marilah kita, oleh karena itu, jangan hanya mendengarkan ceramah-ceramah konferensi umum April namun juga menerapkan pesan-pesan mereka seperti sebuah jangkar yang tertambat secara kuat dalam kehidupan kita sehari-hari.

Semoga Allah memberkati dan membimbing kita dalam upaya yang signifikan dan penting ini!

Mengajar dari Pesan Ini

Pertimbangkan untuk membahas pentingnya sauh dalam konteks keluarga Lehi yang berlayar ke negeri yang terjanjikan (lihat 1 Nefi 18). Anda dapat menandaskan 1 Nefi 18:11–15, pada saat Nefi diikat, Liahona berhenti bekerja, dan kapal tersapu oleh badai yang ganas. Apa akibat yang kita hadapi ketika kita tidak secara aman tertambat pada Injil? Anda juga dapat menandaskan 1 Nefi 18:21–22 dan membahas bagaimana kita dapat menemukan keamanan dengan berpaling pada Juruselamat.