Perpustakaan
Kesempatan dan Tanggung Jawab Guru CES di Abad ke-21


Kesempatan dan Tanggung Jawab Guru CES di Abad ke-21

Suatu Malam Bersama Penatua M. Russell Ballard

Ceramah kepada para Pendidik Keagamaan CES • 26 Februari 2016 • Tabernakel Salt Lake

Brother dan sister terkasih, terima kasih atas upaya-upaya luar biasa Anda untuk memberkati kehidupan para anggota muda Gereja kita.

Saya baru-baru ini meninjau buku baru, Dengan Penelaahan dan Juga dengan Iman: Seratus Tahun Seminari dan Institut Religi. Itu adalah sebuah kisah yang menakjubkan! Sewaktu saya membacanya, saya memerhatikan peran yang kakek buyut saya, Joseph F. Smith dan kakek saya, Melvin J. Ballard, miliki dalam menciptakan dan memperluas pendidikan Gereja.

Sekarang saya melayani di tempat di mana mereka pernah melayani karena hubungan saya sendiri dengan Anda. Sejak 1985, saya telah memiliki kesempatan istimewa melayani selama 14 tahun di Dewan Pendidikan, 7 tahun di antaranya dalam Komite Pelaksana, dan hampir 4 tahun saya melayani sebagai Ketua.

Di zaman saya dalam Dewan Pendidikan, saya mengembangkan suatu apresiasi yang luar biasa bagi Church Education System. Malam ini saya berbicara bagi semua orangtua dan kakek nenek, serta bahkan para buyut dalam Gereja ketika saya berterima kasih kepada Anda, para guru dan administrator serta keluarga Anda atas pelayanan setia Anda. Apa yang telah CES capai dalam 100 tahun terakhir adalah mengagumkan. Namun, saya lebih tertarik pada 100 tahun ke depan dan bagaimana Anda dapat membantu para siswa Anda menghadapi tantangan-tantangan abad ke-21 yang senantiasa berubah.

Dalam sebuah pertemuan pelatihan Pembesar Umum, Presiden Gordon B. Hinckley mengajarkan mengenai masalah “memelihara ajaran tetap murni dan Gereja di jalan yang benar.” Dia mengatakan, “Kita harus sangat berhati-hati. Kita harus memastikan agar kita tidak keluar [dari jalur]. Dalam upaya kita untuk menyajikan hal-hal yang asli dan segar serta berbeda, kita mungkin mengajarkan hal-hal yang mungkin tidak sepenuhnya selaras dengan ajaran-ajaran dasar Gereja Yesus Kristus yang dipulihkan ini .… Lebih baik kita menjadi lebih waspada .… Kita harus menjadi penjaga di menara.”1

Sewaktu pendidikan Gereja bergerak maju di abad ke-21, Anda masing-masing perlu mempertimbangkan perubahan apa pun yang hendaknya Anda buat dalam cara Anda melakukan persiapan mengajar, bagaimana Anda mengajar, dan apa yang Anda ajarkan jika Anda ingin membangun iman yang tak tergoyahkan dalam kehidupan remaja kita yang berharga.

Bukan zamannya lagi ketika seorang siswa mengajukan pertanyaan yang tulus dan gurunya menjawab, “Jangan khawatir mengenai hal itu!” Bukan zamannya lagi ketika seorang siswa yang mengangkat suatu isu dengan tulus dan seorang guru memberikan kesaksiannya sebagai tanggapan dengan tujuan menghindari isu itu. Bukan zamannya lagi ketika para siswa dilindungi dari orang yang menyerang Gereja. Untungnya, Tuhan memberikan nasihat yang relevan untuk zaman sekarang dan relevan di segala zaman ini kepada Anda, para guru: “Dan karena semua orang tidak memiliki iman, carilah kamu dengan tekun dan saling ajarkanlah kata-kata kebijaksanaan; ya, carilah kamu dari buku-buku terbaik kata-kata kebijaksanaan; upayakanlah pembelajaran, bahkan melalui penelaahan dan juga melalui iman.”2

Ini terutama sekali berlaku di zaman sekarang karena tidak semua siswa Anda memiliki iman yang diperlukan untuk menghadapi tantangan-tantangan yang ada di depan dan karena banyak di antara mereka sudah terpapar melalui Internet dengan kekuatan-kekuatan yang merusak dari dunia yang semakin sekuler yang bertentangan dengan iman, keluarga, dan standar-standar Injil. Pengaruh Internet menyebar di seluruh dunia ke hampir setiap rumah dan ke tangan-tangan serta pikiran siswa Anda.

Anda dapat membantu siswa dengan mengajari mereka apa arti menggabungkan penelaahan dan iman sewaktu mereka belajar. Ajarilah mereka dengan mendemonstrasikan keterampilan dan pendekatan ini di kelas.

Presiden Harold B. Lee mengamati:

“Kami ingin mengingatkan Anda bahwa memperoleh pengetahuan dengan iman bukanlah cara yang mudah untuk belajar. Itu akan menuntut upaya yang besar dan kerja keras secara terus-menerus dengan iman .…

Singkatnya, pembelajaran melalui iman bukanlah tugas yang mudah bagi pria [atau wanita] yang malas. Seseorang telah mengatakan, pada hakikatnya, bahwa proses seperti itu membutuhkan penyerahan seluruh jiwa, menghubungkan pikiran dan perasaan terdalam manusia dengan Allah—hubungan yang benar harus dibentuk. Setelah itu terjadi barulah orang dapat memperoleh ‘pengetahuan dengan iman.’”3

Pengetahuan dengan iman akan menghasilkan kesaksian yang murni, dan kesaksian yang murni memiliki kuasa untuk mengubah kehidupan, seperti digambarkan oleh tiga cerita singkat berikut.

Pertama, Phoebe Carter meninggalkan rumahnya di Maine untuk berkumpul bersama para Orang Suci di Ohio pada tahun 1830-an. Dia mengatakan, “Teman-teman saya mempertanyakan mengenai perjalanan saya, seperti halnya saya, tetapi sesuatu di dalam terus mendorong saya. Kesedihan ibu saya ketika saya meninggalkan rumah hampir lebih dari yang dapat saya tanggung; dan seandainya bukan karena semangat dari dalam, saya mungkin goyah pada akhirnya.”4

Phoebe mengikuti Nabi dan berkumpul bersama para Orang Suci di Ohio dan akhirnya ke Utah, di mana dia meninggal sebagai Orang Suci Zaman Akhir yang setia dan merupakan rekan yang setara dengan Presiden Gereja Wilford Woodruff.

Cerita berikut ini berasal dari biografi Marion G. Romney.

Sebagai seorang mahasiswa perguruan tinggi, Marion telah memutuskan bahwa dia tidak bisa melayani misi karena situasi keuangan keluarganya. Pada satu kesempatan, dia mendengar Penatua Melvin J. Ballard berbicara. Biografi tersebut mencatat, “Pada saat itu [Marion] tidak mengetahui bahwa arah kehidupannya, dalam waktu yang sangat singkat, akan berubah seluruhnya.”

Cerita itu berlanjut: “[Ayah Marion] telah mengatakan kepada anak-anaknya … bahwa ada banyak perbedaan antara orang yang hidup di bawah ilham Roh dengan orang yang tidak, sebagaimana halnya antara pohon yang tumbuh dengan tunggul yang mati. Untuk pertama kalinya Marion … memahami sepenuhnya bagaimana [rasanya] berada di bawah pengaruh ilham. Sensasi yang menggelitik dan menusuk mengisi jiwanya. Dia … belum pernah merasa begitu tersentuh seperti yang dialaminya sekarang, mendengarkan kata-kata dari seorang Rasul yang paling baru ini .…

Marion muda … sangat terpengaruh. Pancaran wajah Rasul dan ketulusan kesaksiannya memenuhi sanubarinya dengan hasrat yang tak tertahankan untuk pergi misi .… Dia tahu bahwa rencananya untuk melanjutkan pendidikan harus ditunda.”5

Tidak lama setelah itu, Marion berada dalam perjalanan ke Australia, di mana dia telah melayani dengan setia. Kemudian, dia menjadi seorang Rasul yang hebat dan anggota Presidensi Utama.

Cerita terakhir dikisahkan oleh Presiden Boyd K. Packer mengenai dampak yang seorang guru lanjut usia miliki terhadap William E. Berrett. Guru tersebut, seorang yang insaf dari Norwegia, memiliki keterampilan bahasa Inggris yang tidak sempurna. Terlepas dari keterbatasan yang guru ini miliki, Presiden Packer mengatakan bahwa “Brother Berrett telah memberikan kesaksian di lebih dari satu kesempatan, ‘Kita dapat memperkuat iman kita melalui pengaruh imannya.’”6

Kemudian, William menjadi kepala seminari, institut dan sekolah-sekolah Gereja.

Bagi Phoebe, Marion, dan William, mendengar kesaksian yang murni menjadi katalisator yang telah mengubah kehidupan mereka untuk selamanya. Hal yang sama berlaku bagi para siswa Anda. Namun, mengingat kenyataan yang ada di dunia zaman sekarang, kesaksian yang murni mungkin tidak selalu cukup. Phoebe, Marion, dan William bersih dan murni serta bebas dari pornografi dan keduniawian ketika mereka diajar oleh para misionaris, guru, dan pemimpin yang diilhami. Roh dengan mudah menembus ke dalam hati mereka yang lembut dan murni.

Di zaman sekarang, ceritanya jauh berbeda, karena sejumlah siswa Anda telah dicemari oleh pornografi dan keduniawian sebelum mereka bahkan tiba di kelas Anda.

Baru satu generasi yang lalulah di mana akses orang-orang muda kita terhadap informasi mengenai sejarah, ajaran, dan praktik-praktik kita pada dasarnya terbatas pada materi-materi yang dicetak oleh Gereja. Sedikit siswa yang memiliki akses pada penafsiran yang berbeda mengenai Gereja. Kebanyakan, orang-orang muda kita menjalani kehidupan di lingkungan yang terlindungi.

Kurikulum kita pada waktu itu, walaupun dibuat dengan tujuan yang baik, tidak mempersiapkan siswa untuk menghadapi zaman sekarang—zaman di mana siswa memiliki akses cepat terhadap hampir segala sesuatu mengenai Gereja dari setiap kemungkinan sudut pandang. Sekarang, apa yang mereka lihat dalam ponsel mereka kemungkinan adalah sesuatu yang menantang iman atau yang meneguhkan iman. Banyak di antara orang muda kita lebih akrab dengan Google daripada dengan Injil, lebih terbuka pada Internet daripada ilham, dan lebih terlibat dengan Facebook daripada dengan iman.

Bertalian dengan tantangan-tantangan ini, Dewan Pendidikan baru-baru ini menyetujui sebuah inisiatif baru dalam seminari dan institut yang disebut Penguasaan Ajaran. Membangun di atas apa yang telah dilakukan dalam Penguasaan Tulisan Suci, inisiatif baru ini akan berfokus pada membangun dan memperkuat iman siswa kita kepada Yesus Kristus dan membentengi mereka dengan kemampuan yang meningkat untuk menjalankan dan menerapkan Injil dalam kehidupan mereka. Mendekat pada tulisan suci dan perkataan para nabi, mereka akan belajar bagaimana bertindak dengan iman di dalam Kristus untuk memperoleh pengetahuan dan pemahaman rohani tentang Injil. Dan mereka akan memiliki kesempatan untuk belajar bagaimana menerapkan ajaran Kristus dan asas-asas Injil terhadap pertanyaan-pertanyaan dan tantangan-tantangan yang mereka dengar dan lihat setiap hari di antara teman sebaya mereka dan di media sosial.

Inisiatif ini diilhami dan tepat waktu. Itu akan memiliki dampak yang hebat dalam diri kaum muda kita. Akan tetapi, keberhasilan dari Penguasaan Ajaran, dan semua program penelaahan lainnya di CES, akan bergantung pada jangkauan penting Anda.

Dalam menghadapi tantangan-tantangan ini, apakah kesempatan dan tanggung jawab Anda sebagai guru CES di abad ke 21? Tentu saja, Anda harus mengasihi Tuhan, Gereja-Nya, dan siswa Anda. Anda juga harus sering memberikan kesaksian yang murni secara tulus dan sering. Selain itu, lebih dari di masa kapan pun dalam sejarah kita, siswa Anda juga perlu diberkati dengan mempelajari isi konteks yang bersifat ajaran atau sejarah melalui penelaahan dan iman yang disertai dengan kesaksian yang murni sehingga mereka dapat mengalami keinsafan yang matang dan langgeng terhadap Injil serta komitmen seumur hidup terhadap Yesus Kristus. Keinsafan yang matang dan langgeng berarti mereka akan “tetap di dalam perahu dan berpegang erat” di sepanjang kehidupan mereka.7

Bagi Anda untuk memahami isi dan konteks ajaran serta sejarah tulisan suci dan sejarah kita, Anda akan perlu menelaah dari “buku-buku terbaik,” sebagaimana yang Tuhan arahkan. “Buku-buku terbaik” meliputi tulisan suci, ajaran-ajaran dari para nabi dan rasul modern, serta studi akademik OSZA terbaik yang tersedia. Melalui upaya-upaya tekun Anda untuk belajar melalui penelaahan dan iman, Anda akan mampu menolong siswa Anda mempelajari keterampilan dan sikap yang diperlukan untuk membedakan antara informasi yang dapat dipercaya yang akan meningkatkan mereka dengan penafsiran-penafsiran setengah benar dan tidak benar tentang ajaran, sejarah, dan praktik-praktik yang akan melemahkan iman mereka.

Ajarilah mereka mengenai tantangan-tantangan yang mereka hadapi ketika mengandalkan Internet untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang memiliki makna kekal. Ingatkan mereka bahwa Yakobus tidak mengatakan, “Tetapi apabila di antara kamu ada yang kekurangan hikmat, hendaklah ia memintakannya kepada Google!”8

Orang yang bijaksana tidak mengandalkan Internet untuk mendiagnosis dan merawat tantangan kesehatan emosional, mental, dan fisik, khususnya tantangan yang mengancam nyawa. Alih-alih, mereka mencari para ahli kesehatan, orang yang dilatih dan diberi lisensi oleh instansi medis dan pemerintah yang diakui. Bahkan setelah itu, orang yang bijaksana mencari pendapat kedua.

Jika itu adalah jalan yang masuk akal untuk diambil dalam menemukan jawaban terhadap masalah kesehatan emosional, mental, dan fisik, bahkan yang terlebih masuk akal lagi ketika ini melibatkan kehidupan kekal. Ketika sesuatu berpotensi mengancam kehidupan rohani kita, hubungan keluarga paling berharga kita, dan keanggotaan kita dalam kerajaan, kita hendaknya mencari para pemimpin Gereja yang bijaksana dan setia untuk membantu kita. Dan, bila perlu, kita hendaknya meminta mereka yang memiliki pelatihan, pengalaman, dan keahlian akademis yang tepat untuk membantu.

Inilah yang persis saya lakukan ketika saya membutuhkan jawaban atas pertanyaan saya sendiri yang tidak dapat saya jawab sendiri. Saya mencari bantuan dari para Pemimpin Utama dalam Kuorum Dua Belas dan dari orang lain yang memiliki keahlian dalam bidang sejarah dan ajaran Gereja.

Anda hendaknya ada di antara yang pertama, di luar keluarga siswa Anda, untuk memperkenalkan sumber-sumber yang berwenang mengenai topik-topik yang mungkin kurang dikenal maupun kontroversial sehingga siswa Anda akan mengevaluasi apa pun yang mereka dengar atau baca kemudian dalam konteks apa yang telah Anda ajarkan kepada mereka.

Kita memberikan imunisasi medis kepada para misionaris kita yang berharga sebelum mengirim mereka ke ladang misi agar mereka terlindungi dari penyakit-penyakit yang dapat membahayakan atau bahkan membunuh mereka. Demikian pula, mohon, sebelum Anda melepaskan mereka ke dunia, persiapkan para siswa Anda dengan memberikan penafsiran yang benar, bijaksana, dan akurat mengenai ajaran Injil, tulisan suci, sejarah kita, dan topik-topik yang terkadang disalahpahami itu.

Beberapa topik semacam itu adalah yang kurang dikenal atau kontroversial, saya berbicara mengenai poligami, batu pelihat, cerita-cerita yang berbeda mengenai Penglihatan Pertama, proses penerjemahan Kitab Mormon atau Kitab Abraham, isu gender, ras dan imamat, atau Ibu Surgawi.

Upaya-upaya untuk mempersiapkan orang-orang muda kita sering kali akan berada di pundak Anda, para guru CES. Dengan merenungkan hal-hal itu, temukanlah waktu untuk memikirkan mengenai kesempatan dan tanggung jawab Anda.

Para pemimpin Gereja saat ini sadar sepenuhnya akan akses tak terbatas terhadap informasi, dan kita melakukan upaya-upaya besar untuk memberikan konteks dan pemahaman yang akurat mengenai ajaran-ajaran Pemulihan. Sebuah contoh yang sangat baik mengenai upaya ini adalah 11 esai Topik Injil di LDS.org yang memberikan penafsiran yang seimbang dan dapat dipercaya mengenai fakta untuk isu-isu terkait Gereja yang kontroversial dan tidak familier.

Adalah penting bagi Anda untuk mengetahui dengan sangat baik isi dari esai-esai ini. Jika Anda memiliki pertanyaan mengenai hal itu, mohon tanyakan kepada seseorang yang telah menelaah dan memahaminya. Dengan kata lain, “upayakanlah pembelajaran, bahkan melalui penelaahan dan juga melalui iman” sewaktu Anda menguasai isi dari esai-esai ini.

Anda hendaknya juga familier dengan situs web Joseph Smith Papers dan bagian sejarah Gereja di LDS.org serta sumber-sumber lain yang diproduksi oleh para sarjana OSZA yang setia.

Upaya untuk transparansi Injil dan persiapan rohani melalui penelaahan ajaran dan sejarah yang bijaksana, disertai dengan kesaksian yang membara, adalah penangkal terbaik yang kita miliki untuk membantu siswa menghindari dan/atau menghadapi pertanyaan-pertanyaan, keraguan, atau krisis iman yang mungkin mereka miliki di zaman informasi ini.

Sewaktu Anda melakukan upaya untuk lebih memahami sejarah, ajaran, dan praktik-praktik kita—lebih daripada yang Anda lakukan sekarang—Anda akan siap untuk memberikan jawaban yang bijaksana, cermat, dan diilhami terhadap pertanyaan para siswa Anda.

Salah satu cara untuk mengetahui pertanyaan apa yang siswa Anda miliki adalah dengan mendengarkan mereka secara saksama.

Putri kecil pertama kami, ketika dia berusia lima tahun, naik ke pangkuan saya sementara saya membaca surat kabar. Dia menceritakan kepada saya sesuatu yang penting baginya, dan saya tidak memberikan perhatian. Maka dia mengangkat tangan kecilnya, menarik surat kabar, menangkupkan kedua tangannya pada wajah saya, melihat ke mata saya, dan berkata, “Ayah tidak mendengarkan saya!” Dia benar—dan saya salah karena tidak mendengarkan dia. Semua guru yang baik perlu menjadi pendengar yang baik.

Selain mendengarkan siswa Anda, mohon undanglah mereka di dalam kelas atau secara pribadi untuk mengajukan pertanyaan kepada Anda mengenai topik apa pun.

Salah satu pertanyaan paling penting yang siswa Anda mungkin tanyakan adalah “Mengapa?”

Ketika ditanya dengan hasrat yang tulus untuk memahami, “Mengapa?” adalah sebuah pertanyaan penting. Itu adalah pertanyaan yang para misionaris ingin para simpatisan mereka ajukan. Mengapa kita berada di sini? Mengapa hal-hal buruk terjadi kepada orang yang baik? Mengapa kita hendaknya berdoa? Mengapa kita hendaknya mengikuti Kristus? Sering kali pertanyaan “mengapa” inilah yang menuntun pada ilham dan wahyu. Mengetahui rencana keselamatan Bapa Surgawi kita akan membantu menjawab kebanyakan dari pertanyaan “mengapa.” Saya akan membicarakan lebih banyak lagi mengenai hal ini beberapa saat lagi.

Berikut adalah satu catatan terakhir mengenai menjawab pertanyaan. Adalah penting untuk mengajarkan kepada siswa Anda bahwa walaupun Injil memberikan banyak, mungkin paling banyak, jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan paling penting dalam kehidupan, beberapa pertanyaan tidak dapat dijawab dalam kefanaan karena kita kurang memiliki informasi yang dibutuhkan untuk memperoleh jawaban yang tepat. Sebagaimana kita mempelajari dalam Yakub: “Lihatlah, besar dan menakjubkanlah pekerjaan Tuhan. Betapa tak terselidikinya kedalaman dari misteri tentang Dia; dan adalah tidak mungkin bahwa manusia akan menemukan semua jalan-Nya. Dan tak seorang pun tahu tentang jalan-Nya kecuali itu diungkapkan kepadanya.”9

Perhatian: Mohon kenalilah apa yang mungkin Anda percayai, seperti banyak dari siswa Anda, bahwa Anda adalah ahli tulisan suci, ajaran, dan sejarah Gereja. Sebuah penelitian baru-baru ini mengungkapkan bahwa “semakin orang mengira mereka tahu mengenai sebuah topic, semakin besar kemungkinan mereka menyatakan memahami melampaui apa yang mereka ketahui, bahkan hingga pada tingkat berpura-pura memiliki pengetahuan mengenai fakta palsu dan informasi yang direkayasa.”10

Diidentifikasi sebagai “pengklaiman berlebihan,” godaan ini harus dihindari oleh Anda para guru CES. Adalah diperbolehkan untuk mengatakan, “Saya tidak tahu.” Namun, setelah itu diucapkan, Anda memiliki tanggung jawab untuk menemukan jawaban terbaik atas pertanyaan-pertanyaan bijaksana yang siswa Anda ajukan.11

Dalam mengajar siswa Anda dan menjawab pertanyaan mereka, izinkan saya memperingatkan Anda untuk tidak membagikan cerita-cerita yang dimaksudkan untuk meneguhkan iman tetapi yang kebenarannya belum dibuktikan atau pemahaman dan penjelasannya tidak berlaku lagi tentang ajaran dan praktik-praktik kita di masa lampau. Adalah selalu bijaksana untuk membiasakan diri menelaah perkataan para nabi dan rasul yang hidup; tetap memiliki informasi terkini mengenai isu-isu, kebijakan, dan pernyataan Gereja melalui mormonnewsroom.org dan LDS.org; serta selidikilah karya para cendekiawan OSZA yang setia, bijaksana dan diakui untuk memastikan Anda tidak mengajarkan hal-hal yang tidak benar, ketinggalan zaman, atau aneh dan unik.

Para penulis yang meneliti mengenai studi “pengklaiman secara berlebihan” menyatakan bahwa “kecenderungan untuk mengklaim sesuatu secara berlebihan, khususnya pada mereka yang menganggap dirinya ahli, sesungguhnya justru menciutkan hati orang-orang dari mendidik dirinya sendiri dalam bidang-bidang yang mereka anggap mereka miliki pengetahuannya.”

Wakil Presiden akademis BYU mengamati, “Menjadi ahli dalam suatu bidang adalah menyenangkan, khususnya ketika para siswa dan kolega menyimak setiap perkataan yang kita ucapkan. Namun, tanpa komitmen yang kuat terhadap pembelajaran yang berkelanjutan kita akan tergoda untuk mengklaim secara berlebihan, dan tidak seorang pun yang menyukai orang yang ‘sok tahu.’”12

Saya mengulangi peringatan Presiden Hinckley, “Kita harus sangat berhati-hati. Kita harus memastikan bahwa kita tidak ke luar [jalur].13

Selain menjadi peserta didik seumur hidup, Anda juga harus melakukan hal-hal itu dalam kehidupan pribadi Anda yang memungkinkan Roh Kudus bekerja dalam diri Anda. Hal-hal yang perlu Anda lakukan itu meliputi doa harian yang tulus, berpuasa dengan setia, menelaah dan merenungkan tulisan suci dan perkataan para nabi yang hidup secara teratur, menjadikan hari Sabat suatu kenikmatan, mengambil sakramen dengan kerendahan hati, selalu mengingat Juruselamat, beribadat di bait suci sesering mungkin, dan terakhir, membantu yang membutuhkan, yang miskin, dan yang kesepian—baik mereka yang berada dekat dengan Anda maupun di seluruh dunia.

Untuk dengan tepat memenuhi kesempatan dan tanggung jawab Anda, rekan guru terkasih, Anda harus menerapkan apa yang Anda ajarkan!

Beranilah dalam meminta nasihat dan koreksi dari mereka yang Anda percayai—pasangan, pemimpin imamat, atau penyelia. Tanyakan kepada mereka di mana Anda dapat meningkatkan diri dalam kemuridan pribadi Anda. Ini sangat penting terutama bagi karyawan penuh-waktu kita, mereka yang didukung oleh dana persepuluhan yang sacral Gereja. Anda harus menghindari apa pun yang mengusir Roh.

Selain itu, izinkan saya menyarankan Anda melakukan wawancara pribadi dengan diri Anda sendiri secara teratur dan meninjau 2 Nefi 26:29–32, Alma 5:14–30, serta Ajaran dan Perjanjian 121:33–46. Itu akan menolong mengidentifikasi jenis-jenis godaan yang dapat kita semua hadapi. Jika sesuatu perlu diubah dalam hidup Anda, maka bertekadlah untuk memperbaikinya.

Hindari godaan meragukan motif rekan kerja Anda. Alih-alih, mohon introspeksi ke dalam hati Anda sendiri dan selidikilah hasrat serta motif Anda sendiri. Baru setelah itulah Juruselamat dapat mengubah hati Anda dan menyelaraskan hasrat serta motif Anda sendiri dengan motif-Nya.

Angkatan muda perlu mengetahui, memahami, menerima, dan berperan serta dalam rencana keselamatan. Memahami rencana itu akan memberi mereka wawasan ilahi untuk melihat diri mereka sendiri sebagai para putra dan putri Allah, yang memberi sudut pandang untuk memahami hampir setiap ajaran, praktik, dan kebijakan Gereja.

Sebagai guru CES di zaman sekarang, Anda harus menerima kesempatan dan tanggung jawab untuk mengajarkan kepada kaum muda abad ke-21 asas-asas yang benar mengenai rencana itu, termasuk ajaran tentang pernikahan yang disetujui secara ilahi dan peran keluarga sebagaimana dijelaskan dalam maklumat tentang keluarga.14

Ajaran mengenai pernikahan dan keluarga kekal adalah bagian yang penting dari rencana kebahagiaan Allah. Itu mencakup keluarga kita sendiri yang dimeteraikan di bait suci sebagai bagian dari keluarga kekal Bapa Surgawi sendiri dalam kerajaan selestial. Karena itu berhubungan langsung dengan keluarga-Nya sendiri dan dengan anak-anak roh-Nya sendiri, kita diajari dalam Kejadian bahwa “laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka” dan bahwa Dia memerintahkan Bapa Adam dan Ibu Hawa untuk “beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi.”15

Telah dikatakan bahwa rencana kebahagiaan berawal dan berakhir dengan keluarga. Sesungguhnya, awal keluarga adalah di dunia prafana, di mana kita tinggal sebagai anggota keluarga orangtua surgawi kita. Dan pada akhirnya, komitmen dan hubungan penuh kasih dalam keluarga tidak hanya akan terus ada tetapi juga berkembang melalui proses prokreasi.16

Unsur penting yang menghubungkan semuanya—yang padanya rencana Allah dan nasib kita sendiri bergantung dan yang padanya semua hal lain bergantung—adalah Juruselamat kita, Yesus Kristus. Kurban pendamaian-Nya memungkinkan segala sesuatu, termasuk, namun tidak terbatas pada, pernikahan dan keluarga yang penuh kasih, peduli, serta kekal.

Tuhan mengajari kita bahwa tidak seorang pun, terlepas dari kesalehannya, dapat memiliki semua yang Bapa Surgawi kita miliki bagi anak-anak-Nya. Seorang individu hanyalah separuh dari yang dibutuhkan, tidak mampu berada dalam tingkat tertinggi kerajaan selestial.17

Siswa Anda perlu memahami bahwa tujuan kefanaan adalah untuk menjadi lebih seperti Allah dengan memperoleh tubuh jasmani, menjalankan hak pilihan, dan melakukan peran-peran yang sebelumnya milik orangtua surgawi—peran sebagai suami, istri, dan orangtua.

Para nabi telah meyakinkan semua yang layak dan yang bersandar kepada Yesus Kristus namun belum dapat dimeteraikan kepada seorang pasangan atau memiliki anak-anak dalam kehidupan ini dapat memiliki kesempatan itu di dunia yang akan datang.

Ajarilah kaum muda kita bahwa di Gereja Tuhan, semua orang diterima untuk beribadat, melayani, dan tumbuh bersama sebagai brother dan sister dalam Injil. Ingatkan mereka apa yang Lehi ajarkan, bahwa tujuan dan harapan Allah bagi semua anak-Nya dapat dirangkum sebagai berikut: “Adam jatuh agar manusia boleh ada; dan manusia ada, agar mereka boleh merasakan sukacita.”18

Bapa Surgawi ingin kita menerima definisi-Nya tentang pernikahan dan mematuhi perintah utama-Nya untuk “beranak cucu dan memenuhi bumi”—tidak saja untuk memenuhi rencana-Nya tetapi juga untuk memperoleh sukacita yang dirancang rencana-Nya untuk diberikan kepada putra dan putri-Nya.

Para anggota Gereja bukanlah satu-satunya yang mengenali asas ini. Penulis New York Times, David Brooks, mengamati, “Orang tidak menjadi lebih baik ketika mereka diberi kebebasan pribadi maksimum untuk melakukan apa pun yang ingin mereka lakukan. Mereka menjadi lebih baik ketika mereka memiliki komitmen yang lebih besar daripada pilihan pribadi mereka—komitmen terhadap keluarga, Allah, karier dan negara.”19

Sebagai tenaga pendidik Gereja,bantulah remaja kita untuk memiliki pemahaman yang jelas mengenai rencana kebahagiaan Allah yang dengannya sukacita sejati datang kepada anak-anak-Nya. Bantulah mereka untuk mengetahuinya, merangkulnya, berperan serta di dalamnya, dan membelanya. Dari pengalaman selama 40 tahun saya sebagai seorang Pembesar Umum, saya prihatin tentang jumlah besar dari anggota Gereja kita, tua dan muda, yang tidak memahami rencana bagi tujuan kekal dan ilahi mereka.

Sesama guru terkasih, kita hendaknya mencari dan menghargai kesempatan-kesempatan ini untuk menjelaskan, secara ajaran dan secara rohani, mengapa kita memercayai bahwa pengetahuan tentang rencana kebahagiaan Allah yang besar akan menjawab sebagian besar dari pertanyaan “mengapa” yang mungkin kita ajukan. Menyatakan kepercayaan kita di kehidupan prafana di mana kita hidup sebagai anak-anak roh dari Bapa Surgawi dan Ibu Surgawi mengizinkan kita untuk menjelaskan mengapa bumi ini diciptakan. Tujuan utama kita akan kehidupan fana adalah bahwa kita dapat memiliki pengalaman untuk membentuk keluarga kita sendiri, hanya kali ini dalam peranan sebagai orangtua alih-alih sekadar sebagai anak-anak. Hargailah pemahaman dasar Anda tentang ajaran dan tujuan dari rencana Bapa Surgawi kita bagi kebahagiaan kekal kita. Dan teruslah mengajarkannya.

Jadi, untuk mengakhiri dan meringkas: dari komentar Penatua Kim B. Clark sebelumnya malam ini kita belajar Anda adalah guru yang diutus dari Allah, dipenuhi dengan iman, pengharapan, kerendahhatian, dan kasih.20

Poin-poin yang telah saya bagikan kepada Anda adalah:

  • Ajari siswa untuk menggabungkan pembelajaran melalui penelaahan dan iman dengan kesaksian yang murni. Ajari mereka untuk tetap berada di kapal dan bertahan!

  • Ajari siswa untuk mengendalikan ponsel mereka dan berfokus untuk lebih terhubung pada Roh Kudus daripada Internet.

  • Persiapkan siswa dengan kebenaran-kebenaran tentang rencana keselamatan yang terdapat dalam Injil Yesus Kristus.

  • Kuasai isi dari esai-esai Topik Injil.

  • Ingatlah bahwa “Mengapa?” dapat menjadi sebuah pertanyaan yang bagus yang mengarah pada pemahaman Injil.

  • Jangan mengklaim secara berlebihan, dan jangan takut untuk mengatakan, “Saya tidak tahu.”

  • Jadilah peserta didik seumur hidup.

  • Mintalah nasihat dan koreksi dari mereka yang Anda percayai.

  • Pertimbangkan untuk mengadakan wawancara pribadi sesekali waktu untuk meninjau persiapan rohani, ketekunan, dan keefektifan Anda.

  • Ajarkan bahwa rencana kebahagiaan berawal dan berakhir dengan keluarga. Ingatlah rencana keselamatan di sepanjang waktu.

  • Ajarkan bahwa pernikahan dan keluarga mendatangkan sukacita abadi.

  • Ingatlah, menggabungkan pembelajaran melalui penelaahan, melalui iman, dan melalui kesaksian yang murni mendatangkan keinsafan sejati dan bertahan lama.

  • Di atas segalanya, iman yang kuat dalam Pendamaian Tuhan Yesus Kristus adalah penting bagi kekuatan dan pertumbuhan rohani kita.

Nah, rekan guru terkasih, semoga Allah memberkati Anda masing-masing. Beban apa pun yang mungkin Anda miliki, semoga itu diangkat. Semoga Anda menemukan sukacita dan kedamaian yang datang dari mengetahui melalui pengajaran Anda bahwa Anda telah menyentuh suatu kehidupan, Anda telah mengangkat seorang anak Allah dalam perjalanannya untuk suatu hari kelak diterima sekali lagi di dalam hadirat-Nya. Saya meninggalkan bagi Anda saksi saya dan kesaksian saya bahwa kita memiliki kegenapan Injil abadi Yesus Kristus sebagaimana dipulihkan melalui Nabi Joseph Smith. Kegenapan Injil ada di tangan Anda. Kita harus mendapatkannya di dalam pikiran kita dan ke dalam hati kita serta mengajarkannya dengan kuasa. Semoga Allah sedemikian memberkati kita masing-masing adalah doa dan berkat rendah hati saya, dalam nama Yesus Kristus, amin.

Catatan

  1. Pertemuan pelatihan Pembesar Umum, 29 September 1992.

  2. Ajaran dan Perjanjian 88:118.

  3. Harold B. Lee, dalam Clyde J. Williams, edisi The Teachings of Harold B. Lee (1996), 331.

  4. Edward William Tullidge, The Women of Mormondom (1877), 412.

  5. F. Burton Howard, Marion G. Romney: His Life and Faith (1988), 63–64.

  6. Boyd K. Packer, “A Tribute to the Rank and File of the Church,” Ensign, Mei 1980, 62.

  7. Lihat M. Russell Ballard, “Stay in the Boat and Hold On!” Ensign atau Liahona, November 2014, 89–92.

  8. Lihat Yakobus 1:5.

  9. Yakub 4:8; lihat juga Ajaran dan Perjanjian 101:32–34.

  10. Brent W. Webb, “Quest for Perfection and Eternal Life” (Brigham Young University annual university conference faculty session, 24 Agustus 2015), 10, speeches.byu.edu; lihat Stav Atir, Emily Rosenzweig, dan David Dunning, “When Knowledge Knows No Bounds: Self-Perceived Expertise Predicts Claims of Impossible Knowledge,” Psychological Science, Agustus 2015, 1295–1303; doi: 10.1177/0956797615588195.

  11. See Ajaran dan Perjanjian 101:32–34.

  12. Brent W. Webb, “Quest for Perfection and Eternal Life,” 10, speeches.byu.edu.

  13. Pertemuan pelatihan Pembesar Umum, 29 September 1992.

  14. See “Keluarga: Maklumat kepada Dunia,” Ensign atau Liahona, November 2010, 129.

  15. Lihat Kejadian 1:27–28.

  16. Lihat Ajaran dan Perjanjian 131:1–4,132:19.

  17. Lihat 1 Korintus 11:11 dan Ajaran dan Perjanjian 131:1–4.

  18. 2 Nefi 2:25.

  19. David Brooks, “The Age of Possibility,” New York Times, 15 November 2012, nytimes.com.

  20. Kim B. Clark, “Teachers Come from God” (semalam bersama Penatua M. Russell Ballard, 26 Februari 2016), broadcasts.lds.org.