Ajaran-Ajaran Presiden
Bab 14: Kasih di Rumah


Bab 14

Kasih di Rumah

Bagaimanakah orang tua dapat memperkuat ikatan kasih antara mereka dan anak-anak mereka?

Pendahuluan

“Keluarga adalah yang paling penting dalam pencarian kita bagi permuliaan dalam kerajaan Bapa Surgawi,” Presiden Harold B. Lee mengajarkan.1 Dengan mengingat tujuan yang tinggi ini, dia sering berbicara mengenai pentingnya kasih dalam memperkuat hubungan keluarga. Dia mendorong orang tua dan anak-anak untuk menerapkan semangat misi Elia kepada para anggota keluarga mereka yang masih hidup dan membalikkan hati mereka terhadap satu sama lain dalam kasih. Dia berkata:

“Anda mungkin ingat sesuatu yang telah Anda terapkan hanya untuk pekerjaan bait suci—misi nabi Elia dimana Maleakhi mengatakan, dan telah diulangi dalam wahyu modern: ‘Lihatlah, Aku akan menyatakan Imamat kepadamu, melalui tangan nabi Elia, menjelang datangnya hari Tuhan yang besar dan mengerikan itu. Dan Dia akan menanamkan di dalam hati anak-anak janji yang dibuat kepada para ayah dan hati anak-anak akan dibalikkan terhadap ayah mereka. Jika tidak demikian, seluruh bumi akan ditumpas sama sekali pada waktu kedatangan-Nya’ (A&P 2:1–3).

“Tidak diragukan lagi, sekarang tulisan suci itu memiliki makna yang lebih penting. Jika hati anak-anak tidak dibalikkan kepada orang tua mereka dan hati orang tua tidak dibalikkan kepada anak-anak mereka di zaman sekarang, dalam kefanaan, maka bumi akan ditumpas sama sekali pada waktu kedatangan-Nya. Tidak pernah sebelumnya dimana begitu banyak dibutuhkan di rumah-rumah para Orang Suci Zaman Akhir dan di dunia pada umumnya daripada di zaman sekarang. Kebanyakan dari penyakit-penyakit yang menimpat remaja sekarang disebabkan oleh hancurnya rumah tangga. Hati para ayah harus dibalikkan kepada anak-anak mereka, dan anak-anak kepada ayah mereka, jika dunia ini ingin diselamatkan dan orang-orang siap bagi kedatangan Tuhan.”2

Ajaran-ajaran Harold B. Lee

Bagaimanakah kita dapat mendorong kasih dan kebahagiaan yang lebih besar di rumah kita?

Saya telah memiliki kesempatan istimewa untuk mengadakan kunjungan secara teratur bersama para Pembesar Umum lainnya ke rumah-rumah terbaik para umat kita, dan dari kunjungan-kunjungan tersebut saya telah mengumpulkan sedikit demi sedikit beberapa … unsur yang membangun kekuatan kebahagiaan di rumah ….

Saya melihat keluarga-keluarga ini memperlihatkan rasa hormat terhadap satu sama lain, ayah kepada ibu, dan kasih sayang kepada istrinya, dan ibu kepada ayah; tidak ada pertengkaran, tidak ada percekcokan paling tidak di depan anak-anak, kesalahpahaman dibicarakan dengan akal sehat—saya melihat salah satu dari keluarga tersebut dengan sembilan anak-anak yang memberikan kesaksian atas fakta bahwa mereka tidak pernah mendengar ayah dan ibu mereka bertengkar. Sebagai hasilnya, di dalam sembilan rumah dari anak-anak ini, setelah mengikuti masa pengajaran ini, dan teladan baik dari orang tua mereka, kini terdapat sembilan keluarga yang lebih indah dan lebih mapan hidup bersama dengan bahagia ….

Pemeliharaan hubungan rohani, pelaksanaan doa-doa keluarga, perhatian secara terus menerus terhadap tugas-tugas Gereja adalah hal-hal yang telah menolong keluarga-keluarga ini menjadi keluarga yang bahagia.3

Beberapa tahun yang lalu seorang ayah datang kepada saya dengan perasaan sangat menderita atas fakta bahwa semua anggota keluarganya—semua anaknya—mengalami masalah di keluarga masing-masing setelah mereka menikah. Dia berkata kepada saya dengan perasaan yang sangat sedih, “Apa sebetulnya yang telah terjadi dalam keluarga saya sehingga mereka semua mengalami kesulitan ini? Tidak seorang pun di antara mereka memiliki keluarga yang bahagia dan harmonis.” Sebetulnya saya tidak mengatakannya, tetapi saya melihat di dalam rumah pria tersebut ketika anak-anak tersebut belum menikah di sekitar meja makan. Saya melihat egoisme, ketidaksediaan untuk saling berkorban demi kesejahteraan satu sama lain. Saya melihat saling berebut, saling berteriak, saling memarahi, saling berkelahi, dan saling mengganggu. Saya tahu makanan apa yang mereka berikan ketika mereka masih muda. Saya tidak terkejut mengapa mereka tidak memiliki rumah tangga yang bahagia.4

Kebahagiaan datang dari pelayanan yang tidak mementingkan diri. Rumah yang bahagia adalah rumah dimana terhadap usaha setiap hari untuk melakukan pengorbanan demi kebahagiaan satu sama lain.5

Kasih kepada Allah adalah bukan sesuatu yang Anda peroleh hanya dengan memohon. Yohanes mengatakan, “Jikalau seorang berkata: Aku mengasihi Allah, dan dia membenci saudaranya, maka dia adalah pendusta, karena barang siapa tidak mengasihi saudaranya yang dilihatnya, tidak mungkin mengasihi Allah, yang tidak dilihatnya?” (1 Yohanes 4:20). Anda tidak dapat mengasihi Allah dan kemudian membenci saudaramu yang tinggal bersama Anda. Siapa pun yang menganggap dirinya hebat secara rohani dan rumahnya tidak tertib karena pengabaian dan kelalaian mengurus istri dan anak-anaknya sendiri, maka orang itu tidak berada di jalan yang benar untuk membina kasih kepada Allah.6

Janganlah kita melupakan anjuran bijaksana Paulus ketika dia mengatakan agar kita “sungguh-sungguh” mengasihi mereka yang ada di sekitar kita, khususnya mereka yang mungkin dilanda kesedihan (lihat 2 Korintus 2:7–8). Petrus mengatakan hal yang sama dalam 1 Petrus, pasal pertama, untuk menganjurkan para anggota agar tidak hanya memperlihatkan “kasih persaudaraan yang tulus ikhlas” tetapi juga “hendaklah kamu bersungguh-sungguh saling mengasihi dengan segenap hatimu” (1 Petrus 1:22). Di dalam kerajaan, kemampuan kita untuk mengasihi adalah sangat penting karena kita hidup di zaman ketika “cinta kasih manusia akan menjadi beku” (A&P 45:27).7

Perkuatlah hubungan keluarga Anda dan pikirkanlah anak-anak Anda …. Pastikan untuk menjadikan rumah Anda tempat yang kuat agar anak-anak dapat datang untuk sauh yang mereka butuhkan di zaman yang penuh dengan kesulitan dan gejolak ini. Maka kasih akan berlimpah dan sukacita akan bertambah.8

Bagaimanakah ayah dan ibu dapat memperlihatkan kasih yang lebih besar kepada anak-anak mereka?

Saya pernah memiliki sebuah pengalaman yang telah mengajarkan saya sesuatu sebagai seorang kakek. Waktu itu adalah malam kegiatan festival dansa [Gereja] di stadion, dan dua putra tertua anak perempuan saya … memberikan banyak masalah kepada putri saya demikian menurut yang dia utarakan. Oleh karena itu saya berkata, “Bagaimana kalau saya mengajak kedua putramu pergi ke festival dansa di stadion?”

Dia berkata, “Oh, Ayah, kalau Ayah bersedia, saya akan senang sekali.”

Saya sebetulnya tidak tahu apa yang saya lakukan … . Sewaktu pertunjukannya mulai, saya tidak terlalu paham bahwa ada begitu banyak perbedaan antara anak usia tujuh tahun dan anak usia lima tahun. Cucu saya yang berusia tujuh tahun begitu terpesona dengan pertunjukan di lapangan sepak bola di bawah. Tetapi cucu saya yang berusia lima tahun, jangkauan perhatiannya agak pendek. Dia mulai menggeliat-geliut dan kemudian dia minta hot dog dan minta minum dan minta izin pergi ke toilet, pada dasarnya dia senantiasa ingin bergerak. Dan di sini saya duduk di depan bersama para Pembesar Umum, dan mereka tersenyum sewaktu mereka melihat petunjukan kecil ini berlangsung dan sementara saya berusaha menarik cucu saya ke sana ke mari agar berperilaku manis. Akhirnya, cucu saya yang berusia lima tahun tersebut berpaling kepada saya dan dengan kepalan tinju kecilnya dia meninju pipi saya dan dia berkata, “Kakek, jangan dorong-dorong saya!” Dan Anda tahu, wajah saya terasa sakit oleh tinjunya itu. Pada malam itu, saya pikir saya dapat melihat Pembesar Umum tertawa kecil sewaktu mereka melihat apa yang sedang terjadi, dan reaksi pertama saya adalah untuk memberinya pukulan di pantat sebagai pelajaran; itulah yang pantas diterimanya. Tetapi, saya telah melihat ibunya berbuat sesuatu. Saya telah melihat ibunya ketika anak ini marah dan dia berkata, “Kita harus mengasihi anak-anak kecil kita ketika mereka berada dalam suasana yang paling tidak menyenangkan.” Maka saya berpikir bahwa saya akan mencoba itu. Saya telah gagal dalam proses yang lain.

Maka saya memegang tangannya dan berkata kepadanya, “Nak, Kakek mengasihimu. Kakek ingin sekali agar kamu tumbuh menjadi anak yang baik. Kakek ingin agar kamu tahu bahwa Kakek mengasihimu, nak.” Wajah kecilnya yang sedang marah mulai [tenang], dan dia merangkul saya di sekitar leher saya dan mencium pipi saya, dan dia mengasihi saya. Saya telah menaklukkan dia dengan kasih. Dan pada waktu yang bersamaan, dia telah menaklukkan saya dengan kasih.9

Seorang ibu dari putra dan putri yang berhasil akan memberitahukan kepada Anda bahwa anak belasan tahun perlu dikasihi dan paling perlu dikasihi pada saat mereka paling tidak menyenangkan. Pikirkanlah mengenai itu, Anda sekalian para ayah dan ibu.10

Saya teringat sebuah peristiwa dalam keluarga saya sendiri ketika salah seorang dari cucu perempuan saya yang paling muda dikritik oleh ayahnya karena tidak mengurus kamarnya, tidak membereskan tempat tidur dan lain sebagainya dengan benar. Dan dengan perasaan yang sungguh-sungguh dia berkata, “Ayah, mengapa ayah hanya melihat hal-hal buruk untuk dikritik dan tidak pernah melihat hal-hal baik yang saya lakukan?” Ini membuat sang ayah tersebut berpikir serius, dan malam itu dia meletakkan di bawah bantal anak perempuannya itu sepucuk surat tanda kasih dan pengertian yang memberitahukan kepadanya segala hal yang dia kagumi dari anaknya, dan kemudian mulai memperbaiki rasa sakit yang telah diakibatkan oleh kritikannya yang terus menerus tanpa menghargai hal-hal baik yang anaknya lakukan.11

Saya teringat pengalaman masa kecil saya. Kami memiliki beberapa ekor babi yang memporak-porandakan kebun, sehingga menimbulkan kerusakan besar di tanah pertanian. Ayah menyuruh saya pergi ke toko dengan menempuh jarak 3 kilometer untuk membeli alat yang dapat kami gunakan untuk memasang lingkaran berbentuk cincin di moncong babi. Kami mengalami banyak kesulitan menggiring babi-babi untuk masuk ke kandang, dan sewaktu saya bermain-main dengan alat ini, yang telah disuruh untuk dibeli, saya menekannya terlalu keras sehingga patah. Ayah dapat dibenarkan untuk memarahi saya saat itu, setelah dengan susah payah dan mengeluarkan uang untuk membelinya, tetapi dia hanya memandang ke arah saya sambil tersenyum dan berkata, “Nak, tampaknya kita belum bisa memasang lingkaran cincin kepada babi hari ini. Lepaskan babi-babi itu dan kita akan kembali besok dan mencobanya lagi.” Betapa saya mengasihi ayah saya, bahwa dia tidak memarahi saya atas kesalahan kecil yang tidak disengaja, yang jika dia marah akan merusak hubungan kami.12

Seorang ayah memang perlu mendisiplinkan anaknya, tetapi dia tidak boleh sekali-kali melakukannya dalam keadaan marah. Dia harus menunjukkan bertambahnya kasih sayang setelah itu, jangan sampai orang yang ditegur itu menganggap dia sebagai musuhnya (lihat A&P 121:43). Semoga Allah menghalangi anak memiliki perasaan bahwa ayah atau ibunya adalah musuhnya.13

Para orang tua sekalian, ingatlah bahwa sekarang adalah kesempatan Anda, Anda mungkin saja merasa dilecehkan sewaktu Anda bergumul sepanjang hari mengurus anak yang tidak mau patuh, tetapi itu adalah saat dimana Anda akan menikmati tahun-tahun emas yang paling membahagiakan dalam kehidupan Anda. Sewaktu Anda menyelimuti mereka di tempat tidur pada waktu malam, bersikaplah lembut terhadap mereka. Biarlah mereka mendengar suara yang lembut di tengah-tengah suara-suara kemarahan dan jahat yang mereka dengar di sepanjang kehidupan mereka. Biarlah ada sauh yang dapat menjadi tempat untuk berpaling bagi anak-anak kecil ini ketika semua yang lainnya gagal. Tuhan akan membantu Anda melakukan hal ini.14

Seorang dokter datang kepada saya. Dia adalah seorang dokter bedah otak …. Anak-anak [nya] yang masih kecil memberikan kereta salju sebagai hadiah Natal kepadanya, tetapi saat itu salju belum turun. Salju pertama turun kira-kira tiga puluh hari setelah Natal tahun itu. [Dokter tersebut] berkata, sementara dia tergesa-gesa pergi ke rumah sakit, “Kalau nanti Ayah pulang, kita akan naik kereta salju bersama,” dan anak laki-laki kecil menjawab, “Oh itu tidak mungkin, Ayah, karena Ayah tidak akan ada waktu buat saya.” Di sepanjang pagi itu dia merasa terganggu oleh jawaban anak kecil ini karena, itu memang benar, dia meluangkan waktu begitu banyak dalam pekerjaannya sehingga dia tidak menyempatkan waktu yang semestinya untuk anak-anaknya yang masih kecil-kecil. Maka pertanyaan yang mengganggunya adalah demikian, “Bersediakah Anda membahas sedikit mengenai bagaimana saya dapat memiliki keseimbangan hidup? Dengan teknologi bedah otak sedemikian cepat dewasa ini, saya dapat menguburkan diri saya sendiri dan tidak bisa memikirkan hal-hal lainnya untuk dapat membaca semua informasi mengenai profesi saya.” Sementara kami berbicara, kami menyimpulkan bahwa seorang pria memiliki tanggung jawab terhadap dirinya sendiri, terhadap keluarganya, terhadap Gereja, dan terhadap pekerjaannya; dan agar dia dapat memiliki kehidupan yang seimbang dia harus berusaha menemukan cara untuk memberikan pelayanan dalam setiap dari bidang-bidang ini.15

Jika kasih seorang ayah terhadap para putranya kuat, dan dia menggendong mereka sejak mereka kecil dengan pelukan kasih dan memberikan kehangatan kasih sayangnya kepada mereka, saya percaya bahwa persaudaraan seperti itu akan tumbuh menjadi matang dan membuat mereka tetap dekat ketika terjadi krisis dalam kehidupan putra-putra tersebut yang membutuhkan tangan yang siap membantu dari seorang ayah yang memahami. Seorang ibu yang menunggu dengan harap-harap cemas kembalinya putrinya dari pesta dansa larut malam untuk menerima ciuman selamat malam, dan mengetahui rahasia-rahasia terpendam yang diungkapkan pada puncak kebahagiaan seorang gadis, akan sangat diberkati dengan kasih seorang anak perempuan yang tidak pernah padam, yang akan menjadi pertahanan kekal melawan dosa karena ibunya mempercayainya.

Orang tua yang terlalu sibuk atau terlalu lelah untuk diganggu dengan gangguan-gangguan tak berdosa anak-anak dan menyingkirkan mereka atau mengirim mereka keluar rumah karena takut kalau keberadaan mereka di rumah mengganggu keadaan rumah yang sangat bersih dan rapi dapat membuat mereka terjatuh, karena kesepian, ke dalam masyarakat dimana dosa, kejahatan dan ketidaksetiaan diterima. Apa gunanya bagi seorang ayah, jika dia layak masuk Kerajaan Surga, namun kehilangan putra atau putrinya dalam dosa karena pengabaiannya? Semua bantuan pelayanan yang menyenangkan dari masyarakat di dunia, baik sosial maupun keagamaan, tidak akan pernah dapat menggantikan ibu bagi jiwa-jiwa yang hilang dalam rumahnya sendiri meskipun dia berusaha menyelamatkan umat manusia atau suatu tujuan, tanpa memandang betapa pun layak hal yang dia lakukan itu di luar rumah.16

Saya sering menasihati, dan saya akan mengulangi kembali kepada Anda, kepada Anda semua yang ada di sini: “Pekerjaan Tuhan paling penting yang akan Anda lakukan adalah pekerjaan yang ada di dalam rumah Anda sendiri.” Jangan pernah melupakan hal itu.17

Pengaruh apakah yang dapat diberikan kasih orang tua dan pengajaran injil terhadap anak-anak yang tidak patuh?

Suatu hari sepasang yang sedang mengalami kesulitan datang mengunjungi saya. Mereka memiliki seorang putri berusia enam belas tahun yang merupakan anak tertua dalam keluarga dan dia telah menyebabkan banyak kesulitan. Mereka hampir menyerah. Saya mengutip apa yang diucapkan Brother Marvin J. Ashton, bahwa rumah bukanlah rumah kegagalan sepanjang rumah itu tidak menyerah (lihat Conference Report, April 1971, hlm. 15). Nah, itu benar. Rumah harus terus mengasihi dan bekerja bersama [anak-anak remaja], sampai kita berhasil mengantar anak remaja melewati umur yang berbahaya itu. Tidak ada rumah yang gagal sebelum rumah itu berhenti mencoba untuk menolong.18

Kekuatan terbesar yang ditunjukkan oleh yang Mahakuasa yang kita lihat di zaman sekarang adalah penebusan terhadap jiwa-jiwa manusia dari kegelapan rohani menjadi terang rohani. Saya melihat dan mendengar peristiwa yang ajaib itu baru-baru ini ketika seorang pria yang kehidupannya sudah tidak dapat diperbaiki lagi, kini setelah mencapai usia baya, berbicara atas permintaannya sendiri pada upacara pemakaman ibunya yang lanjut usia. Ayah dan ibunya, patuh kepada perintah Tuhan, telah mengajar anak-anak mereka dengan tabah, termasuk putranya ini, yang dengan keras dan kasar menentang upaya-upaya mereka. Meskipun mendapat tantangan ini, sang ayah terus melanjutkan perannya sebagaimana yang seharusnya dilakukan oleh ayah yang setia; dia tidak saja mengajar, tetapi setiap hari Minggu dia berpuasa dan berdoa, khususnya untuk anaknya yang tidak patuh ini. Sang ayah diperlihatkan di dalam sebuah mimpi, seolah-olah meyakinkan dia kembali, putranya yang tidak mau patuh berjalan di dalam kabut yang tebal. Di dalam mimpi itu dia melihat putranya berjalan keluar dari kabut menuju sinar matahari yang cerah, dibersihkan melalui pertobatan yang murni. Kami melihat anak itu kini menjadi orang yang berubah dan menikmati berkat-berkat pilihan Tuhan dalam Gereja karena kesetiaan orang tuanya yang tidak pernah membuat anaknya gagal.19

Sekarang saya ingin mengucapkan hal ini kepada Anda, para ibu sekalian: Janganlah menyerah terhadap anak laki-laki atau anak perempuan [yang tidak patuh]; suatu hari kelak dia mungkin, seperti Anak yang Boros, kembali ke rumah tempat dia berasal, bagaikan kapal yang terombang-ambing dalam badai kembali ke pelabuhan yang aman.20

Sewaktu remaja, seseorang mungkin saja terlepas dari pengaruh rumah yang baik dan mungkin saja menjadi orang yang tak bertanggung jawab dan tersesat, tetapi jika ajaran-ajaran baik seorang ibu terhadap dia sewaktu masih kanak-kanak telah tertanam di dalam hatinya, dia akan kembali kepada ajaran-ajaran tersebut untuk memperoleh keselamatan, sebagaimana kapal yang terserang badai kembali ke pelabuhan yang aman.21

Jangan menyerah terhadap anak laki-laki atau anak perempuan yang berada dalam keadaan tidak tertahankan [egois] karena beberapa di antara anak belasan tahun akan pergi. Saya memohon kepada Anda demi anak-anak laki-laki dan perempuan itu. Jangan menyerah terhadap anak laki-laki dan anak perempuan yang berada dalam keadaan bebas yang susah diatur dan tidak mengharagai disiplin keluarga. Jangan menyerah terhadap anak laki-laki atau anak perempuan ketika dia memperlihatkan perilaku mengejutkan yang tidak bertanggung jawab. Orang yang sok tahu, merasa mandiri tidak membutuhkan nasihat apa pun, yang baginya hanya sekadar khotbah orang tua yang tidak memahami kehidupan remaja ….

Kami memiliki seorang cucu laki-laki yang melayani sebagai misionari di Misi Inggris Utara. Dia belum lama berada di sana sampai dia menulis surat yang menarik ke rumah dimana dia mengatakan bahwa nasihat orang tuanya kini muncul kembali kepada dirinya dengan sangat kuat. Nasihat itu bagaikan buku di atas rak yang telah berada di sana selama sembilan belas tahun dan dia mulai membukanya dan mulai membaca untuk yang pertama kalinya. Itulah putra dan putri Anda. Anda mungkin mengira mereka tidak mendengarkan. Mereka mengira bahwa mereka tidak mendengarkan, tetapi suatu hari kelak nasihat dan teladan Anda akan menjadi buku yang akan dibuka dan dibaca kembali pada saat yang paling mereka butuhkan.

Ada kekuatan-kekuatan yang muncul setelah orang tua berusaha dengan segenap kemampuan mereka untuk mengajar anak-anak mereka. Kekuatan seperti itu telah mempengaruhi Alma yang Muda, yang, bersama para putra Mosia, berusaha menghancurkan pekerjaan ayah mereka yang luar biasa. Anda ingat bahwa seorang malaikat diutus dan dia memukul Alma. Alma terbaring seolah-olah dia mati selama tiga hari dan tiga malam, dan malaikat tersebut berkata:

“Lihatlah, Tuhan telah mendengar doa umat-Nya dan juga doa hamba-Nya, Alma, yaitu ayahmu, karena ia telah berdoa dengan penuh iman mengenaimu supaya engkau dapat dibawa kepada pengetahuan akan kebenaran, karena itu, untuk maksud ini aku telah datang untuk meyakinkan engkau tentang kekuatan dan kekuasaan Allah, agar doa para hamba-Nya dapat dijawab sesuai dengan iman mereka” (Mosia 27:14).22

Mungkin tidak ada ibu atau ayah yang tidak mengatakan, “Semoga Tuhan membantu saya menjalani hidup saya selama ‘dua puluh lima’ jam sehari untuk mempersembahkan kehidupan saya bagi tugas seorang ibu dan ayah agar tidak seorang pun di antara anak saya dapat berhak mengatakan bahwa saya tidak melakukan apa pun dengan segenap kemampuan saya untuk membujuk dia untuk menghindarkan diri dari hal-hal yang buruk.” Ada di antara anak-anak kita yang tetap teguh dan setia, namun ada yang mulai tidak patuh, dan kadang-kadang kita tidak memahami mengapa. Tetapi, semoga kita semua bertekad bahwa sebagai orang tua di zaman sekarang kita akan hidup dekat dengan anak-anak kita, kita akan memberikan nasihat kepada mereka, kita akan memberikan mereka landasan asas-asas paling penting dari kebenaran ilahi.23

Saran-saran untuk Pembelajaran dan Pembahasan

  • Sebagai orang tua, apakah yang telah membantu Anda memperkuat kasih antara Anda dan anak-anak Anda? Bagaimanakah orang tua dapat memperhatikan kebutuhan khusus masing-masing anak?

  • Mengapa orang tua hendaknya selalu memperlihatkan rasa hormat terhadap satu sama lain di depan umum dan di dalam rumah mereka?

  • Bagaimanakah orang tua dapat mendorong sifat tidak mementing kan diri dan berkorban demi kebaikan satu sama lain di rumah mereka?

  • Mengapa penting bagi orang tua untuk mengasihi anak-anak mereka bahkan meskipun mereka berada pada saat yang paling tidak menyenangkan? Dengan cara-cara bagaimanakah orang tua dapat memperlihatkan persetujuan atas hal-hal baik yang dilakukan anak-anak mereka?

  • Bagaimanakah orang tua dapat menyeimbangkan tuntutan-tuntutan keluarga, gereja, dan pekerjaan?

  • Apakah menurut Anda makna yang dimaksudkan Presiden Lee ketika dia mengatakan, “Pekerjaan Tuhan paling penting yang akan Anda lakukan adalah pekerjaan yang ada di dalam

  • Bagaimanakah injil membantu orang tua mencegah anak-anak mereka agar tidak tersesat? Mengapa penting mengakui bahwa setelah kita berusaha dengan segenap kemampuan kita, anak-anak kita mungkin saja masih membuat pilihan-pilihan yang salah? Jaminan apakah yang diberikan injil kepada orang tua yang setia, yang terus mengasihi dan bekerja bersama anak-anak mereka?

Catatan

  1. Pengumuman pers untuk Konferensi Area Meksiko dan Amerika Tengah 1972, 2.

  2. The Teachings of Harold B. Lee, diedit oleh Clyde J. Williams (1996), 281.

  3. Dalam Conference Report, Oktober 1948, 52, 55.

  4. The Teachings of Harold B. Lee, 271.

  5. The Teachings of Harold B. Lee, 296.

  6. The Teachings of Harold B. Lee, 296.

  7. The Teachings of Harold B. Lee, 606.

  8. Dalam Conference Report, Konferensi Area Munich, Jerman 1973, 112.

  9. Ceramah dalam konferensi umum Sekolah Minggu, 5 Oktober 1973, Arsip Departemen Sejarah, Gereja Yesus Kristus dari Orang-orang Suci Zaman Akhir, 7–8.

  10. The Teachings of Harold B. Lee, 296.

  11. The Teachings of Harold B. Lee, 199.

  12. The Teachings of Harold B. Lee, 279–280.

  13. The Teachings of Harold B. Lee, 279.

  14. The Teachings of Harold B. Lee, 279.

  15. The Teachings of Harold B. Lee, 613–614.

  16. Decisions for Successful Living (1973), 24.

  17. The Teachings of Harold B. Lee, 280.

  18. The Teachings of Harold B. Lee, 278.

  19. The Teachings of Harold B. Lee, 278.

  20. The Teachings of Harold B. Lee, 279.

  21. The Teachings of Harold B. Lee, 287.

  22. Ye Are the Light of the World (1974), 275–276.

  23. The Teachings of Harold B. Lee, 276