2018
“Berada Bersama dan Menguatkan Mereka”
May 2018


“Berada Bersama dan Menguatkan Mereka”

Doa kami hari ini adalah agar semua pria dan wanita akan meninggalkan konferensi umum hari ini berkomitmen lebih dalam untuk dengan sepenuh hati saling peduli.

Mengutip Ralph Waldo Emerson, momen-momen paling berkesan dalam hidup adalah saat di mana kita merasakan aliran wahyu.1 Presiden Nelson, saya tidak tahu berapa banyak lagi “aliran” yang dapat kita tangani akhir pekan ini. Sebagian dari kita memiliki hati yang lemah. Tetapi sewaktu saya memikirkan tentang hal ini, Anda dapat menangani itu juga. Sungguh [Anda] seorang nabi!

Dalam semangat pernyataan dan kesaksian menakjubkan Presiden Nelson kemarin malam dan pagi ini, saya memberi kesaksian saya sendiri bahwa penyesuaian-penyesuaian ini adalah contoh dari wahyu yang telah membimbing Gereja ini sejak awal. Namun ada lebih banyak bukti bahwa Tuhan sedang mempergegas pekerjaan-Nya menurut waktunya.2

Bagi semua yang ingin sekali belajar perincian-perincian akan hal-hal ini, ketahuilah bahwa segera setelah akhir dari sesi konferensi, suatu rangkaian akan dimulai yang mencakup, tidak dalam rangkaian ini, mengirimkan surat dari Presidensi Utama kepada setiap anggota Gereja yang alamat poselnya telah kami miliki. Sebuah dokumen tujuh halaman tentang pertanyaan dan jawaban akan dilampirkan untuk semua pemimpin imamat dan organisasi pelengkap. Terakhir, materi-materi itu akan diposting segera di ministering.lds.org. “Carilah, maka kamu akan mendapat; ketuklah, maka pintu akan dibukakan bagimu.”3

Sekarang untuk tugas menakjubkan yang Presiden Russell M. Nelson telah berikan kepada saya dan kepada Sister Jean B. Bingham. Brother dan sister, saat pekerjaan kuorum dan organisasi pelengkap semakin matang secara lembaga, selanjutnya kita hendaknya menjadi matang secara pribadi—secara individu bangkit melampaui rutin apa pun yang bersifat mekanis, berfungsi tanpa perasaan menuju kemuridan sepenuh hati yang diartikulasikan oleh Juruselamat pada akhir pelayanan-Nya di bumi. Saat Dia bersiap untuk meninggalkan kelompok kecil pengikut-Nya yang masih naif dan agak bingung, Dia tidak mendaftar selusin langkah administratif yang harus mereka ambil atau memberi mereka segenggam laporan yang harus diisi dengan tiga salinan. Tidak, Dia merangkum tugas mereka dengan satu perintah fundamental: “Supaya kamu saling mengasihi; sama seperti Aku mengasihi kamu .… Dengan demikian semua orang akan tahu, bahwa kamu adalah murid-murid-Ku, yaitu jikalau kamu saling mengasihi.”4

Dalam upaya untuk menggerakkan kita lebih mendekati ideal Injil tersebut, konsep pelayanan imamat dan Lembaga Pertolongan yang baru diumumkan tersebut akan mencakup unsur-unsur berikut, yang sebagian darinya telah Lembaga Pertolongan terapkan dengan keberhasilan yang baik sekali.5

  • Kita tidak lagi akan menggunakan bahasa pengajar ke rumah dan pengajar berkunjung. Itu sebagian adalah karena kebanyakan dari upaya pelayanan kita akan berada dalam tatanan di luar rumah dan sebagian karena kontak kita tidak akan didefinisikan oleh mengajarkan pelajaran yang disiapkan, meskipun pelajaran tentunya dapat dibagikan jika ada kebutuhan untuk hal itu. Tujuan utama dalam kontak pelayanan akanlah, seperti dikatakan mengenai orang-orang pada zaman Alma “mengawasi orang-orang mereka, dan memelihara mereka dengan apa yang berkaitan dengan kebenaran.”6

  • Kita akan terus mengunjungi rumah sejauh memungkinkan, tetapi keadaan setempat seperti besarnya jumlah, jauhnya jarak, keamanan pribadi, dan kondisi menantang lainnya dapat menghalangi kunjungan ke setiap rumah setiap bulan. Seperti yang Presidensi Utama nasihatkan bertahun-tahun lampau, lakukanlah yang terbaik semampu Anda.7 Selain jadwal apa pun yang Anda tetapkan untuk kunjungan nyata, kalender itu dapat dilengkapi dengan hubungan telepon, catatan tertulis, posel, perbincangan video, perbincangan di pertemuan Gereja, proyek pelayanan bersama, kegiatan sosial, dan sejumlah kemungkinan dari dunia media sosial. Namun, saya hendaknya menekankan bahwa perluasan pandangan kebersamaan ini tidak mencakup pernyataan menyedihkan yang baru-baru ini saya lihat pada sebuah stiker bumper mobil. Bunyinya, “Jika saya membunyikan klakson, Anda telah diajar-ke-rumah.” Mohon, mohon, brother sekalian (para sister tidak akan pernah merasa bersalah karena itu—saya berbicara kepada para brother di Gereja), dengan penyesuaian ini kita ingin lebih banyak kepedulian dan perhatian, tidak kurang.

  • Dengan konsep pelayanan yang lebih didasari Injil ini, saya merasa Anda mulai panik mengenai apa yang dapat dimasukkan ke dalam laporan. Santai saja, karena tidak akan ada laporan apa pun—setidaknya bukan laporan model “saya berhasil melakukannya meski di detik terakhir” pada tanggal 31 tiap bulan. Dalam hal ini pun kita berusaha menjadi matang. Satu-satunya laporan yang akan dibuat adalah jumlah wawancara yang diadakan pemimpin dengan kerekanan yang melayani di lingkungan pada kuartal itu. Sesederhana itu terdengar, teman-teman, wawancara itu sangat krusial. Tanpa informasi itu uskup tidak akan memiliki cara untuk menerima informasi yang dia perlukan perihal keadaan rohani dan jasmani umatnya. Ingatlah: para brother yang melayani mewakili keuskupan dan presidensi kuorum penatua; mereka tidak menggantikan mereka. Kunci-kunci seorang uskup dan presiden kuorum jauh melampaui konsep melayani ini.

  • Karena laporan ini berbeda dengan apa pun yang telah Anda kirimkan di masa lalu, izinkan saya menekankan bahwa kami di kantor pusat Gereja tidak perlu mengetahui bagaimana atau di mana atau mengapa Anda membuat kontak dengan orang-orang Anda; kami hanya perlu mengetahui dan peduli bahwa Anda berhasil dan bahwa Anda memberkati mereka dalam setiap cara sebisa Anda.

Brother dan sister, kita memiliki kesempatan yang dikirim dari surga untuk memperlihatkan “ibadat yang murni tak ternoda di hadapan Allah”8—“menanggung beban satu sama lain, agar itu boleh menjadi ringan” dan untuk “menghibur mereka yang berada dalam kebutuhan akan penghiburan,”9 untuk melayani para janda dan anak yatim yang menikah dan yang lajang, yang kuat dan yang putus asa, yang tertindas dan yang kuat, yang bahagia dan yang sedih—singkatnya, kita semua, kita masing-masing, karena kita semua butuh merasakan hangatnya tangan pertemanan dan mendengar pernyataan iman yang teguh. Namun, saya memperingatkan Anda, nama yang baru, fleksibilitas yang baru, dan laporan yang lebih sedikit tidak akan menghasilkan perbedaan apa pun dalam pelayanan kita kecuali kita melihat ini sebagai suatu ajakan untuk saling peduli dengan cara yang berani, baru, dan lebih kudus yang Presiden Nelson baru saja katakan. Saat kita mengangkat pandangan rohani kita ke arah menjalankan hukum kasih dengan lebih universal, kita memberikan penghormatan kepada generasi-generasi yang telah melayani dengan cara itu selama bertahun-tahun. Perkenankan saya mencatat contoh baru-baru ini akan pengabdian semacam itu dengan harapan bahwa banyak orang akan memahami perintah Tuhan untuk “berada bersama dan menguatkan”10 brother dan sister kita.

Tanggal 14 Januari lalu, hari Minggu, beberapa waktu setelah pukul 5 sore, teman muda saya, Brett dan Kristin Hamblin, sedang berbincang di rumah mereka di Tempe, Arizona, setelah hari Brett melayani dalam keuskupan dan kesibukan Kristin mengasuh kelima anak mereka.

Tiba-tiba Kristin, yang adalah pesintas kanker payudara yang sukses tahun sebelumnya, mendadak kehilangan kesadaran. Telepon ke 911 mendatangkan tim medis darurat yang mencoba sekuat tenaga menyelamatkan nyawanya. Saat Brett berdoa dan memohon, dia cepat-cepat menelepon dua orang lagi: satu ibunya, memohon bantuannya mengurus anak-anak, dan satu lagi Edwin Potter, pengajar ke rumahnya. Perbincangan yang terakhir secara keseluruhan berlangsung sebagai berikut:

Edwin, mencermati ID penelepon, berkata, “Hai, Brett, ada apa?”

Respons Brett yang nyaris diteriakkan adalah: “Saya memerlukan Anda di sini—sekarang juga!”

Dalam waktu yang sangat singkat daripada yang Brett dapat hitung, rekan imamatnya itu telah berada di sisinya, membantu dengan anak-anak dan membawa Brother Hamblin ke rumah sakit di belakang mobil ambulans yang membawa istrinya. Di sana, kurang dari 40 menit setelah Kristin pertama kali menutup matanya, para tenaga medis menyatakan dia telah meninggal dunia.

Saat Brett menangis, Edwin memeluknya dan menangis bersamanya—untuk waktu yang sangat, sangat lama. Kemudian, meninggalkan Brett untuk berduka dengan anggota keluarga lainnya, Edwin pergi ke rumah uskup untuk memberi tahu dia apa yang baru saja terjadi. Uskup yang luar biasa segera berangkat ke rumah sakit sementara Edwin pergi ke rumah keluarga Hamblin. Di sana dia bersama istrinya, Charlotte, yang juga telah datang dengan berlari, bermain dengan lima anak keluarga Hamblin yang kini tidak lagi memiliki seorang ibu, usia 12 tahun sampai yang terkecil 3 tahun. Mereka memberi anak-anak itu makan malam, mengadakan resital musik dadakan, dan membantu mereka bersiap untuk tidur.

Brett memberi tahu saya kemudian, “Bagian yang menakjubkan dari kisah ini bukanlah bahwa Edwin datang ketika saya menelepon. Dalam suatu keadaan darurat, selalu ada orang yang bersedia membantu. Bukan; bagian yang menakjubkan dari kisah ini adalah bahwa dia adalah orang yang terpikirkan oleh saya. Ada orang lain di sekeliling saya. Kristin memiliki saudara lelaki dan saudara perempuan yang tinggal kurang dari 3 mil jauhnya. Kami memiliki uskup yang hebat, paling hebat. Tetapi hubungan antara Edwin dan saya sedemikian rupa sehingga saya merasa secara naluri menelepon dia ketika saya membutuhkan bantuan. Gereja menyediakan bagi kita cara yang terstruktur untuk menjalankan perintah yang kedua dengan lebih baik—untuk mengasihi, melayani, dan mengembangkan hubungan dengan saudara dan saudari kita yang membantu kita maju lebih dekat kepada Allah.”11

Edwin Potter menuturkan mengenai pengalaman ini, “Penatua Holland, ironi dari semua ini adalah bahwa Brett telah menjadi pengajar ke rumah kami lebih lama daripada saya menjadi pengajar ke rumah mereka. Selama waktu itu, dia telah mengunjungi kami lebih sebagai seorang teman daripada karena tugas. Dia telah menjadi teladan yang hebat, contoh dari bagaimana hendaknya seorang pemegang imamat yang aktif dan terlibat. Istri saya, anak lelaki kami—dan saya tidak melihat dia sebagai orang yang berkewajiban membawakan pesan kepada kami di akhir setiap bulan; kami berpikir mengenai dia sebagai seorang teman yang tinggal tidak jauh dari kami, yang akan melakukan apa pun di dunia ini untuk memberkati kami. Saya senang saya dapat membayar kembali sedikit saja dari utang budi saya kepadanya.”12

Brother dan sister, saya bergabung dengan Anda dalam menghormati setiap pengajar blok dan pengajar lingkungan serta pengajar ke rumah dan pengajar berkunjung yang telah mengasihi dan melayani dengan cara ini sepanjang sejarah kita. Doa kami hari ini adalah agar semua pria dan wanita—dan remaja putra dan remaja putri kita yang lebih besar—akan meninggalkan konferensi umum hari ini berkomitmen lebih dalam untuk dengan sepenuh hati saling peduli, termotivasi hanya oleh kasih murni Kristus untuk melakukannya. Terlepas dari apa yang kita semua rasakan adalah keterbatasan dan ketidakmampuan kita—dan kita semua memiliki tantangan—meski demikian, semoga kita bekerja bersisian dengan Tuan kebun anggur,13 memberikan kepada Allah dan Bapa kita uluran tangan dengan tugas mengejutkan menjawab doa, menyediakan penghiburan, menghapus air mata, dan memperkuat lulut yang lemah.14 Jika kita mau melakukan hal itu, kita akan menjadi lebih seperti murid sejati Kristus yang diharapkan dari kita. Pada hari Minggu Paskah ini, semoga kita saling mengasihi sebagaimana Dia telah mengasihi kita,15 saya berdoa dalam nama Yesus Kristus, amin.