Ajaran-Ajaran Presiden
Bab 13: Bait Suci—Simbol Akbar Keanggotaan Kita


Bab 13

Bait Suci—Simbol Agung Keanggotaan Kita

“Merupakan hasrat terdalam hati saya agar setiap anggota Gereja layak untuk memasuki bait suci.”

Dari Kehidupan Howard W. Hunter

Ibu Howard W. Hunter adalah anggota Gereja yang setia sepanjang hidupnya, tetapi ayahnya baru dibaptis saat Howard berusia 19 tahun. Bertahun-tahun kemudian, ketika Howard menjadi presiden pasak di California, para anggota pasak mengadakan perjalanan ke Bait Suci Mesa Arizona untuk melakukan pekerjaan bait suci. Sebelum sebuah sesi dimulai, presiden bait suci meminta dia untuk memberikan ceramah kepada orang-orang yang berkumpul di kapel. Itu adalah hari ulang tahun ke-46 Presiden Hunter. Dia belakangan menulis tentang pengalaman itu:

“Sementara saya berbicara kepada jemaat, … ayah dan ibu saya masuk ke dalam ruangan berpakaian putih. Saya tidak tahu ayah saya siap untuk berkat-berkat bait sucinya, walaupun Ibu sudah lama bersemangat mengenainya. Saya demikian diliputi dengan emosi sehingga saya tidak dapat melanjutkan ceramah saya. Presiden Pierce [presiden bait suci] datang ke samping saya dan menjelaskan alasan untuk interupsi ini. Ketika ayah dan ibu saya datang ke bait suci pagi itu mereka meminta presiden untuk tidak memberi tahu saya bahwa mereka ada di sana karena mereka ingin itu menjadi kejutan ulang tahun. Ini adalah hari ulang tahun yang tidak pernah saya lupakan karena pada hari itu mereka diberkahi dan saya memiliki kesempatan istimewa menyaksikan pemeteraian mereka, yang setelahnya saya dimeteraikan kepada mereka.”1

Kira-kira lebih dari 40 tahun kemudian, ketika Howard W. Hunter menyampaikan pernyataan pertamanya di depan umum sebagai Presiden Gereja, salah satu pesan utamanya adalah agar anggota mengupayakan berkat-berkat bait suci dengan pengabdian yang lebih besar.2 Dia melanjutkan untuk menekankan pesan itu sepanjang pelayanannya sebagai Presiden. Berbicara di lokasi Bait Suci Nauvoo pada bulan Juni 1994, dia berkata:

“Pada awal bulan ini saya memulai pelayanan saya dengan mengungkapkan hasrat terdalam agar semakin banyak anggota Gereja menjadi layak bagi bait suci. Seperti di masa [Joseph Smith], memiliki anggota yang layak dan diberkahi adalah kunci bagi pembangunan kerajaan di seluruh dunia. Kelayakan bagi bait suci memastikan agar kehidupan sejalan dengan kehendak Tuhan, dan kita terselaraskan untuk menerima bimbingan-Nya dalam kehidupan kita.”3

Beberapa bulan kemudian, pada bulan Januari 1995, kegiatan terakhir Presiden Hunter di depan umum adalah mendedikasikan Bait Suci Bountiful Utah. Dalam doa pendedikasian, dia memohon agar berkat-berkat bait suci akan memperkaya kehidupan semua orang yang masuk:

“Kami berdoa dengan rendah hati agar Engkau akan menerima bangunan ini dan mencurahkan berkat-berkat-Mu ke atasnya. Biarkan roh-Mu hadir dan membimbing semua yang bertugas di dalamnya, agar kekudusan akan memenuhi setiap ruangan. Semoga semua yang masuk memiliki tangan yang bersih dan hati yang murni. Semoga mereka dibangun dalam iman mereka dan pergi dengan perasaan damai, memuji nama-Mu yang kudus .…

Semoga Rumah ini memberikan roh kedamaian kepada semua yang menghormati keagungannya, dan khususnya kepada mereka yang masuk untuk tata cara sakral mereka sendiri dan untuk melaksanakan pekerjaan bagi orang-orang mereka terkasih di balik tabir. Biarkan mereka merasakan kasih dan belas kasihan-Mu yang ilahi. Semoga mereka berkesempatan istimewa untuk mengucapkan, seperti yang diucapkan oleh Pemazmur zaman dahulu, ‘Kami yang bersama-sama bergaul dengan baik, dan masuk rumah Allah di tengah-tengah keramaian.’

Sementara kami mendedikasikan bangunan yang sakral ini, kami mendedikasikan kembali kehidupan kami sendiri kepada-Mu dan kepada pekerjaan-Mu.”4

Gambar
Bait Suci Mesa Arizona

Bait Suci Mesa Arizona, di mana Presiden Howard W. Hunter dimeteraikan kepada orangtuanya tahun 1953

Ajaran-Ajaran Howard W. Hunter

1

Kita didorong untuk menetapkan bait suci sebagai simbol agung keanggotaan kita.

Pada saat saya dipanggil pada jabatan sakral [Presiden Gereja] ini, sebuah ajakan diberikan kepada semua anggota Gereja untuk menetapkan bait suci Tuhan sebagai simbol agung keanggotaan mereka dan tatanan surgawi untuk perjanjian-perjanjian mereka yang paling sakral.

Ketika saya merenung mengenai bait suci, saya memikirkan kata-kata ini:

“Bait suci adalah tempat pemberian petunjuk di mana kebenaran-kebenaran yang mendalam berkenaan dengan Kerajaan Allah disingkapkan. Itu adalah tempat kedamaian di mana pikiran dapat dipusatkan pada apa yang dari roh dan kekhawatiran duniawi dapat dikesampingkan. Di dalam bait suci kita membuat perjanjian untuk mematuhi hukum-hukum Allah, dan janji-janji diberikan kepada kita, selalu bersyaratkan kesetiaan kita, yang menjangkau hingga kekekalan” (The Priesthood and You, Melchizedek Priesthood Lessons—1966, Salt Lake City: The Church of Jesus Christ of Latter-Day Saints, 1966, hlm. 293).

Tuhan Sendirilah yang, dalam wahyu-wahyu-Nya kepada kita, telah menjadikan bait suci simbol agung bagi anggota Gereja. Pikirkan sikap dan perilaku saleh yang padanya Tuhan arahkan kita dalam nasihat yang Dia berikan kepada Orang Suci Kirtland melalui Nabi Joseph Smith sewaktu mereka bersiap untuk membangun sebuah bait suci. Nasihat ini masih berlaku:

“Aturlah dirimu, persiapkanlah setiap hal yang dibutuhkan; dan tegakkanlah sebuah rumah, bahkan rumah doa, rumah puasa, rumah iman, rumah pembelajaran, rumah kemuliaan, rumah ketertiban, rumah Allah” (A&P 88:119). Apakah sikap dan perilaku ini benar-benar mencerminkan apa yang kita masing-masing hasratkan dan upayakan? .…

… Agar bait suci benar-benar menjadi simbol bagi kita, kita harus menghasratkannya demikian. Kita harus hidup layak untuk memasuki bait suci. Kita harus menaati perintah-perintah Tuhan kita. Jika kita dapat memolakan hidup kita mengikuti Sang Guru, serta menjadikan ajaran dan teladan-Nya sebagai pola utama bagi kita sendiri, kita tidak akan kesulitan untuk menjadi layak bagi bait suci, untuk konsisten dan loyal dalam semua segi kehidupan, karena kita akan berkomitmen pada standar tingkah laku dan keyakinan yang satu, yang sakral. Apakah di rumah ataupun di tempat berbelanja, apakah di sekolah ataupun lama setelah sekolah tinggal kenangan, apakah kita bertindak sama sekali sendirian ataupun dalam kebersamaan dengan serombongan orang lain, arah kita akan jelas dan standar-standar kita akan nyata.

Kemampuan untuk membela asas seseorang, untuk hidup dengan integritas dan iman sesuai dengan keyakinan seseorang—itulah yang terpenting. Pengabdian itu terhadap asas yang benar—dalam kehidupan pribadi kita, dalam rumah tangga dan keluarga kita, serta di semua tempat di mana kita bertemu dan memengaruhi orang lain—pengabdian itulah yang pada akhirnya Allah mintakan dari kita. Itu memerlukan komitmen—komitmen yang sepenuh jiwa, yang dipegang teguh, yang dihormati secara kekal terhadap asas-asas yang kita tahu adalah benar dalam perintah-perintah yang telah Allah berikan. Jika kita mau benar dan setia pada asas-asas Tuhan, maka kita akan selalu layak bagi bait suci, dan Tuhan serta bait suci-bait suci-Nya yang kudus akan menjadi simbol agung dari kemuridan kita dengan-Nya.5

2

Kita masing-masing hendaknya berusaha menjadi layak untuk menerima rekomendasi bait suci.

Merupakan hasrat terdalam hati saya agar setiap anggota Gereja layak untuk memasuki bait suci. Akan berkenan bagi Tuhan jika setiap anggota dewasa akan layak bagi—dan memiliki—rekomendasi bait suci yang masih berlaku. Hal-hal yang harus kita lakukan dan tidak lakukan agar layak akan rekomendasi bait suci adalah hal-hal mendasar yang memastikan kita akan bahagia sebagai individu dan sebagai keluarga.6

Bapa Surgawi kita telah menguraikan dengan jelas bahwa mereka yang memasuki bait suci harus bersih dan bebas dari dosa-dosa dunia. Dia berfirman, “Dan sejauh umat-Ku membangun sebuah rumah bagi-Ku dalam nama Tuhan, dan tidak membiarkan apa pun yang tidak bersih datang ke dalamnya, agar itu tak ternoda, kemuliaan-Ku akan berdiam di dalamnya; .… Tetapi jika itu ternoda Aku tidak akan datang ke dalamnya, dan kemuliaan-Ku tidak akan ada di sana; karena Aku tidak akan datang ke dalam bait suci-bait suci yang tidak kudus” (A&P 97:15, 17).

Mungkin menarik bagi Anda untuk mengetahui bahwa Presiden Gereja dahulu menandatangani setiap rekomendasi bait suci. Itu menunjukkan betapa para presiden di masa awal sangat menekankan pentingnya kelayakan untuk memasuki bait suci. Pada tahun 1891 tanggung jawab diberikan kepada uskup dan presiden pasak, yang mengajukan kepada Anda beberapa pertanyaan mengenai kelayakan Anda untuk memenuhi syarat bagi rekomendasi bait suci. Anda hendaknya mengetahui apa yang diharapkan dari Anda agar memenuhi syarat untuk rekomendasi bait suci.

Anda harus percaya kepada Allah, Bapa Yang Kekal, dan kepada Putra-Nya, Yesus Kristus, serta kepada Roh Kudus. Anda harus percaya bahwa ini adalah pekerjaan sakral dan ilahi Mereka. Kami mendorong Anda untuk berupaya setiap hari membangun kesaksian Anda tentang Bapa Surgawi kita dan Tuhan Yesus Kristus. Roh yang Anda rasakan adalah Roh Kudus bersaksi kepada Anda tentang nyatanya Mereka. Kemudian, di dalam bait suci, Anda akan belajar lebih banyak lagi tentang Ke-Allah-an melalui petunjuk dan tata cara-tata cara yang diungkapkan.

Anda harus mendukung para Pembesar Umum dan pejabat setempat dari Gereja. Ketika Anda mengangkat lengan Anda membentuk siku saat nama para pemimpin ini disampaikan, Anda menandakan bahwa Anda akan mendukung mereka dalam tanggung jawab mereka dan dalam nasihat yang mereka berikan kepada Anda.

Ini bukan saja kegiatan dalam menunjukkan rasa hormat yang besar kepada mereka yang telah Tuhan panggil untuk mengetuai. Alih-alih, ini adalah pengakuan atas fakta bahwa Allah telah memanggil para nabi, pelihat, dan pewahyu, serta yang lainnya sebagai Pembesar Umum. Ini adalah komitmen bahwa Anda akan mengikuti petunjuk-petunjuk yang datang dari para pejabat ketua Gereja. Demikian juga Anda hendaknya memiliki loyalitas terhadap uskup dan presiden pasak serta pemimpin Gereja lainnya. Kegagalan dalam mendukung mereka yang berwenang tidaklah sejalan dengan pelayanan di bait suci.

Anda harus bersih secara moral untuk masuk ke dalam bait suci. Hukum kesucian menuntut Anda untuk tidak melakukan hubungan seksual dengan siapa pun selain suami atau istri Anda. Kami secara khusus mendorong Anda untuk berjaga terhadap bujukan-bujukan Setan untuk mencemari kebersihan moral Anda.

Anda harus memastikan bahwa tidak ada dalam hubungan Anda dengan anggota keluarga yang tidak selaras dengan ajaran-ajaran Gereja. Kami secara khusus mendorong [remaja] untuk mematuhi orangtua [mereka] dalam kesalehan. Orangtua harus siap siaga untuk memastikan bahwa hubungan mereka dengan anggota keluarga selaras dengan ajaran-ajaran Injil serta tidak pernah melibatkan perundungan atau pengabaian.

Untuk memasuki bait suci Anda harus jujur dalam segala urusan Anda dengan orang lain. Sebagai Orang Suci Zaman Akhir kita memiliki kewajiban sakral untuk tidak pernah bersikap penuh tipu daya atau tidak jujur. Integritas dasar kita dipertaruhkan ketika kita melanggar perjanjian ini.

Agar layak memperoleh rekomendasi bait suci, Anda hendaknya berusaha melakukan tugas Anda di Gereja, menghadiri pertemuan sakramen, keimamatan, dan pertemuan-pertemuan Anda lainnya. Anda juga harus berusaha mematuhi aturan, hukum, dan perintah Injil. Belajarlah … untuk menerima pemanggilan dan tanggung jawab lain yang datang kepada Anda. Jadilah peserta yang aktif di lingkungan dan cabang Anda, dan jadilah orang yang dapat diandalkan oleh para pemimpin Anda.

Untuk memasuki bait suci Anda harus menjadi pembayar persepuluhan penuh dan menjalankan Firman Kebijaksanaan. Kedua perintah ini, sederhana dalam petunjuknya tetapi sangat penting bagi pertumbuhan rohani kita, sangatlah penting dalam mengesahkan kelayakan pribadi kita. Pengamatan selama bertahun-tahun telah menunjukkan bahwa mereka yang dengan setia membayar persepuluhan mereka dan menaati Firman Kebijaksanaan biasanya setia dalam segala urusan lain yang berkaitan dengan memasuki bait suci yang kudus.

Ini bukanlah perkara yang boleh dipandang remeh. Setelah didapati layak untuk memasuki bait suci, kita melaksanakan tata cara-tata cara yang paling sakral dilaksanakan di mana pun di bumi. Tata cara-tata cara ini berkenaan dengan hal-hal kekekalan.7

Gambar
pria dalam jabatan pemimpin keimamatan

“Uskup dan presiden pasak … mengajukan kepada Anda beberapa pertanyaan mengenai kelayakan Anda untuk memenuhi syarat bagi rekomendasi bait suci.”

3

Melakukan pekerjaan bait suci mendatangkan berkat-berkat besar kepada individu dan keluarga.

Betapa agungnya bagi kita memiliki hak istimewa untuk pergi ke bait suci untuk berkat-berkat kita sendiri. Kemudian setelah pergi ke bait suci untuk berkat-berkat kita sendiri, betapa merupakan kesempatan istimewa yang agung untuk melakukan pekerjaan bagi mereka yang telah mendahului kita. Aspek ini dari pekerjaan bait suci merupakan pekerjaan yang tidak mementingkan diri. Namun kapan pun kita melakukan pekerjaan bait suci bagi orang lain, ada berkat yang berbalik kembali kepada kita. Dengan demikian seharusnya tidak mengherankan bagi kita bahwa Tuhan memang berhasrat agar umat-Nya menjadi umat yang termotivasi oleh bait suci .…

… Kita hendaknya pergi tidak saja untuk sanak saudara kita yang telah meninggal melainkan juga untuk berkat pribadi peribadatan bait suci, untuk kekudusan dan keselamatan yang ada di balik dinding-dinding yang dikuduskan dan dipersucikan itu. Sewaktu kita menghadiri bait suci, kita mempelajari lebih banyak dan mendalam tujuan kehidupan dan signifikansi kurban pendamaian Tuhan Yesus Kristus. Marilah kita menjadikan bait suci, dengan peribadatan bait suci dan perjanjian bait suci serta pernikahan bait suci, tujuan utama kita di bumi dan pengalaman fana yang teragung.8

Beberapa hal dicapai melalui kehadiran kita di bait suci—kita selaras dengan petunjuk Tuhan untuk melaksanakan pekerjaan tata cara kita sendiri, kita memberkati keluarga kita melalui tata cara pemeteraian, dan kita berbagi berkat-berkat kita dengan orang lain melalui melakukan untuk mereka apa yang tidak bisa mereka lakukan bagi diri mereka sendiri. Di samping ini, kita mengangkat tinggi pikiran kita sendiri, tumbuh lebih dekat kepada Tuhan, menghormati keimamatan, dan merohanikan kehidupan kita.9

Kita menerima berkat-berkat pribadi sewaktu kita menghadiri bait suci. Berkomentar tentang bagaimana kehidupan kita diberkati melalui kehadiran di bait suci Penatua John A. Widtsoe menyatakan,

“Pekerjaan bait suci … memberikan kesempatan mengagumkan untuk mempertahankan pengetahuan dan kekuatan rohani kita .… Perspektif besar tentang kekekalan disingkapkan di hadapan kita di dalam bait suci yang kudus; kita melihat waktu dari awalnya yang tak terbatas hingga akhirnya yang tak berkesudahan; dan drama kehidupan kekal diungkapkan di hadapan kita. Kemudian saya melihat dengan lebih jelas tempat saya di antara segala sesuatu di alam semesta, tempat saya di antara tujuan-tujuan Allah; saya lebih bisa menempatkan diri saya di tempat saya yang sesungguhnya, dan saya lebih mampu menilai dan mempertimbangkan, memisahkan dan mengatur tugas-tugas yang umum, yang biasa dari kehidupan saya sehingga hal-hal kecil tidak akan menindas saya atau mengambil visi saya akan hal-hal yang lebih besar yang telah Allah berikan kepada kita” (dalam Conferece Report, April 1922, hlm. 97–98).10

Pertimbangkan ajaran-ajaran agung dalam doa pendedikasikan yang agung dari Bait Suci Kirtland, doa yang Nabi Joseph Smith katakan diberikan kepadanya melalui wahyu. Itu adalah doa yang terus dijawabkan ke atas kita secara individu, ke atas kita sebagai keluarga, dan ke atas kita sebagai umat karena kuasa imamat yang telah Tuhan berikan untuk kita gunakan dalam bait suci-Nya yang kudus.

“Dan sekarang, Bapa yang Kudus,” Nabi Joseph Smith memohon, “kami memohon kepada-Mu untuk membantu kami, umat-Mu, dengan kasih karunia-Mu … agar kami boleh ditemukan layak, pada pandangan-Mu, untuk memperoleh penggenapan janji-janji yang telah Engkau buat kepada kami, umat-Mu, dalam wahyu-wahyu yang diberikan kepada kami;

Agar kemuliaan-Mu boleh berdiam di atas umat-Mu .…

Dan kami memohon kepada-Mu, Bapa Yang Kudus, agar para hamba-Mu boleh pergi dari rumah ini dipersenjatai dengan kuasa-Mu, dan agar nama-Mu boleh berada di atas diri mereka, dan kemuliaan-Mu ada di sekitar mereka, dan para malaikat-Mu memiliki tanggung jawab atas diri mereka” [A&P 109:10–12, 22].11

Kehadiran bait suci menciptakan kerohanian. Ini adalah salah satu program terbaik yang kita miliki di Gereja untuk mengembangkan kerohanian. Ini membalikkan hati anak kepada leluhur mereka dan hati leluhur kepada anak mereka (Maleakhi 4:6). Ini mendorong solidaritas dan kesatuan keluarga.12

4

Marilah kita bergegas ke bait suci.

Marilah kita berbagi dengan anak-anak kita perasaan rohani yang kita miliki dalam bait suci. Dan marilah kita mengajari mereka dengan lebih sungguh-sungguh dan lebih leluasa apa yang dapat kita katakan dengan pantas tentang tujuan-tujuan rumah Tuhan. Pasanglah sebuah gambar bait suci di rumah Anda agar anak-anak Anda dapat melihatnya. Ajari mereka tentang tujuan-tujuan rumah Tuhan. Mintalah mereka merencanakan sejak usia dini mereka untuk pergi ke sana dan untuk tetap layak bagi berkat-berkat itu. Marilah kita mempersiapkan setiap misionaris untuk pergi ke bait suci dengan layak dan untuk menjadikan pengalaman itu suatu pengalaman yang jauh lebih besar daripada menerima panggilan misi. Marilah kita merencanakan bagi dan mengajarkan serta memohon kepada anak-anak kita untuk menikah di dalam rumah Tuhan. Marilah kita menegaskan kembali dengan lebih bersemangat daripada yang pernah kita lakukan sebelumnya bahwa adalah penting di mana Anda menikah dan melalui wewenang apa Anda dinyatakan sebagai suami dan istri.13

Adalah berkenan bagi Tuhan berkenan ketika remaja kita pergi dengan layak ke bait suci dan melaksanakan pembaptisan perwakilan bagi mereka yang tidak memiliki kesempatan dibaptis dalam kehidupan. Adalah berkenan bagi Tuhan ketika kita dengan layak pergi ke bait suci untuk secara pribadi membuat perjanjian-perjanjian kita sendiri dengan-Nya dan untuk dimeteraikan sebagai pasangan dan sebagai keluarga. Dan adalah berkenan bagi Tuhan ketika kita dengan layak pergi ke bait suci untuk melaksanakan tata cara-tata cara menyelamatkan yang sama ini bagi mereka yang telah mati, yang banyak di antaranya menunggu dengan sangat berhasrat diselesaikannya tata cara-tata cara ini demi kepentingan mereka.14

Bagi mereka yang belum menerima berkat-berkat bait suci mereka, atau yang tidak memegang rekomendasi bait suci yang berlaku, perkenankan saya mendorong Anda dengan kerendahan hati dan kasih untuk berusaha menuju hari ketika Anda dapat masuk ke dalam rumah Tuhan. Dia telah menjanjikan kepada mereka yang setia pada perjanjian mereka, “Jika umat-Ku akan menyimak suara-Ku, dan suara para hamba-Ku yang telah Aku tetapkan untuk memimpin umat-Ku, lihatlah, sesungguhnya Aku berfirman kepadamu, mereka tidak akan dipindahkan dari tempat mereka” (A&P 124:45) .… Saya berjanji kepada Anda bahwa kerohanian pribadi Anda, hubungan dengan suami atau istri Anda, dan hubungan keluarga akan diberkati serta diperkuat sewaktu Anda teratur menghadiri bait suci.15

Marilah kita menjadi umat yang menghadiri bait suci dan yang mengasihi bait suci. Marilah kita bergegas ke bait suci sesering waktu dan sarana serta keadaan pribadi kita memperkenankan. Marilah kita pergi bukan hanya bagi sanak saudara kita yang telah mati, tetapi marilah kita juga pergi untuk berkat pribadi peribadatan bait suci, untuk kekudusan serta keamanan yang disediakan di balik dinding-dinding yang dikuduskan dan dipersucikan itu. Bait suci adalah tempat keindahan, itu adalah tempat wahyu, itu adalah tempat kedamaian. Itu adalah rumah Tuhan. Itu kudus bagi Tuhan. Itu hendaknya kudus bagi kita.16

Saran untuk Penelaahan dan Pengajaran

Pertanyaan

  • Renungkan ajaran-ajaran Presiden Hunter di bagian 1. Bagaimana kita dapat “menetapkan bait suci Tuhan sebagai simbol agung keanggotaan [kita]”?

  • Ulaslah kembali persyaratan untuk rekomendasi bait suci sebagaimana diuraikan di bagian 2. Bagaimana hidup sesuai dengan persyaratan ini telah memberkati Anda dan keluarga Anda? Mengapa kita diminta untuk berusaha menjadi “bersih dan bebas dari dosa-dosa dunia” sewaktu kita memasuki bait suci?

  • Ulaslah kembali ajaran-ajaran Presiden Hunter tentang berkat-berkat dari melakukan pekerjaan bait suci (lihat bagian 3). Bagaimana berperan serta dalam tata cara-tata cara bait suci telah memberkati Anda dan keluarga Anda? Bagaimana Anda dapat lebih sepenuhnya memetik manfaat dari berkat-berkat bait suci? Dapatkah Anda berbagi saat ketika Anda merasakan kekuatan atau arahan rohani di bait suci? Jika Anda belum ke bait suci, renungkan bagaimana Anda dapat bersiap untuk menerima berkat itu.

  • Apa saja cara kita dapat membantu anak-anak dan remaja belajar tentang bait suci dan mengembangkan kasih baginya? (Lihat bagian 4). Bagaimana kita dapat membantu anak-anak dan remaja berhasrat untuk menikah di rumah Tuhan? Mengapa penting kita pergi ke bait suci “sesering waktu dan sarana serta keadaan pribadi kita perkenankan”?

Tulisan Suci Terkait

Mazmur 55:14; Yesaya 2:2–3; A&P 97:12–17; 110:6–10; 124:39–41; 138:53–54; Penuntun bagi Tulisan Suci, “Bait Suci”

Bantuan Pengajaran

“Sering kali sebuah pelajaran akan berisi lebih banyak bahan daripada yang Anda dapat ajarkan dalam waktu yang diberikan kepada Anda. Dalam hal ini, Anda hendaknya memilih bahan apa yang akan paling membantu mereka yang Anda ajar” (Mengajar, Tiada Pemanggilan yang Lebih Mulia [1999], 99).

Catatan

  1. Dalam Eleanor Knowles, Howard W. Hunter (1994), 135.

  2. Lihat Jay M. Todd, “President Howard W. Hunter: Fourteenth President of the Church,” Ensign, Juli 1994, 4–5.

  3. “The Temple of Nauvoo,” Ensign, September 1994, 62–63.

  4. Naskah dari doa pendedikasian Bait Suci Bountiful Utah, dalam “‘Magnificent Edifice’ Consecrated to [the] Lord,” Church News, 14 Januari 1995, 4.

  5. “The Great Symbol of Our Membership,” Ensign, Oktober 1994, 2, 5.

  6. “Exceeding Great and Precious Promises,” Ensign, November 1994, 78.

  7. “Your Temple Recommend,” New Era, April 1995, 6–9.

  8. “A Temple-Motivated People,” Ensign, Februari 1995, 5.

  9. The Teachings of Howard W. Hunter, diedit Clyde J. Williams (1997), 240.

  10. “We Have a Work to Do,” Ensign, Maret 1995, 65.

  11. “The Great Symbol of Our Membership,” 4.

  12. The Teachings of Howard W. Hunter, 239–240.

  13. “A Temple-Motivated People,” 5.

  14. “The Great Symbol of Our Membership,” 5.

  15. The Teachings of Howard W. Hunter, 240–241.

  16. “The Great Symbol of Our Membership,” 5.