2013
Misi dan Pelayanan Yesus Kristus
April 2013


Misi dan Pelayanan Yesus Kristus

Dari ceramah kebaktian yang diberikan tanggal 18 Agustus 1998, di Universitas Brigham Young. Untuk teks penuh dalam bahasa Inggris, pergilah ke speeches.byu.edu.

Gambar
Penatua Russell M. Nelson

Bukti terbaik dari kekaguman kita terhadap Yesus adalah peneladanan kita terhadap Dia.

Sebagai salah satu di antara “saksi khusus bagi nama Kristus di seluruh dunia” (A&P 107:23), saya percaya saya melayani dengan paling baik jika saya mengajar dan bersaksi tentang Dia. Pertama-tama, saya ingin mengajukan pertanyaan yang sama yang pernah Dia ajukan kepada orang-orang Farisi: “Apakah pendapatmu tentang Mesias? Anak siapakah Dia?” (Matius 22:42).

Pertanyaan ini sering muncul di benak sewaktu saya bertemu dengan para pemimpin pemerintahan dan berbagai denominasi agama. Beberapa mengakui bahwa “Yesus adalah seorang guru besar.” Yang lain mengatakan, “Dia seorang nabi.” Yang lainnya tidak mengenal Dia sama sekali. Kita hendaknya tidak terkejut sepenuhnya. Akhirnya, relatif sedikit orang memiliki kebenaran Injil yang dipulihkan yang kita miliki. Anggota Gereja Yesus Kristus dari Orang-Orang Suci hanyalah minoritas kecil di antara mereka yang mengaku menjadi umat Kristen.

Keadaan kita dewasa ini telah diramalkan berabad-abad silam oleh Nefi.

“Dan terjadilah bahwa aku melihat gereja Anak Domba Allah, dan jumlahnya sedikit …; walaupun demikian, aku melihat bahwa gereja Anak Domba, yang adalah para orang suci Allah, berada juga di atas seluruh muka bumi; dan kekuasaan mereka di atas muka bumi adalah kecil ….

Dan terjadilah bahwa aku, Nefi, melihat kuasa Anak Domba Allah, bahwa itu turun ke atas para orang suci dari gereja Anak Domba, dan ke atas umat perjanjian Tuhan, yang tercerai-berai di atas seluruh muka bumi; dan mereka dipersenjatai dengan kebenaran dan dengan kuasa Allah dalam kemuliaan besar” (1 Nefi 14:12, 14).

Kebenaran itu, kuasa itu, dan kemuliaan itu—sesungguhnya, semuanya dari banyak berkat kita—berasal dari pengetahuan kita tentang, kepatuhan pada, serta rasa syukur dan kasih bagi Tuhan Yesus Kristus.

Selama perjalanan-Nya yang relatif singkat dalam kefanaan, Juruselamat menuntaskan dua tujuan utama. Yang pertama adalah “pekerjaan-Nya dan kemuliaan-[Nya]—untuk mendatangkan kebakaan dan kehidupan kekal bagi manusia” (Musa 1:39). Yang kedua Dia hanya menyatakan: “Aku telah memberikan suatu teladan kepada kamu, supaya kamu juga berbuat sama seperti yang sudah Ku-perbuat” (Yohanes 13:15).

Tujuan pertama-Nya kita kenal sebagai Pendamaian. Ini merupakan misi luar biasa-Nya dalam kefanaan. Kepada penduduk kuno Amerika, Tuhan yang telah bangkit memberikan pernyataan misi-Nya:

“Aku datang ke dunia untuk melakukan kehendak Bapa-Ku, karena Bapa-Ku mengutus-Ku.

Dan Bapa-Ku mengutus-Ku agar Aku boleh diangkat ke atas salib; dan setelah Aku diangkat ke atas salib, agar Aku boleh menarik semua orang kepada-Ku” (3 Nefi 27:13–14).

Melanjutkan khotbah-Nya, Dia menyatakan tujuan kedua-Nya—untuk menjadi teladan kita: “Kamu tahu apa yang mesti kamu lakukan …; karena pekerjaan yang telah kamu lihat Aku lakukan itu akan kamu lakukan juga” (3 Nefi 27:21).

Tujuan pertama-Nya telah saya jelaskan sebagai Misi-Nya. Tujuan kedua-Nya ingin saya sebut sebagai pelayanan-Nya. Marilah kita mengkaji ulang dua komponen dari kehidupan-Nya ini—misi-Nya dan pelayanan-Nya.

Misi Yesus Kristus—Pendamaian

Misi-Nya adalah Pendamaian. Misi itu secara unik adalah tugas-Nya. Terlahir dari seorang ibu fana dan Bapa baka, Dia adalah satu-satunya orang yang dapat secara sukarela menyerahkan nyawa-Nya dan mengambilnya kembali (lihat Yohanes 10:14–18). Konsekuensi mulia dari Pendamaian-Nya adalah tak terbatas dan kekal. Dia menyingkirkan sengat kematian dan membuat duka nestapa sementara di kubur (lihat 1 Korintus 15:54–55). Tanggung jawab-Nya untuk Pendamaian dikenal bahkan sebelum Penciptaan dan Kejatuhan. Bukan hanya untuk menyediakan bagi kebangkitan dan kebakaan semua umat manusia, namun itu juga memungkinkan kita untuk dapat diampuni dari dosa-dosa kita—dengan syarat-syarat yang ditetapkan oleh Dia. Karena itu Pendamaian-Nya membuka jalan yang melaluinya kita dapat dipersatukan dengan Dia dan dengan keluarga kita secara kekal. Prospek ini kita anggap sebagai kehidupan kekal—karunia terbesar Allah bagi manusia (lihat A&P 14:7).

Tidak ada orang lain yang dapat melaksanakan Pendamaian. Tidak ada orang lain, bahkan dengan kekayaan atau kuasa yang terbesar pun, akan dapat menyelamatkan satu jiwa—bahkan tidak jiwanya sendiri (lihat Matius 19:24–26). Dan tidak ada individual lain yang akan memenuhi syarat atau diizinkan untuk menumpahkan darah untuk keselamatan kekal umat manusia lain. Yesus melakukannya “satu kali untuk selama-lamanya” (Ibrani 10:10).

Meskipun Pendamaian dirampungkan selama zaman Perjanjian Baru, peristiwa-peritiwa dari zaman Perjanjian Lama sering meramalkan kepentingannya. Adam dan Hawa diperintahkan untuk mempersembahkan kurban sebagai “suatu kemiripan dari pengurbanan Anak Tunggal Bapa” (Musa 5:7). Bagaimana? Dengan penumpahan darah. Dari pengalaman mereka sendiri, mereka diyakinkan tulisan suci bahwa “nyawa makhluk ada di dalam darahnya” (Imamat 17:11).

Para dokter tahu bahwa kapan pun darah berhenti mengalir pada suatu organ tubuh, masalah muncul. Jika aliran darah ke kaki terganggu, gangren dapat mengikuti. Jika aliran ke otak berhenti, stroke dapat terjadi. Jika darah gagal mengalir secara normal melalui arteri koroner, serangan jantung dapat timbul. Dan jika pendarahan tidak terkendali, kematian akibatnya.

Adam, Hawa, dan generasi-gerenasi berikutnya belajar bahwa kapan pun mereka menumpahkan darah dari seekor binatang, kehidupannya diakhiri. Untuk ritus pengurbanan mereka, bukan hanya hewan apa pun akan disembelih. itu haruslah kawanan ternak pertama dan tanpa cacat (lihat, untuk contoh, Keluaran 12:5). Prasyarat ini juga simbolis dari pengurbanan terakhir Anak Domba Allah yang tak bercela.

Adam dan Hawa diberi sebuah perintah, “Karenanya, engkau akan melakukan semua yang engkau lakukan dalam nama Putra, dan engkau akan bertobat dan meminta kepada Allah dalam nama Putra sepanjang masa” (Musa 5:8). Sejak hari itu hingga pertengahan zaman, pengurbanan hewan berlanjut menjadi sebuah perlambang dan bayangan dari Pendamaian terakhir Putra Allah.

Ketika Pendamaian telah tuntas, pengurbanan yang besar dan terakhir itu menggenapi Hukum Musa (lihat Alma 34:13–14) dan mengakhiri praktik pengurbanan hewan, yang telah mengajarkan bahwa “nyawa mahkluk [ada] di dalam darahnya” (Imamat 17:11). Yesus menjelaskan bagaimana unsur-unsur dari pengurbanan kuno ini tidak lagi diperlukan karena Pendamaian dan pembaruan secara simbolis melalui sakramen. Perhatikan kembali rujukan pada kehidupan, daging, dan darah:

“Maka kata Yesus kepada mereka, “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jikalau kamu tidak makan daging Anak Manusia dan minum darah-Nya, kamu tidak mempunyai hidup di dalam dirimu.

Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia mempunyai hidup yang kekal dan Aku akan membangkitkan dia pada akhir zaman” (Yohanes 6:53–54).

Karena Pendamaian Yesus Kristus, seluruh umat manusia—bahkan sebanyak yang mau—akan diselamatkan. Juruselamat mulai menumpahkan darah-Nya bagi seluruh umat manusia bukan di atas salib melainkan di Taman Getsemani. Di sanalah Dia mengambil ke atas Diri-Nya beban dosa semua orang yang akan pernah hidup. Di bawah beban berat itu, Dia berdarah di setiap pori-Nya (lihat A&P 19:18). Penderitaan dari Pendamaian itu dituntaskan di atas salib Kalvari.

Pentingnya Pendamaian dirangkum oleh Nabi Joseph Smith. Nabi Joseph Smith mengajarkan, “Asas-asas dasar dari agama kita adalah kesaksian para Rasul dan Nabi, mengenai Yesus Kristus, bahwa Dia telah mati, dikuburkan, dan bangkit kembali pada hari ketiga, dan naik ke surga; dan semua hal lainnya yang berkaitan dengan agama kita hanyalah merupakan tambahan terhadapnya.”1

Dengan wewenang itu dan dengan rasa syukur yang mendalam, saya juga mengajarkan serta bersaksi tentang Dia.

Pelayanan Yesus Kristus—Sang Teladan

Tujuan kedua Tuhan yang menjangkau jauh dalam kefanaan adalah untuk melayani sebagai teladan bagi kita. Kehidupan-Nya yang penuh teladan merupakan pelayanan fana-Nya. Itu mencakup ajaran, perumpamaan, dan khotbah-Nya. Itu meliputi mukjizat, kebaikan penuh kasih, dan penderitaan-Nya bagi anak-anak manusia (lihat 1 Nefi 19:9). Itu termasuk penggunaan belas kasihan-Nya dari kuasa imamat. Itu termasuk kemarahan-Nya ketika Dia mengutuk dosa (lihat Roma 8:3) dan ketika Dia mengobrak-abrik meja para penukar uang (lihat Matius 21:12). Itu juga termasuk sakit hati-Nya. Dia diejek, dicambuk, dan dicampakkan oleh umat-Nya sendiri (lihat Mosia 15:5)—bahkan dikhianati oleh satu murid dan diingkari oleh yang lainnya (lihat Yohanes 18:2–3, 25–27).

Betapa pun luar biasa tindakan-tindakan pelayanan-Nya, hal itu tidak dan masih tidak unik bagi-Nya. Tidak ada batasan pada jumlah orang yang dapat mengikuti teladan Yesus. Tindakan-tindakan serupa telah dilakukan oleh para nabi dan rasul-Nya serta orang-orang di antara para hamba yang diwenangkan-Nya. Banyak yang telah mengalami penganiayaan demi kepentingan-Nya (lihat Matius 5:10; 3 Nefi 12:10). Di zaman kita sendiri, Anda mengenal para brother dan sister yang telah sungguh-sungguh berupaya—bahkan dengan harga yang mahal untuk meniru teladan Tuhan.

Begitulah yang seharusnya. Itulah harapan-Nya bagi kita. Tuhan meminta kita untuk mengikuti teladan-Nya. Dia dengan gamblang mengajarkan ini:

  • “Orang macam apakah seharusnya kamu adanya? … Bahkan seperti Aku” (3 Nefi 27:27; lihat juga 3 Nefi 12:48).

  • “Mari, ikutlah Aku, dan kamu akan Kujadikan penjala manusia” (Matius 4:19).

  • “Aku telah memberikan suatu teladan kepada kamu, supaya kamu juga berbuat sama seperti yang telah Kuperbuat kepadamu” (Yohanes 13:15; lihat juga Yohanes 14:6).

Ini dan tulisan suci serupa lainnya tidak dituliskan sebagai saran. Itu adalah perintah ilahi! Kita harus mengikuti teladan-Nya!

Untuk memfasilitasi hasrat kita untuk mengikuti Dia, mungkin kita dapat mempertimbangkan lima aspek dari kehidupan-Nya yang dapat kita teladani.

Kasih

Jika kita ditanya manakah sifat-sifat dari kehidupan-Nya yang akan Anda kenali terlebih dahulu, saya pikir Anda dapat menyebutkan sifat kasih-Nya. Itu akan mencakup belas kasihan, kebaikan hati, kasih amal, pengabdian, pengampunan, kasih karunia, keadilan-Nya, dan banyak lagi. Yesus mengasihi Bapa-Nya dan ibu-Nya (lihat Yohanes 19:25–27). Dia mengasihi keluarga-Nya dan para Orang Suci (lihat Yohanes 13:1; 2 Tesalonika 2:16). Dia mengasihi para pendosa tanpa mengabaikan dosa (lihat Matius 9:2; A&P 24:2). Dan Dia mengajari kita bagaimana kita dapat memperlihatkan kasih kita kepada-Nya. Dia berfirman, “Jikalau kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintah-Ku” (Yohanes 14:15). Kemudian, untuk menekankan bahwa kasih-Nya tidaklah tanpa bersyarat, Dia menambahkan, “Jikalau kamu menuruti perintah-Ku, kamu akan tinggal di dalam kasih-Ku, seperti Aku menuruti perintah Bapa-Ku dan tinggal di dalam kasih-Nya” (Yohanes 15:10; lihat juga A&P 95:12; 124:87).

Ungkapan lain akan kasih Juruselamat adalah pelayanan-Nya. Dia melayani Bapa-Nya, dan dia melayani orang-orang yang dengannya Dia hidup dan bekerja. Dengan kedua cara itu kita harus mengikuti teladan-Nya. Kita harus melayani Allah, “hidup menurut segala jalan yang ditunjukkan-Nya, mengasihi Dia” (Ulangan 10:12; lihat juga 11:13; Yosua 22:5; A&P 20:31; 59:5). Dan kita harus mengasihi sesama kita dengan melayani mereka (lihat Galatia 5:13; Mosia 4:15–16). Kita mulai dengan keluarga kita. Kasih mendalam yang mengikat orang tua dengan anak-anak mereka ditempa oleh pelayanan kepada mereka melalui periode kebergantungan penuh. Kemudian dalam kehidupan anak yang berbakti mungkin memiliki kesempatan untuk membalas kasih itu ketika mereka melayani orang tua mereka yang lanjut usia.

Tata Cara

Aspek kedua dari kehidupan penuh teladan Juruselamat adalah penekanan-Nya pada perjanjian-perjanjian sakral. Selama pelayanan fana-Nya Dia memperlihatkan pentingnya tata cara-tata cara keselamatan. Dia dibaptiskan oleh Yohanes di Sungai Yordan. Bahkan Yohanes bertanya, “Mengapa?”

Yesus menjelaskan, “Karena demikianlah sepatutnya kita menggenapkan seluruh kehendak Allah” (Matius 3:15; penekanan ditambahkan). Tidak saja tata cara penting, namun teladan yang diberikan oleh Yesus dan Yohanes juga penting.

Belakangan Tuhan menetapkan tata cara sakramen. Dia menjelaskan perlambangan sakramen dan pelaksanaan lambang-lambang sakralnya kepada para murid-Nya (lihat Matius 26:26–28; Markus 14:22–24; Lukas 24:30).

Bapa Surgawi kita juga memberikan petunjuk mengenai tata cara-tata cara. Dia berfirman, “Kamu mesti dilahirkan kembali ke dalam kerajaan surga, melalui air, dan Roh, dan dibersihkan melalui darah, bahkan darah Anak Tunggal-Ku; agar kamu boleh dikuduskan dari segala dosa, dan menikmati firman kehidupan kekal di dunia ini, dan kehidupan kekal di dunia yang akan datang, bahkan kemuliaan baka” (Musa 6:59).

Selama pelayanan pascafana Tuhan, tata cara tertinggi permuliaan diwahyukan (A&P 124:40–42). Dia telah menyediakan bagi tata cara-tata cara ini dalam bait suci-Nya. Di zaman kita, pembasuhan, pengurapan, dan pemberkahan dianugerahkan kepada individu-individu yang secara patut siap (lihat A&P 105:12, 18, 33; 110:9; 124:39). Di bait suci, individu dapat dimeteraikan kepada suami atau istri, kepada leluhur, dan kepada keturunan (lihat A&P 132:19). Tuhan kita adalah Allah hukum dan ketertiban (lihat A&P 132:18). Fokus-Nya pada tata cara merupakan bagian luar biasa dari teladan-Nya bagi kita.

Doa

Aspek ketiga dari pelayanan penuh teladan Tuhan adalah doa. Yesus berdoa kepada Bapa-Nya di Surga dan juga mengajarkan kepada kita cara berdoa. Kita harus berdoa kepada Allah Bapa yang Kekal dalam nama Putra-Nya, Yesus Kristus, melalui kuasa Roh Kudus (lihat Matius 6:9–13; 3 Nefi 13:9–13; Terjemahan Joseph Smith, Matius 6:9–15). Saya menyukai Doa Safaat yang diucapkan oleh Tuhan yang dicatat dalam Yohanes, pasal 17. Di dalamnya komunikasi Putra secara bebas dengan Bapa-Nya mewakili para murid-Nya, yang Dia kasihi. Itu adalah model dari doa yang efektif dan penuh belas kasih.

Pengetahuan

Aspek keempat dari teladan Tuhan adalah penggunaan pengetahuan ilahi-Nya. Sebagaimana disebutkan sebelumnya, banyak umat non-Kristen mengakui bahwa Yesus adalah seorang guru besar. Begitulah Dia adanya. Namun apa sesungguhnya yang membedakan ajaran-Nya? Apakah Dia seorang instruktur mesin, matematika, atau sains yang terampil? Sebagai Pencipta dunia ini dan dunia-dunia lainnya (lihat Musa 1:33), Dia pasti bisa. Atau, sebagai Penulis tulisan suci, Dia dapat mengajarkan komposisi sastra dengan sangat baik.

Fitur yang membedakan ajaran-Nya dari semua guru lainnya adalah bahwa Dia mengajarkan kebenaran tentang signifikansi kekal. Hanya Dia yang telah mewahyukan tujuan kita dalam kehidupan. Hanya melalui Dia kita dapat belajar tentang keberadaan prafana dan potensi pascafana kita.

Pada suatu kesempatan Sang Guru memberitahukan kepada para pendengar-Nya yang skeptis bahwa mereka memiliki tiga saksi tentang Dia:

  • Yohanes Pembaptis

  • Perbuatan yang telah Yesus selesaikan.

  • Firman Allah Bapa yang Kekal (lihat Yohanes 5:33–37).

Dia kemudian menyediakan saksi keempat: “Selidiki[lah] Kitab-Kitab Suci, sebab kamu menyangka bahwa oleh-Nya kamu mempunyai hidup yang kekal, tetapi walaupun Kitab-Kitab Suci itu memberi kesaksian tentang Aku” (Yohanes 5:39).

Kata memikirkan dalam kalimat itu mungkin awalnya tampak keluar dari konteks. Namun itu vital dalam makna yang Yesus coba sampaikan. Dia tahu bahwa banyak dari para pendengar-Nya sebenarnya berpikir bahwa kehidupan kekal terdapat dalam tulisan suci. Namun mereka keliru. Tulisan suci sendiri tidak dapat memberikan kehidupan kekal. Tentu saja ada kuasa dalam tulisan suci, namun kuasa itu datang dari Yesus Sendiri. Dia adalah Firman: Logos. Kuasa kehidupan kekal adalah di dalam-Nya, yang “pada mulanya adalah Firman: Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah” (Yohanes 1:1; lihat juga 2 Nefi 31:20; 32:3). Kemudian, karena sikap keras kepala dari orang-orang yang meragukan-Nya, Yesus melanjutkan untuk menghardik mereka: “Kamu tidak mau datang kepada-Ku untuk memperoleh hidup itu” (Yohanes 5:40).

Tuhan dapat memenuhi kita dengan pengetahuan ilahi-Nya, namun Dia tidak melakukannya. Dia menghormati hak pilihan kita. Dia memperkenankan bagi kita sukacita penemuan. Dia mendorong kita untuk bertobat dari kesalahan kita. Dia mengizinkan kita untuk mengalami kebebasan yang datang dari kepatuhan sukarela pada hukum ilahi-Nya. Ya, cara Dia menggunakan pengetahuan-Nya menyediakan teladan besar bagi kita.

Pemertahanan

Aspek kelima dari pelayanan Tuhan adalah komitmen-Nya untuk bertahan sampai akhir. Dia tidak pernah menarik diri dari penugasan-Nya. Meskipun Dia mengalami penderitaan di luar pemahaman kita, Dia bukan orang yang putus asa. Melalui pencobaan hebat yang Dia alami sampai akhir penugasan-Nya: untuk menebus dosa-dosa semua umat manusia. Kata-kata terakhir-Nya sewaktu Dia tergantung di kayu salib adalah, “Sudah selesai” (Yohanes 19:30).

Penerapan dalam Kehidupan Kita

Lima aspek ini dari pelayanan-Nya dapat diterapkan dalam kehidupan kita sendiri. Sesungguhnya bukti terbaik dari kekaguman kita akan Yesus adalah upaya kita untuk menjadi seperti Dia.

Ketika kita mulai menyadari siapa Yesus itu dan apa yang telah Dia lakukan bagi kita, kita dapat memahami, sedikit, sifat logis dari perintah yang pertama dan yang utama, “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu dan dengan segenap kekuatanmu” (Markus 12:30). Dengan perkataan lain, semua yang kita pikirkan dan lakukan serta katakan hendaknya datang sebagai hasil dari kasih kita bagi Dia dan Bapa-Nya.

Tanyakan kepada diri Anda, “Adakah siapa pun yang saya kasihi lebih daripada Tuhan?” Kemudian bandingkan jawaban Anda dengan standar-standar ini yang ditetapkan oleh Tuhan:

  • “Barangsiapa mengasihi bapa atau ibunya lebih daripada-Ku, ia tidak layak bagi-Ku.

  • “Barangsiapa mengasihi anaknya laki-laki atau perempuan lebih daripada-Ku, dia tidak layak bagi-Ku” (Matius 10:37).

Kasih bagi keluarga dan teman-teman, sebesar sebagaimana adanya, adalah jauh lebih dalam ketika disauhkan pada kasih Yesus Kristus. Kasih orang tua bagi anak-anak memiliki makna lebih dalam di sini dan setelah kehidupan ini karena Dia. Semua hubungan penuh kasih ditingkatkan di dalam Dia. Kasih dari Bapa Surgawi kita dan Yesus Kristus menyediakan penerangan, ilham, dan motivasi untuk mengasihi orang lain dalam cara yang lebih baik.

Tata cara menyediakan fokus bagi pelayanan yang bernilai kekal. Orang tua hendaknya mempertimbangkan mana tata cara yang diperlukan selanjutnya oleh setiap anak. Pengajar ke rumah hendaknya memikirkan sebuah tata cara yang pantas yang diperlukan selanjutnya dalam setiap keluarga yang mereka layani.

Teladan juruselaamt tentang doa mengingatkan kita bahwa doa pribadi, doa keluarga, dan pengejaran yang sungguh-sungguh akan tugas-tugas kita di Gereja hendaknya menjadi bagian dari kehidupan kita. Untuk mengetahui dan melakukan kehendak Bapa menyediakan kekuatan dan keyakinan rohani (lihat A&P 121:45). Pada pihak Tuhanlah di mana kita ingin berada.

Pengetahuan “tentang hal-hal sebagaimana itu benar-benar akan adanya; karenanya, hal-hal ini dinyatakan kepada kita dengan gamblang” (Yakub 4:13) mengizinkan kita untuk menindaki asas-asas dan ajaran sejati. Pengetahuan itu akan mengangkat tingkat perilaku kita. Tindakan yang mungkin didorong oleh nafsu dan emosi akan digantikan dengan perbuatan yang dibentuk oleh alasan dan hak.

Komitmen untuk bertahan sampai akhir artinya bahwa kita tidak meminta untuk pembebasan dari panggilan untuk melayani. Itu berarti bahwa kita akan bertahan dalam mengejar sebuah gol yang layak. Itu berarti bahwa kita tidak akan pernah menyerah pada orang terkasih yang telah tersesat. Dan itu berarti bahwa kita akan selalu menghargai hubungan keluarga kekal kita, bahkan melalui saat-saat sulit penyakit, ketidakmampuan, atau kematian.

Dengan sepenuh hati saya, saya berdoa semoga pengaruh yang mengubah dari Tuhan dapat membuat perbedaan mendalam dalam kehidupan Anda. Misi-Nya dan pelayanan-Nya dapat memberkati kita masing-masing sekarang dan selama-lamanya.

Catatan

  1. Ajaran-Ajaran Presiden Gereja: Joseph Smith (2007), 49.

Yesus Pergi ke Betani di Malam Hari, oleh James Tissot

Perempuan, Lihatlah Putramu (Stabat Mater), oleh James Tissot © Brooklyn Museum, Brooklyn, New York; sisipan: detail dari Di Taman Getsemani, oleh Carl Heinrich Bloch

Khotbah di Bukit, oleh James Tissot; sispan: detail dari Kristus dan Penguasa Muda yang Kaya, oleh Heinrich Hofmann, seizin dari C. Harrison Conroy Co.

Seluruh Kota Dikumpulkan Bersama, oleh James Tissot